• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENENTUAN KERUGIAN (INJURY) DAN INSTRUMEN

3.2. Instrumen Yang Digunakan Untuk Melindungi Industri Dalam

3.2.3. Safeguard

Pada saat krisis ekonomi global, dan untuk melindungi industri daam negeri agar tetap eksis dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), maka salah satu instrument trade remedies yang sering digunakan oleh negara anggota WTO adalah safeguard disamping dua instrument lainnya yaitu dumpig dan subsidi108

108 Muhammad Yani, 2009, “safeguard” bulletin kerjasama prdagangan internasional, edisi 55/2009, departemen perdagangan Republik Indonesia, h 17.

Safeguard adalah suatu tindakan pengamanan industri dalam negeri yang berupa larangan import dan atau menaikan tariff atau menetapkan kuota selama periode waktu tertentu. Tindkan ini dilakukan karena terjadinya kerugian serius (Serious Injury) atau terancam kerugian serius (Threaten to cause serious injury) pada industri dalam negeri yang disebabkan karena meningkatnya import dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Pada dasarnya produsen/eksportir mengekspor produknya ke suatu negara tidak melakukan praktek perdagangan yang tidak sehat namun produk yang di import dari berbagai negara tersebut secara kuantitas melonjak secara dramatis baik secara absolut maupun relatif sehingga produsen dalam negeri produk sejenis mengalami kerugian serius (serious Injury) atau terancam kerugian serius (threaten to cause serious injury). Akibat dari lojakan import tersebut berdasarkan WTO Agreement diperkenankan untuk diambil tindakan pemulihan yang dinamakan dengan tindakan safeguard (safeguard measures)109

Kesepakatan safeguards organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization) adalah peraturan yang memuat prosedur dan tata cara melakukan tindakan pengamanan (safeguard) oleh masing-masing negara anggota. Menurut keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2002 tentang tindakan pengaman industri dalam negeri dari akibat lonjakan import disebutkan tindakan pengamanan adalah tindakan yang diambil pemeritah untuk memulihkan kerugian serius dan atau mencegah ancaman kerugian serius dari industri dalam negeri sebagai akibat dari lonjakan import barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalm negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural (pasal 1 angka 1).

109Ibid, h 13

Kerugian serius adalah kerugian nyata yang diderita oeh industri dalam negeri, sedangkan ancaman kerugian serius adalah ancaman terjadinya kerugian serius yang akan diderita dalam waktu dekat oleh industri dalam negeri. Penentuan kerugian serius dan atas ancaman kerugian serius terhadap industri dalam negeri akibat lonjakan import barang terselidik harus didasarkan kepada hasil analisis dari seluruh faktor-faktor terkait secara obyektif dan terukur dari industri dalam negeri.

Faktor-faktor tersebut dimaksud meliputi :

Ø Tingkat dan besarnya lonjakan impor baik secara absolut ataupun relatif Ø Perubahan tingkat penjualan

Ø Produksi Ø Produktifitas

Ø Pemanfaatan kapasitas Ø Keuntungan dan kerugian Ø Kesempatan kerja

Ø Pangsa pasar dalam negeri, Dll.

Tindakan safeguard merupakan perlindungan sementara terhadap industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius atau ancaman kerugian serius yang disebabkan oleh terjadinya lonjakan impor barang yang sama atau secara langsung menyaingi produk yang dihasilkan oleh industri dalam negeri tersebut. Persyaratan penerapan tindakan safeguard sementara (provisional safeguard measure), yaitu :

Ø Dalam keadaan kritis

Ø Ada bukti awal bahwa peningkatan impor menyebabkan kerugian serius atau ancaman akan terjadinya kerugian serius

Ø Berlaku tidak melebihi 200 hari Ø Dala bentuk tariff (cash board)

Ø Penerapan atas dasar MFN (non dokumentasi)

Ø Dalam hal hasil penyelidikan ternyata tidak ada bukti kuat, maka bea masuk safeguard sementara yang telah dibayarkan harus dikembalikan Untuk tindakan safeguard tetap, akan dilakukan apabila :

Ø Terdapat bukti bahwa kenaikan impor barang terselidik menyebakan kerugian serius/ ancaman kerugian serius industri dalam negeri.

