• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUTRW Pesisir Provinsi NAD Pasca Tsunami III - 148 67. Peta Jalur Kabel dan Pipa Bawah Tanah

Dalam dokumen Buku Analisa (Halaman 193-197)

3.20. Analisis Potensi Pulau-pulau Kecil 3.20.1. Jum lah Pulau Serta Luas

Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi NAD (2005) jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 119 pulau. Jumlah pulau yang paling banyak adalah di Kabupaten Simeulue dan di Kabupaten Singkil. Pulau yang ter masuk cukup luas adalah Pulau Tuangku di Kepulauan Banyak. Pulau-pulau kecil yang telah bernama di w ilayah Provinsi NAD pada tabel berikut:

Tabel 3.20.1. Beberapa Pulau-Pulau Kecil yang telah Bernama di Wilayah Provinsi NAD

No Kabupaten/Kota Nama Pulau Luas (Ha)

1 Sabang Pulau Weh

Pulau Klah Pulau Seulakoe Pulau Rubiah Pulau Rondo - - - 2.600 40 2 Aceh Timur Pulau Parek

Pulau Ujunong Perling Pulau Pusong

Pulau Telaga Tujuh Pulau Reukui Pulau Peunaga Pulau Pusong Kapai

- - - - - -

3 Simeulue Pulau Simeulue Pulau Salaut Kecil Pulau Salaut Besar Pulau Lakon Pulau Linggam Pulau Simeulue Cut Pulau Siavelak Pulau Mincau Pulau Teupah Pulau Lasia Pulau Babi

Pulau Batu Belayar Pulau Simanangah Pulau Panjang Pulau Kasi Pulau Siumat Pulau Limau Pulau Talam Pulau Pinang Pulau Lampau Pulau Falu Pulau Asu Pulau Gala-Gala Pulau Tinggi Pulau Grik/Kecik Pulau Ina Pulau Tepi Pulau Alafan Pulau Panyu Pulau Langeni Pulau Matahari Pulau Tupa Kecil Pulau Tupa Besar Pulau Tepak

Pulau Siambong Ambong

- 250 - - 750 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

No Kabupaten/Kota Nama Pulau Luas (Ha)

4 Aceh Selatan Pulau Trumon Pulau Dua Pulau Pasir Pulau Tengku Pulau Pusong Pasir

Pulau Pusong Sankalan

- - - - - - 5 Aceh Besar Pulau Rusa

Pulau Benggala Pulau Nasi Pulau Buas Pulau Teunom Pulau Bunta 100 0,6 - - -

6 Aceh Jaya Pulau Raya Pulau Kluang Pulau Keueh Pulau Rangas 200 - - - 7 Aceh Singkil Pulau Tuangku

Pulau Bangkaru Pulau Palambak Besar Pulau Palambak Kecil Pulau Tapus-tapus Pulau Balai Pulau Birahan Pulau Mangkis Pulau Panjang Pulau Madangkati Pulau Lamun Pulau Sinok Pulau Rago-Rago Pulau Tailana Pulau Matahari Pulau Balong Pulau Ambarat Pulau Arofan Pulau Sikadang Pulau Biawak Pulau Asok Pulau Lambadong Pulau Pabisi Pulau Lamdah Pulau Dua

Pulau Gosong Siaji Pulau Ujung Batu Pulau Mahlu Pulau Rangit Besar Pulau Ranggit Besar Pulau Rangit Kecil Pulau Sarong Gantong Pulau Pinang

Pulau Sarong Aru

23.975 6.000 - - - 1.000 - - 1.500

8 Langsa Pulau Telaga Tujuh Pulau Tikoih Pulau Rawahrayeu

- - -

Buku Analisa

RUTRW Pesisir Provinsi NAD Pasca Tsunami III - 150

3.20.2. Kondisi Pulau-Pulau Kecil

Kondisi Pulau- Pulau Kecil di Provinsi NAD dilihat dari kondisi alam, keberadaan penghuni, potensi dan fasilitas yang ada menurut DKP Provinsi NAD (2006) adalah sebagai berikut :

1. Kota Sabang

Pulau-pulau yang ada di Kota Sabang ada sekitar 5 buah pulau. Dar i lima pulau tersebut hanya Pulau Weh yang berpenduduk dengan dilengkapi fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, dermaga, telepon dan listrik. Masyarakat yang ada disana mata pencahariannya sebagian besar adalah petani dan nelayan. Sedangkan Pulau Rubiah, Klah, Seulakoe, Rondo merupakan pulau yang bisa menjadi tujuan w isata baw ah laut.

2. Kabupaten Aceh Timur

Dari beberapa pulau yang terdapat di Kabupaten Aceh Timur menunjukkan ada pulau yang tidak berpenghuni tetapi kondisi alamnya masih baik. Fasilitas umum yang sudah terpenuhi adalah sekolah dan der maga. Untuk Parek, Pusong, Peunaga, dan Pusong Kapai kebutuhan untuk sekolah sudah terpenuhi.

