• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUTRW Pesisir Provinsi NAD Pasca Tsunami III - 68

Dalam dokumen Buku Analisa (Halaman 113-116)

3.6.1.4. Analisis Indeks Pencem aran

Analisis penentuan status mutu air dilakukan dengan menghitung menggunakan metode indeks pencemaran ( IP) dilakukan berdasarkan Lampiran II KepMen LH No.115 Tahun 2003. Indeks pencemaran digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan. Indeks pencemaran ditentukan untuk suatu peruntukan. Adapun kriteria yang digunakan adalah :

0 < IP < 1,0 = memenuhi baku mutu ( kondisi baik) 1,0 < IP < 5,0 = cemar ringan

5,0 < IP < 10,0 = cemar sedang IP > 10,0 = cemar berat

Hasil analisis terhadap kualitas air berdasarkan beberapa parameter ukur terhadap air tanah, air sungai dan air laut di Prov. NAD menunjukkan kisaran kualitas air yang masih dapat mendukung kelayakan dan pengembangan potensi sumberdaya alam yang terkandung didalamnya, khususnya sumberdaya hayati. Hasil analisis terhadap parameter pH, TDS, arsen (As), Cr, Hg dan Fe dalam air tanah masih dibaw ah ambang mutu. Sedangkan parameter Cd, Mn, Pb dan E. coli menunjukkan kisaran ambang baw ah mutu sampai dengan melebihi ambang yang dapat ditoleransi (Tabel 3.6.1). Selanjutnya hasil analisis terhadap parameter TDS, Cd, Hg, Cu, Pb dan E. coli menunjukkan kisaran ambang baw ah mutu sampai dengan melebihi ambang yang dapat ditoleransi (Tabel 3.6.2) terhadap air sungai. Sedangkan parameter pH, arsen (As), Cr dan Co dalam air sungai masih berada dibaw ah ambang baku mutu untuk mendukung penggunaannya. Hasil analisis air laut terhadap parameter kualitas air seperti Cd, Cr, Hg, Cu, Pb dan E. coli menunjukkan kisaran ambang baw ah mutu sampai dengan melebihi ambang yang dapat ditoleransi (Tabel 3.6.3). Hasil tersebut menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan hasil pengamatan parameter suhu, salinitas, DO, pH dan kandungan As yang menunjukkan hasil analisis dibaw ah ambang baku mutu.

Berdasarkan data analisis tersebut selanjutnya dilakukan deter minasi derajat pencemaran yang disajikan pada Tabel 3.6.4. Indeks Pencemaran Air Laut di Kab. Aceh Barat berada pada kisaran kualitas air yang tercemar ringan sampai sedang, sedangkan 9 kabupaten/kota yang lain menunjukkan derajat kisaran pencemaran sedang. Kab. Pidie, Nagan Raya dan Aceh Barat menunjukkan kualitas air sungai pada derajat pencemaran ringan. Sedangkan 6 kabupaten /kota yang lain berada pada ambang baw ah indeks pencemaran ringan sampai sedang. Kab. Bireuen merupakan satu-satunya daerah yang mempunyai kisaran kualitas air sungai dar i ringan sampai berat. Hasil analisis terhadap air tanah, menunjukkan bahw a semua kabupaten /kota berada pada tingkat pencemaran yang berat.

Tabel 3.6.4. Hasil Analisis Indeks Pencemaran di Tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Nanggroe Aceh DarussalamBerdasarkan Lampiran II KepMen LH No.115 Th 2003.

Kisaran Indeks Pencemaran Kabupaten / Kota

Air Laut Air Sungai Air Tanah

Kota Banda Aceh 1,98 - 2,16 2,88 - 5,28 2,07 - 5,62

Kabupaten Aceh Besar 2,27 - 2,27 1,57 - 5,31 2,62 - 6,80 Kabupaten Aceh Jaya 2,11 - 2,19 2,27 - 5,27 2,52 - 7,74

Kabupaten Pidie 2,43 - 2,80 2,87 - 4,51 2,00 - 6,05

Kabupaten Bireuen 2,17 - 2,31 2,85 - 7,45 2,85 - 6,51 Kabupaten Aceh Utara 1,11 - 1,67 2,35 - 4,65 0,78 - 6,17 Kota Lhokseumawe 1,34 - 1,53 4,47 - 4,82 2,68 - 5,92 Kabupaten Aceh Barat Daya 2,11 - 2,42 2,34 - 7,09 2,14 - 7,15 Kabupaten Nagan Raya 2,18 - 2,47 2,58 - 4,34 2,12 -6,78 Kabupaten Aceh Barat 2,15 - 2,50 2,25 - 4,54 2,26 - 9,36