Ø Komite menetapkan rekomendasi tindakan pengamanan tetap.

Ø Komite menyampaikan rekomendasi tindakan pengamanan tetap kepada menteri perdagangan.

Ø Tindakan pengamanan tetap dapat ditetapkan dalam bentuk bea masuk oleh menteri keuangan dan atau kuota oleh menteri perdagangan.

Untuk ketentuan tindakan pengaman tetap, akan dilakukan apabila : Ø Berlaku atas dasar Most Favoured nations / tanpa terkecuali.

Ø Tindakan pengamanan secara bertahap diperingai atau diliberalisasikan selama masa berlakunya tindakan pengaman tetap.

Ø Tindakan pengamanan daam bentuk kuota ditetapkan tidak boleh kurang dari volume impor yang dihitung secara rata-rata dalam jangka waktu 3(tiga) tahun terakhir, kecuali terdapat alasan yang jelas bahwa kuota dalam jumlah atau volume impor lebih kecil diperlukan untuk memulihkan kerugian serius dan atau mencegah ancaman kerugian serius.

Ø Jika lebih dari satu negara pengekspor barang terselidik ke indonesia, maka kuota impor yang di tetapkan harus dialokasikan di antara negara-negara pemasok.

Ø Kuota harus dialokasikan secara pro-rata sesuai dengan prosentasi besarnya impor dari tiap negara pemasok secara rata-rata dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terakhir.

Untuk masa berlaku tindakan pengaman tetap yaitu :

Ø Tindakan pengamanan tetap hanya berlaku selama dianggap perlu untuk memulihkan kerugian serius dan untuk memberikan waktu penyesuaian struktural bagi industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius atau ancaman kerugian serius.

Ø Tindakan pengamanan adalah paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diperpanjang maksimun 8 tahun atau 10 tahun untuk negara berkembang.

Ø Dalam hal tindakan pengamanan telah diberlakukan lebih dari 3 (tiga) tahun, komite melakukan pengkajian atas tindakan pengamanan dan memberitahukan hasil pengkajian tersebut sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku tindakan pengamanan berakhir kepada pihak berkepentingan.

Dalam kesepakatan Safeguard WTO di persyaratkan keharusan dilakukannya penyelidikan sebelum tindakan safeguard tersebut ditetapkan. Adapun lembaga yang berwenang untuk melakukan penyelidikan di indonesia adalah komite pengaman perdagangan indonesia (KPPI). KPPI harus membuktikan bahwa lonjakan barang impor mengakibatkan menurunnya kinerja atau mengancam akan menurunkan kinerja industri dalam negeri kepada semua pihak yang terkait dengan kasus tersebut harus diberitahu rencana penetapan tindakan safeguard tersebut dan kepada para eksportir diberikan kesepakatan yang cukup waktunya untuk memberikan pandangan atau pendapat mereka.

KPPI dalam melakukan penyelidikan dapat atas inisiatif sendiri atau atas permohonan dari dunia usaha atau organisasi usaha / pekerja. Dalam pasal 8 Keputusan Presiden No. 84 tahun 2002 ditentukan penyelidikan yang dilakukan oleh komite harus selesai dalam waktu 200 (dua ratus) hari sejak penetapan dimulainya penyelidikan. (ayat 1).

Dalam hal hasil penyelidikan ternyata tidak ada bukti kuat yang menunjukan industri dalam negeri mengalami kerugian serius dan atau ancaman kerugian serius sebagai akibat dari lonjakan impor, komite menghentikan penyelidikan tindakan pengamanan (pasal 7 ayat 1). Komite dapat merekomendasikan tindakan pengamanan sementara dalam bentuk bea masuk, yaitu dalam hal (pasal 9 Keputusan Presiden No.

84 tahun 2002).