3. Kepulauan Simeulue

Kepulauan ini diper kirakan memiliki luas sekitar 205.166,18 ha dengan luas daratan 198.021 ha dan kaw asan pulau-pulau yang sangat kecil dengan luas total 7.095,18 ha. Kepulauan Simeulue mempunyai jumlah pulau mencapai 52 buah, diantaranya telah diberi nama 41 pulau dan sisanya 11 pulau dalam proses pemberian nama. Kondisi alamnya masih baik dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah nelayan. Setelah terjadi gempa yang terjadi di Nias, banyak pulau-pulau atau daratan yang mengalami pengangkatan sampai 1,5 meter.

Keadaan sosial ekonomi penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan, petani dan pedagang. Sudah terdapat fasilitas umum seperti RSUD, puskes mas, puskes mas pembantu, balai-balai pengobatan dengan sejumlah dokter yang siap melayani kesehatan masyarakat setempat. Sehingga kaw asan kepulauan ini memiliki peluang untuk pengembangan industri pariw isata bahari dan perikanan.

4. Kabupaten Aceh Selatan

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 6 pulau yang tidak berpenghuni yang terletak di Kecamatan Susoh, Bakongan, dan Trumon. Kondisi alamnya masih dalam kondisi baik.

5. Kabupaten Aceh Besar

Kabupaten Aceh Besar memiliki jumlah pulau sebanyak 5 pulau yaitu Pulau Rusa, Benggala, Breuh, Keureuse dan Bunta. Pulau-pulau tersebut tidak berpenghuni hanya berupa batu dan banyak kapal nelayan yang menggunakan pulau tersebut sebagai tempat berlindung dar i gelombang dan angin.

6. Kabupaten Aceh Jaya

Kabupaten Aceh Jaya mempunyai pulau sebanyak 19 pulau yang dalam proses pemberian nama. Sedangkan beberapa pulau yang sudah bernama adalah Pulau Raya, Pulau Kluang, Pulau Keueh, dan Pulau Rangas. Pulau Kluang merupakan pulau yang terdekat dengan Kabupaten Aceh Besar dan tidak berpenghuni.

7. Kabupaten Aceh Singkil

Aceh Singkil memiliki pulau-pulau yang akan diusulkan menjadi kaw asan nasional untuk taman w isata laut yaitu di Kepulauan Banyak. Jumlah pulau di Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 99 pulau. Selain Pulau Banyak ada juga nama pulau di Kabupaten Aceh Singkil yaitu Pulau Birahan, Pulau Mangkir dan Pulau Panjang.

Pulau Banyak :

Sebagai pusat pelayanan administrasi Kecamatan Pulau Banyak berada di Pulau Balai, yang letaknya 58 mil laut dari Kota Singkil. Dalam operasional kew enangan pemerintahan dilimpahkan kepada 6 (enam) buah desa yaitu: Desa Pulau Balai dan Pulau Baguk ( Pulau Balai); Desa Teluk Nibung ( Pulau Ujung Batu); Desa Haloban, Desa Asantola, serta Ujung Sialit ( Pulau Tuangku).

Topografi

Sebagian besar berupa daratan dengan variasi lereng yang landai dan ditumbuhi vegetasi hutan tropika basah yang masih alami dan luas. Pada umumnya pulau-pulau tersebut tergolong sebagai pulau sangat kecil yang tidak berpenghuni dan berupa kebun kelapa.

Kondisi Iklim

Kepulauan Banyak tergolong iklim tropis yang dipengaruhi angin musim barat (penghujan) yang berlangsung dari bulan September-Desember dan musim timur (kemarau) yang terjadi pada bulan Januari-Agustus.

Kependudukan dan Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian penduduk Kepulauan Banyak umumnya bekerja disektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan per ikanan). Penduduk yang berusaha di sektor perikanan proentasenya mencapai 40%, umumnya sebagai nelayan tangkap. Di sektor perdagangan, penduduk Kecamatan Pulau Banyak melakukan kegiatan sebagai pedagang pengumpul ikan, w arung kelontong, pedagang kain, pedagang ikan keliling, pedagang w arung kopi dan pemilikan rumah penginapan. Sarana perdagangan dan jasa yang terdapat di Kecamatan Pulau Banyak terdiri dari pertokoan, kios/ w arung dan koperasi. Sedangkan pasar umum dan lembaga perbankan belum tersedia.

Pendidikan

Tingkat pendidikan Kepulauan Banyak relatif rendah. Umumnya tingkat pendidikan mereka sederajat dengan sekolah dasar. Fasilitas pendidikan yang tersedia seperti TK, SD/ MIN, SLTP dan pesantren.