Sumber : Analisis Ti m Peny usun RTRW Pesisir Prov. NAD, 2007

Berdasarkan hasil analisis indeks tersebut menunjukkan bahw a perairan laut dekat pantai termasuk kategori cemar r ingan. Pencemaran yang ter jadi di air laut merupakan dampak dari berbagai

aktivitas di perkotaan yang terletak di pinggir kabupaten/kota, yang membuang sebagian limbahnya ke laut. Keterlarutan limbah tersebut terdistribusi melalui sirkulasi air laut yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, musim, sirkulasi air di Samudera India, serta Laut Andaman. Hal ini dibuktikan dengan kisaran pencemaran yang berada pada ambang kisaran yang hampir merata di semua kabupaten/kota. Analisis terhadap kualitas air sungai, sebagai- mana nilai Indeks Pencemaran Air Sungai, menunjukkan nilai kisaran ambang tercemar ringan sampai sedang. Nilai kisaran pencemaran tersebut relatif lebih tinggi diduga dipengaruhi oleh suplai air taw ar dan kegiatan di darat ke sistem DAS di w ilayah Provinsi NAD, yang sebagian besar bermuara ke perairan laut. Limbah dar i kegiatan di darat yang dibuang ke sungai. Akibat adanya limpasan dan pengenceran air laut serta kemampuan degradasi bahan pencemar oleh air laut maka pencemaran akan terkonsentrasi di muara sungai sedangkan di w ilayah perairan lautnya relatif kecil.

Kisaran pencemaran yang cukup tinggi pada air tanah (dibandingkan pada air sungai dan laut) sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Pencemaran Air Tanah, merupakan bagian dari sistem akumulasi pembuang limbah, kandungan bahan pada sistem geologi struktur tanah pegunungan dan bahan tambang, serta sistem drainase dan penghijauan yang kurang terpadu. Hal ini mengakibatkan bahan – bahan galian yang mengandung logam terakumulasi kedalam air tanah. Selanjutnya laju deposit bahan pencemar tersebut relatif lebih tinggi dibadingkan dengan kemampuan degrasi bahan oleh biota degradator yang terdapat dalam tanah. Di lain sisi, akumulasi bahan tambang dan bahan pencemar tersebut, cenderung akan membentuk molekul komplek yang terlarut dalam air tanah. Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya pengaruh dari gelombang tsunami yang menyebabkan kualitas air tanah menurun, serta curah hujan yang relatif tidak merata, sehingga kandungan bahan pencemar menjadi lebih komplek.

Kondisi pencemaran ini sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam penentuan kaw asan lindung dan budidaya. Untuk kaw asan lindung, kondisi pencemaran air akan mempengaruhi keberadaan kaw asan tersebut, dimana semakin daerah tersebut tercemar maka kaw asan lindung akan terancam punah. Sedangkan untuk perencanaan kaw asan budidaya juga sangat itentukan oleh kondisi pencemaran perairannya. Adapun untuk kriteria kaw asan lindung dan budidaya dengan memperhatikan aspek pencemaran didasarkan pada Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil dari Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil, Ditjen Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Per ikanan RI Tahun 2002 .

3.6.2. Mitigasi Bencana di Darat dan Perairan 3.6.2.1. Aktifitas Vulkanik

Indonesia merupakan daerah gempa yang aktif di dunia serta mempunyai banyak gunung api aktif. Hal ini merupakan ciri dari busur kepulauan (arc-kepulauan) dengan karakter istik fisiografi khas seperti trench, belt geo-anticlin, gunung api busur dalam dan gunung api busur luar. Indonesia mempunyai sekitar 400 Gunung api, 100 diantaranya aktif. Gunung api di Pulau Sumatera terletak sepanjang garis sejajar dengan pantai barat ke arah timur. Aliran lava dikeluarkan dari gunung api pada aw al tersier, material erupsi terdiri dari debu (ash) dan lava skoria, menghampar luas di Pulau Sumatera. Jenis batuan beku andesite-augite mendominasi, tetapi batuan vulkanik basaltik dan rhyolitik juga ditemukan. Gunung api aktif yang terdapat di Provinsi NAD adalah Peuet-Sague dan Bur Ni-Telong.

Daerah pantai Nanggroe Aceh Darussalam ter masuk rendah bencana vulkanik karena relatif jauh dengan lereng vulkanik dari Gunung Peuet-Sague dan Gunung Bur Ni- Telong, tetapi merupakan dataran aluvial yang banyak mener ima suplai material vulkanik dan abu vulkanik, sehingga merupakan daerah yang subur.