Ø terdapat suatu bukti kuat bahwa terjadinya lonjakan mpor dari barang terselidik telah mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius; atau

Ø lonjakan impor dari barang terselidik menimbulkan kerugian seirus industri dalam negeri ysng akan sulit dipulihkan apabila tindakan pengamanan sementara terlambat diambil .

mengenai prosedur penyelidikan tindakan pengamanan (safeguard ) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 2

Lanjutan :

Sumber : Komite Anti Dumping Indonesia (KADI).

Sebagai pihak berkepentingan sebagai pemohon adalah : Penutupan atau inisiasi &

a) Produsen dalam negeri Indonesia yang mengalami kerugian serius atau ancaman kerugian serius akibat lonjakan impor barang sejenis, barang terselidik dan atau barang yang secara langsung bersaing.

b) Asosiasi produsen barang sejenis, barang terselidik dan atau barang yang secara langsung bersaing.

c) Organisasi buruh yang mewakili kepentingan industri dalam negeri barang sejenis barang terselidik dan atau barang yang secara langsung bersaing.

Persyaratan mewakili industri dalam negeri adalah volume produksi secara kolektif maupun individu pemohon lebih besar 50% dari total produksi nasional.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam kesepakatan safeguard yaitu.

1. setiap negara importir yang ingin meakukan tindakan safeguard harus terlebih dahulu melakukan penyelidikan untuk membuktikan bahwa lonjakan impor benar-benar telah mengakibatkan kerugian serius atau ancaman kerugian serius bagi industri dalam negerinya yang memproduksi barang yang sejenis atau mendapatkan saingan langsung dari barang impor tersebut

2. kepada semua pihak yang terkait termasuk eksportir harus diberitahu dan diumumkan rencana tindakan safeguard tersebut dipenerbitan resmi pemerintah. Bersamaan dengan itu disampaikan juga notifikasi ke kominte on safeguards WTO agar dapat didistribusikan kepada semua negara anggota WTO.

3. Tindakan safeguard dapat ditetapkan dalam bentuk kuota atau bea masuk.

Setiap tindakan safegard yang telah ditetapkan harus dilakukan pengurangan secara bertahap sampai batas waktu pengenaan nya. Umumnya tindakan safeguards tidak lebih dari 4 tahun dan dapat diperpanjang 4 tahun berikutnya,

khusus bagi negara berkembang diperkenankan menetapkan sampai dengan paling lama 10 tahun.

Apabila tindakan safeguards ditetapkan lebih dari tiga tahun maka negara yang mengambil tindkan tersebut harus memberikan konvensasi atau konsisi yang imbang berupa kemudahan akses pasar bagi negara yang dikenakan tindakan safeguards tersebut. Dengan adanya kesepakatan safeguards WTO tersebut maka semua industri dalam negeri dan para ekpotir memdapatakan perlindungan dan kepastian hukum yang jelas atas tindakan safeguard. Untuk industri dala negeri mendapat perlindungan dari serangan impor dan para ekport terhindar dari tindakan sewenang-wenang negara tertentu, karena ada kepastian harus mendapatkan informasi yang cepat dan diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau buki-bukti tidak tepatnya tuduhan yang ditujkan kepada mereka.

Lingkup tindakan pengamanan perdagangan di indonesia lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 3

Lingkup Tindakan Pengamanan Perdagangan indonesia

Sumber : Komite Anti Dumping Indonesia (KADI).

Dalam periode tahun 2008-bulan juni 2009 beberapa negara telah melakukan penyelidikan safeguards. Mesir telah melakukan pengumuman (inisiasi) untuk produk cotton yarn dan blend. Dalam tempo yang tidak terlalu lama india melakukan penyelidikan terhada dua produk ekspor idonesia yaitu Phthallic Anhy dride, 2008 dan coated & uncoated paper, 2009. dengan demikian tidak menutup kemungkinan negara anggota lainnya menggunakan safeguard untuk melindungi industri dalam negerinya dari kebangkrutan110.