8. Kota Langsa

Kota Langsa memiliki 3 pulau yang tidak berpenghuni yaitu Pulau Raw ahrayeu, Telaga Tujuh dan Tikoih. Kondisi alamnya masih dalam kondisi baik.

3.20.3. Pulau-Pulau Kecil Terluar

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 yang ditandatangani oleh Presiden dan juga berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan oleh DISHIDROS TNI AL, di Indonesia terdapat 92 pulau yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, pulau-pulau yang berada di kaw asan Provinsi NAD antara lain : Pulau Simeulue Cut, Pulau Salaut Besar, Pulau Raya, Pulau Rusa, Pulau Benggala dan Pulau Rondo.

Aksesibilitas dan Pencapaian

Aksesibilitas menuju enam pulau terluar dapat dilakukan dengan per jalanan darat dan perjalanan air yaitu dengan menggunakan angkutan umum, kapal cepat dari Banda Aceh dan bisa juga dengan menggunakan kapal nelayan. Dengan semakin tersedianya sarana dan prasarana aksesibilitas menuju pulau-pulau terluar semakin mudah dalam pengaw asan dan pengembangan potensi sumberdaya alam.

Jenis Penggunaan Lahan

a. Pulau Rondo; belum ada pemanfaatan lahan terbangun secara intensif kecuali hanya untuk penempatan sebuah mercusuar.

b. Pulau Benggala; memiliki bentukan fisik berupa batu-batu besar saling berdekatan.

c. Pulau Rusa; penggunaan lahan masih didominasi oleh hutan dan semak belukar yang hampir meliputi seluruh pulau. Kondisi penggunaan lahan di Pulau Rusa dan pemanfaatan pantainya tidak menunjukkan adanya tanda-tanda aktivitas dan kehidupan manusia.

d. Pulau Raya; penggunaan lahan yang sebelumnya berupa w ilayah permukiman mengalami perubahan yang drastis sejak ter jadinya bencana gempa dan tsunami sehingga lahan saat ini masih kosong dan ditumbuhi pepohonan serta semak belukar.

e. Pulau Simeulue Cut; berdasarkan hasil interpretasi citra terlihat bahw a sebagian besar lahan di pulau ini dipergunakan sebagai daerah perkebunan dan hutan. Sedangkan daerah perairan sekitarnya saat ini sangat dimanfaatkan sebagai area tangkap nelayan terutama untuk mendapatkan jenis ikan karang dan lobster.

f. Pulau Salaut Besar; sebagian besar lahannya merupakan kebun kelapa, hutan, dan semak belukar.

Aspek Kepem ilikan Lahan

Berdasarkan informasi dari Kantor/Badan Pertanahan di masing-masing kabupaten, belum ada upaya sertifikasi kepemilikan lahan oleh masyarakat pada enam pulau terluar tersebut. Ber ikut ini adalah informasi ringkas tentang aspek pemilikan lahan untuk enam pulau tersebut.

a. Pulau Rondo. Pulau ini merupakan pulau yang kepemilikannya dibaw ah Pemerintah Kota Sabang.

b. Pulau Rusa dan Pulau Benggala. Status kepemilikan lahan kedua pulau ini dimiliki oleh Kabupaten Aceh Besar.

c. Pulau Raya. Lahan Pulau Raya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya.

d. Pulau Simeulue Cut. Kepemilikan lahan di Pulau Simeulue Cut merupakan milik Pemerintah Kabupaten Simeulue.

e. Pulau Salaut Besar. Pulau Salaut Besar saat ini status kepemilikan lahannya masih dibaw ah Pemerintah Kabupaten Simeulue. Beberapa orang masyarakat yang mengolah perkebunan diatasnya hanya memiliki hak sew a atas pulau tersebut.

Kontribusi Pulau Bagi Penduduk Sekitar

Adapun kontribusi pulau tersebut bagi penduduk sekitar adalah sebagai ber ikut :

a. Pulau Rondo: Belum ada kontribusi nyata yang diberikan oleh Pulau Rondo bagi masyarakat mengingat kondisi pulau yang masih kosong.

b. Pulau Benggala: tidak dapat dimanfaatkan sedikitpun oleh penduduk sekitar menjadikan faktor utama mengapa Pulau ini tidak memiliki kontribusi terhadap w ilayah sekitar.

c. Pulau Rusa: Tidak adanya kehidupan di Pulau Rusa menyebabkan pulau ini tidak memiliki kontribusi terhadap masyarakat di sekitarnya.

d. Pulau Raya: pulau dengan per mukiman dan aktivitas penduduk. Hanya saja, sejak terjadinya gempa dan tsunami maka saat ini hanya didiami oleh lima orang. Kontribusi Pulau Raya sendiri sebenarnya mampu memberikan hasil bumi berupa kebun kelapa yang hasilnya biasanya dimanfaatkan dan diolah menjadi kopra.