Buku Analisa

RUTRW Pesisir Provinsi NAD Pasca Tsunami III - 70

3.6.2.2. Daerah Raw an Gempa Bum i dan Tsunam i

1. Gem pa Bum i

Pantai-pantai kepulauan Indonesia yang berhadapan langsung dengan palung-palung laut, sebagai akibat dar i benturan lempeng-lempeng di dasar laut, merupakan kaw asan yang memiliki potensi paling tinggi terlanda tsunami, jika gempa bumi terjadi pada zona subduksi (subduction

zone) tersebut. Sesar Sumatera dibagi menjadi tiga segmen yaitu bagian selatan, tengah dan

utara. Sesar ini ter masuk sesar naik tipe dekstral dan lebih dikenal dengan Sumatera Fault

System (SFS). Sesar ini melintas sepanjang Pegunungan Barisan, merupakan blok uplift. Akibat

sesar ini terjadi intrusi batu granit dan terendapkan batuan sedimen tersier. Batuan – batuan yang berumur tersier tertutup oleh endapan vulkanik yang berumur tersier–quarter. Studi singkapan mesozoikum di Sumatera bagian tengah menunjukkan bahw a SFS mempunyai pergeseran sejauh 150 km (Sumber : w ww . USGS.com “ 10 tahun ker jasama BPPT Penelitian Indonesia dan Prancis). (Dapat dilihat pada Peta 36)

Berdasarkan sejarah gempa di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, selama 30 tahun ini telah terjadi sekitar 100 kali gempa berskala 5 Skala Richter. Pusat gempa terbanyak terjadi sepanjang laut sebelah barat Aceh, 15 kali gempa di atas 7 Skala Richter di laut dan 6 kali di daratan sepanjang Patahan Sumatera yang melintasi Provinsi NAD. Keseluruhan gempa tersebut memiliki kedalaman dangkal episentrumnya kurang dari 50 km. Gempa menengah telah terjadi 27 kali di sepanjang laut sebelah barat Aceh dan 25 kali di daratan. Sebagian gempa-gempa tersebut berkedudukan di laut sekitar Pulau Simeulue dan Bukit Barisan menerus sampai ke Laut Andaman dan Bir ma.

a. Gem pa di Pantai Barat NAD

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahw a episenter/pusat gempa terbanyak dijumpai di perairan sebelah barat NAD, hal ini mengakibatkan pantai barat lebih raw an gempa dibandingkan dengan pantai timur. Potensi raw an gempa di pantai barat tersebut dimungkinkan karena daerah pantai tersebut berhadapan langsung dengan palung-palung laut, sebagai akibat dari benturan lempeng-lempeng dasar laut dari Lempeng Australia yang bergerak masuk kedalam Lempeng Eurasia atau zona subduksi dan zona patahan aktif di daratan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan menunjukkan adanya fenomena yang diakibatkan oleh gempa bumi yaitu beberapa ruas jalan aspal yang retak, bergeser dan terpotong, per mukaan batuan/tanah yang mengalami pengangkatan dan penurunan, adanya patahan-patahan dan lipatan, zona hancuran dengan dijumpainya milonitisasi dan kerusakan lain. Hal ini dapat dilihat di pantai-pantai bagian barat NAD yaitu Lhoknga, Calang, Meulaboh sampai Tapak Tuan.

Di daerah Pantai Lhoknga, Leupung dan Lhoong, adanya zona patahan ini terlihat jelas dari batuan-batuan di tebing pantainya. Tebing tersebut didominasi oleh batugamping berw arna putih kecoklatan, abu-abu, batuan breksi andesit dan batugamping teralterasi, tebal perlapisan bervariasi antara 30 – 150 cm. Batuan tersebut menunjukkan struktur perlapisan yang terlipat, terpatahkan, sebagian menunjukkan zona hancuran milonitisasi dan pengangkatan karang dan muncul pulau-pulau baru. Khusus untuk Banda Aceh dihimpit oleh dua patahan besar, yakni patahan Darul Imarah dan Darussalam. Keduanya merupakan sesar aktif. Sehingga sesungguhnya Banda Aceh adalah suatu dataran hasil grabben sejak Pliosen, sehingga dataran Banda Aceh ini merupakan batuan sedimen yang labil apabila terjadi gempa disekitarnya.

b. Gem pa di Pantai Tim ur NAD

Berdasarkan sejarah gempa, peta seismisitas dan bukti-bukti di lapangan maka dapat diketahui bahw a Pantai Timur NAD relatif lebih aman dari resiko bencana gempa bumi. Episenter gempa yang terjadi sebelum tsunami hanya terdapat di dua tempat sekitar Perairan Bireuen dengan kekuatan di baw ah 6 Skala Richter.