110 Ibid h.17-18

Pengamanan Perdagangan Pengamanan

industri dalam negeri 9 offensive

KADI & KPPI

> Antidumping

> anti subsidy

> Tindakan Safeguard Penyelidikan

(investigasi)

Pengamanan pasar luar negeri (Deffensive)

Direktorat pengamanan perdagangan

Ø Tuduhan Dumping Ø Tuduhan Subsidi Ø Tindakan safeguards Advokasi / Pembelaan

BAB IV

Kebijakan Pemerintah Berkaitan Dengan Tuduhan Dumping Oleh Produsen Indonesia Kepada Negara Pengekspor

4.1. Pembentukan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)

4.1.1. Dasar Hukum Pembentukan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Pada tanggal 4 Juni 1998 pemerintah mengeluarkan paket deregulasi yang mencakup sasaran yang cukup luas, yaitu meliputi sebelas langkah yang terdiri atas :

a. kelanjutan penjadwalan penurunan tarif bea masuk.

b. perubahan tarif bea masuk tambahan.

c. Penghapusan bea masuk tambahan . d. Penyederhanaan tata niaga impor.

e. Ketentuan anti dumping.

f. Kemudahan ekspor.

g. Kemudahan pelayanan bagi perusahaan eksportir tertentu di sektor tertentu.

h. Penyederhanaan perijinan bagi industri

i. Penyelenggaraan tempat penimbunan berikat / gudang.

j. Kelonggaran kegiatan ekspor dan impor bagi perusahaan PMA manufaktur

k. Penyederhanaan produsen impor limbah untuk bahan baku industri.

Ketentuan tentang anti dumping sebagaimana tersebut dalam huruf e, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1996 tentang bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan sebagai hukum materialnya, pada bab II Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan tentang Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Dalam rangka

pelaksanaan Peraturan Pemerintah tersebut maka dibentuklah Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) bedasarkan keputusan menteri perindustrian dan perdagangan Nomor 13/MPP/Kep/6/1996 tanggal 4 juni 1996 . tetapi dengan dikeluarkannya surat keputusan menteri perindustrian dan perdagangan Nomor 430/MPP/Kep/10/1999 diubah lagi pada tahun 2000 dengan dikeluarkannya surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor. 427/MPP/Kep/10/2000 disempurnakan lagi selanjutnya dengan keputusan menteri perindustrian dan perdagangan Nomor 428/MPP/Kep/10/2000 diatur tentang penunjukan dan pengangkatan anggota Komite Anti Dumping (KADI).

Mengenai struktur kepegawaian Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dibentuk berdasarkan keputusan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Nomor 346/KADI/Kep/10/2000 tentang penunjukan dan pengangkatan kepala bidang dan anggota di lingkungan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) merupakan otoritas pemerintah Republik Indonesia yang bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan upaya menanggulangi praktek perdanggangan yang merugikan Indonesia yang dilakukan oleh pihak luar negeri berupa ekspor dengan barang dumping dan barang mengandung subsidi yang dapat menimbulkan kerugian (injury) bagi industri dlam negeri yang memperoleh barang sejenis. Dengan berpedoman pada Article VI dan Article XIV Agreement Establishing The World Trade Organization(WTO).

Dengan adanya keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangn tersebut, maka Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) merupakan satu-satunya instrumen yang legal yang dapat dipakai untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor yang tidak fair yang masuk ke Indonesia dengan harga dumping atau mengandung subsidi. Dengan dibentuknya Komite Anti Dumping

Indonesia (KADI) itu maka produsen ekportir Idonesia yang dituduh melakukan praktik perdagangan yang tidak sehat di negara tujuan ekspor akan mendapatkan perlindungan maupun pembelaan dari Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) tersebut.

4.1.2. Struktur Kelembagaan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI).

Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) merupakan lembaga / organisasi pemerintah non struktural yang dalam melakukan tugas-tugasnya bersifat Independen.

Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 428/MPP/Kep/10/2000, ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dijabat oleh pejabat eselon 1. ketua,wakil ketua, dan anggota serta sekretaris Komite Anti Dumping Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua Komite Anti Dumping (KADI) mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Menteri Perindustrian dan perdagangan. (pasal 9 dan 10 Keputusan menteri perindustrian dan Perdagangan Nomor 427/MPP/Kep/10/2000). Dengan demikian Komite Anti Duping Indonesia (KADI) dalam melaksanakan tugas-tugasnya berada dibawah kordinasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Sebagai anggota Komite Anti Dumping Indoseia (KADI) adalah :

Ø Direktorat Jendral bea dan cukai Ø Departemen keuangan .

Ø Dirjen perdagangan luar negeri.

Ø Departeen perdagangan Ø Dirjen KPI

Ø Dirjen Ilmta

Ø Depaertemen perindustrian

Ø Dirjen IAK

Sekretaris membawahi kepala bidang-kepala bidang dan ada lima bidang, yaitu bidang pengaduan, bidang penyelidikan dumping dan subsidi, bidang pengkajian kerugian, bidang hukum dan bidang umum, dibawah bidang tersebut ada investigator dan staff. Mengenai struktur kelembagaan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) jika digambarkan dalam bentuk bagan akan tampak seperti bagan dibawah ini :

Struktur Organisasi Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Berdasarkan SK Memperindag No. 428/MPP/Kep/10/2000, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 4

4.1.3. Tugas Pokok Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)

Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dibentuk untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan dumping dan barang mengandung subsidi. Dengan demikian Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) selain sebagai lembaga teknis administrasi, juga sebagai lembaga penegak hukum terutama yang berkaitan dengan bidang anti dumping. Hal ini sesuai dengan tugasnya yaitu yang juga melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya barang dumping atau barang mengandung subsidi sebagaimana diatur dalam Pasal 2 keputusan menteri perindustrian dan perdagangan No. 427/MPP/Kep/10/2000dan juga pasal 17 ayat (1) peraturan Pemerintah Nomor. 34 tahun 1996 tentang bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan.

Berdasarkan kewenangan yang dimiliki, Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) mempunyai tugas pokok yaitu :

Ø Melakukan penelitian terhadap barang dumping dan barang mengandung subsidi.

Ø Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti dan informasi

Ø Menguulkan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan

Ø Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh menteri perindustrian dan perdagangan, dan

Ø Membuat laporan pelaksanaan tugas.

Selain menangani penyelidikan anti dumping ataupun anti subsidi, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komite anti dumping antara lain :

Ø transfer pengetahuan (transfer of knowledge) yang diberikan oleh tenaga ahli dan pimpinan /anggota Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang telah berpengalaman

Ø Pelatihan bahasa Inggris dan Cost Accounting dan Auditing, yang materinya diarahkan untuk menunjang kemampuan investigator dalam menjalankan tugasnya.

Ø Sehubungan dengan tugas yang diemban Komite Anti Duping Indonesia (KADI), maka Komite Anti Dumping berkewajiban untuk mensosialiasikan semua peraturan perdagangan dunia yang telah diratifikasi dengan tujuan agar masyarakat, khususnya dunia usaha Indonesia tidak menjadi korban praktik perdagangan yang tidak sehat atau unfair trade practice, baik melalui praktik dumping maupun subsidi.

Ø Monitoring / evaluasi pengenaan Bea Masuk Anti Dumping kepada produsen / eksportir / importir dalam negeri.111

Dengan berdasarkan tugas pokok Komite Anti Dumping (KADI) tersebut, maka dapat disebutkan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya melindungi industri dalamnegeri dari praktek dumping, dengan diberlakukannya keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor.

428/MPP/Kep/10/2000, dimana ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dijabat oleh pejabat eselon satu.