e. Pulau Simeulue Cut sebagian besar lahannya berupa perkebunan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di Kampung Aie pada khususnya dan penduduk di Kecamatan Simeulue Tengah pada umumnya. Sekitar 80% penduduk Kampung Aie menyandar kan sebagian pendapatan untuk bertahan hidup dari hasil kelapa yang mereka tanam di Pulau Simeulue Cut dan perikanan sekitar pulau tersebut. Kelapa yang mereka hasilkan di Pulau Simeulue Cut selanjutnya akan mereka keringkan untuk dijual pada pabrik pembuat kopra.

f. Pulau Salaut Besar: dapat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan.

3.21. Analisis Pem bentuk Struktur Tata Ruang

Struktur tata ruang w ilayah adalah gabungan dari beberapa sistem perkotaan dan interaksi yang terjadi didalamnya yang selanjutnya membentuk pola hubungan pusat–sub pusat di suatu w ilayah. Pusat-pusat tersebut umumnya berupa simpul-simpul aktivitas yang heterogen. Sub-sub pusat adalah simpul-simpul aktivitas yang memiliki skala pelayanan dan intensitas aktivitas lebih rendah. Wilayah pusat memberikan pelayanan kepada w ilayah sub-sub pusat. Sedangkan w ilayah sub-pusat memberikan pelayanan pada w ilayah hinterland (w ilayah belakang). Jangkauan pelayanan tersebut berhenti pada jarak optimal pelayanan. Wilayah hinterland memberikan dukungan dan menggantungkan pelayanannya dari sub-sub pusat terdekat.

3.21.1. Pem bentuk Simpul Perkotaan dan Perdesaan Pesisir NAD

Sistem lingkage desa-kota di w ilayah pesisir NAD cenderung dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Interaksi perdagangan. Sistem pusat perdagangan yang saharusnya berorientasi ke Kota Banda Aceh belum dapat bekerja secara optimal. Hal ini dapat dilihat dar i distribusi produk-produk lokal baik dari sektor pertanian maupun sektor perikanan dan kelautan yang lebih banyak dipasarkan ke Medan.

2. Interaksi pelayanan. Dilihat dari interaksi pelayanan, interaksi yang terjadi cenderung bersifat parsial dan belum membentuk satu sistem hirarki yang diinginkan.

3. Sistem transportasi. Sistem transportasi akan mempengaruhi keeratan hubungan antara desa-kota, baik sistem transportasi darat, laut maupun udara.

3.21.2. Struktur Tata Ruang Wilayah Provinsi NAD

Struktur Tata Ruang Provinsi NA D dikembangkan melalui 3 pusat orientasi kegiatan yang disebut dengan Pusat Kegiatan Nasional ( PKN), Pusat Kegiatan Wilayah ( PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal ( PKL). PKN berfungsi sebagai: (a) Pintu gerbang ke kaw asan-kaw asan internasional dan memiliki potensi untuk mendorong perkembangan w ilayah sekitarnya dan (b) Pusat pengembangan kegiatan jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi dengan skala pelayanan nasional atau beberapa provinsi. PKW berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten. PKL berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan. Mengacu pada kriteria diatas dan perw ilayahan yang dilakukan, RTRW Provinsi NAD 2006 - 2027 menetapkan Rencana Struktur Ruang Provinsi sebagaimana tertuang dalam tabel berikut :

Tabel 3.21.1. Rencana Struktur Ruang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Kota Dalam Kawasan

Kawasan

PKN PKW PKL

Kaw. Banda Aceh, dsk. Banda Aceh - Sabang Jantho dan Sigli

Langsa Idi Rayeuk, Bireuen, Lhoksukon, dan Karang Baru

Kaw. Lhokseumawe, dsk. Lhokseumawe

Takengon Simpang Tiga, Blangkejeren, dan Redelong

Kaw. Meulaboh, dsk. Meulaboh Tapaktuan Blang Pidie, Jeuram, Calang, Kutacane, Subulussalam, Sinabang, dan Singkil

Su mber: RTRW Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006: 4 – 8

Keterangan: PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal)

Struktur tata ruang Provinsi NAD tersebut diatas perlu diintegrasikan dengan arahan pemanfaatan ruang w ilayah laut Sumatra Bagian Barat yang mengamanatkan beberapa pusat dan sub pusat pengembangan. Optimalisasi peran PKN dan PKW sangat esensial untuk menyebarkan potensi yang bersumber dari pesisir dan laut ke w ilayah daratan. Jaringan

Buku Analisa

RUTRW Pesisir Provinsi NAD Pasca Tsunami III - 152

Dalam dokumen Buku Analisa (Halaman 193-197)