2. Tsunam i

Pulau Sumatera bagian utara dan Provinsi NAD pada khususnya merupakan daerah raw an bencana tsunami. Hal ini mengingat posisi tektonik Aceh yang raw an gempa dan konfigurasi dasar lautnya. (Dapat dilihat pada Peta 37)

a. Tsunam i di Pantai Barat NAD

Beberapa w ilayah di Prov. NA D yang berpotensi terkena bencana tsunami, terutama di Pantai Barat. Berdasarkan peta Citra Satelit, teridentifikasi kerusakan yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami yang ter jadi pada tanggal 26 Desember 2004 di beberapa kabupaten/kota. Terjangan gelombang menunjukkan arah yang relatif tegak lurus garis pantai, baik yang langsung dari barat seperti pada daerah Lhoknga, maupun yang dari utara setelah pembelokan dari pulau-pulau di ujung Sumatera dan Kepulauan Andaman. Pola kerusakan akibat terjangan tsunami yang sejajar garis pantai, dengan gradasi kerusakan yang melemah tegak lurus menjauhi pantai, mengindikasikan bahw a arah terjangan gelombang tegak lurus garis pantai.

Secara substansi, kerusakan yang diakibatkan mencakup berbagai aspek mulai aspek manusia, fisik w ilayah dan bangunan, sosial ekonomi masyarakat, infrastruktur (meliputi: jalan, irigasi/w aduk, sungai, pelabuhan, bandar udara, dan lain-lain), fasilitas sosial dan umum, fungsi kota, dan aksesibilitas. Secara umum kerusakan tersebut diindikasikan dengan beberapa gambaran sebagai berikut :

Tabel 3.6.5. Kondisi Fisik Beberapa Kabupaten/Kota di Pantai Barat Provinsi NAD Pasca Tsunami

No Kabupaten/Kota Kondisi Fisik

1 Banda Aceh a. Kerusakan mencapai tidak kurang dari 60% perkotaan, kerusakan f isik y ang telah teridentifikasi meliputi jaringan tegangan listrik, pelabuhan ikan, bangunan dan permukiman, dan pergeseran garis pantai ke arah darat.

b. Tidak semua rumah di kota tersebut mengalami rusak berat. Beberapa rumah masih dapat dihuni karena tidak mengalami rusak berat.

c. Kondisi jalan, baik jalan nasional maupun prov insi, relatif tidak mengalami kerusakan berat dan dapat dilalui.

2 Aceh Jaya Kawasan pesisir Kab. Aceh Jay a sekitar 70-80% y ang berada dibawah ketinggian 25 meter mengalami kerusakan akibat tsunami. Pada peta Landsat ETM tanggal 29 Desember 2004, tampak bahwa gelombang tsunami masuk ke wilay ah pesisir rata-rata sepanjang 2-4 km dari garis pantai. Calang mengalami kerusakan paling parah meliputi infrastruktur, pemukiman, tambak dan perubahan garis pantai.

3 Aceh Barat Sebagian besar wilay ah pesisir pantai barat Kab. Aceh Barat mengalami kerusakan y ang sangat parah. Tingkat kerusakan y ang terjadi di wilay ah Meulaboh, y ang merupakan ibukota kabupaten dapat diidentif ikasi sebagai berikut:

a. Bagian wilay ah kota y ang mengalami rusak total, berada diwilay ah pesisir y ang berhadapan langsung dengan muka air pasang laut sampai kurang lebih 500 m dari garis pantai;

b. Bagian wilay ah kota y ang mengalami kerusakan struktur bangunan, berada pada bagian kota sekitar 500 – 1000 m dari garis pantai;

c. Bagian wilay ah kota y ang mengalami kerusakan ringan, yang berada lebih 1000 m dari garis pantai.

d. Seluruh ruas jalan yang berada pada daerah datar dengan jarak sekitar 4 km dari garis pantai mengalami kerusakan sepanjang 127 km.

4 Nagan Raya Bencana tsunami menyebabkan kerusakan di sebagian wilay ah Kab. Nagan Raya: a. Desa-desa di sepanjang pantai Kecamatan Kuala dan Kecamatan Darul

Makmur.

b. Wilay ah yang terpengaruh gelombang tsunami, yang meny ebabkan kerusakan tinggi, berjarak 1 – 2 km dari tepi pantai dan sepanjang pantai dari perbatasan Kabupaten Aceh Barat sampai Sungai Kr. Tripa kurang lebih 32 km dari perbatasan Kabupaten Aceh Barat dengan Nagan Raya.

Dalam dokumen Buku Analisa (Halaman 113-116)