Hal ini dirasakan kurang efisien dan kurang efektif bagi para penyidik Anti Dumping di Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang sifatnya mengusulkan pengenaan bea masuk anti dumping berdasarkan temuan dan analisisnya terhadap dugaan praktik dumping kepada menteri perindustrian dan perdagangan, dalam hal ini

111 Christhophorus Barutu 3, Op.cit, h.159.

membutuhkan waktu yang lama untuk diproses atau diputuskan oleh menteri perindustrian dan perdagangan untuk kemudian diteruskan kepada menteri keuangan atau bahkan atas dasar pertimbangan tertentu tidak diteruskan kepada menteri keuangan untuk ditetapkan menjadi sebuah keputusan.112

4.1.4. Penyelidikan Oleh Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)

Dengan dibentuknya Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) maka indonesia telah memiliki lembaga yang bertugas selain sebagai lembaga teknis administratif, juga sebagai lembaga penegak hukum di bidang anti dumping, karena sesuai dengan tugasnya yang juga melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya barang dumping atau barang mengandung subsidi.

Selain Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) sebagai lembaga penyelidik atas dugaan praktik dumping, terdapat juga lembaga pemerintah lainnya yang akan menindaklanjuti hasil temuan dan analisis Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) untuk menetapkan bea masuk anti dumping atau bea masuk imbalan yaitu menteri perindustrian dan perdagangan, dan menteri keuangan.

Setiap industri dalam negeri secara perorangan atau kelompok yang mengalami kerugian karena adanya barang impor yang dijual secara dumping atau mengandung subsidi dapat mengajukan permohonan perlindungan kepada Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)113. Dengan adanya permohonn (petisi) yang diajukan oleh produsen dalam negeri perihal adanya tuduhan praktik dumping oleh negera importir, maka berdasarkan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) akan melakukan penyelidikan

112Yulianto Syahyu, Op.cit, h. 97-98.

113. Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), Dalam Christhophorus Barutu.3, op.cit, h.158

awal dari hasil penyelidikannya itu dan bukti-bukti yang diajukan, Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) memberikan keputusan menolak atau mnerima. Jika permohonan memenuhi syarat, maka permohonan diterima dan Komite Anti Dumpig Indonesia (KADI) akan memulai melakukakn penyelidikan.

Berkaitan dengan kewenangan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) untuk melakukan penyelidikan, berdasarkan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996, penyelidikan terhadap suatu barang yang diduga barang dumping Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dapat melakukannya apabila ada atau tanpa permohonan dari produsen dalam negeri. Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) sebagai lembaga administrasi teknis yang melakukan penyelidikan atas dugaan praktik dumping, maka hasil temuan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) tersebut disampaikan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan kemudian dilanjutkan kepada Menteri Keuangan.

Menurut Yulianto Syahyu dalam praktiknya tidak semua hasil temuan dan analisis Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang diusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan ditindak lanjuti, atau membutuhkan waktu yang lama untuk diteruskan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan. Dalam hal ini Undang-Undang tidak mengaturnya sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian, juga tidak ada keharusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk menindaklanjuti temuan dan usulan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) tersebut.114.

Penyelidikan Anti Dumping yang ditangani Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dari tahun 1996 sampai dengan sekarang yaitu :

Penyelidikan Anti Dumping yang Diinisiasi :

a). Penyelidikan yang dikenakan Bea Masuk Anti Dumping 15 Produk

114Yulianto Syahyu, Op.cit, h. 100

b). Penyelidikan yang ditutup karena tidak ada injury,

tidak ada hubungan causal dan permintaan petisioner 13 Produk c). Penyelidikan yang sedang dalam Proses 1 Produk

Jumlah 29 Produk

Sumber : Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)

Penyelidikan yang Telah Dikenakan Bea Masuk

No. Produk Negara Yang Dituduh Keterangan

1 Hot Rolled Coll India, Rusia, RRC dan Ukraina Bea Masuk Anti Dumping Tetap 4 Tin Plate Jepang, Republik Korea,

Taiwan dan Australia

Bea Masuk Anti Dumping Tetap

5 H & I Section Rusia dan Polandia Bea Masuk Anti Dumping Tetap

7 Sorbitol Uni Eropa Bea Masuk Anti Dumping

Tetap 8 Calcium

Carbide

RRC dan Malaysia Bea Masuk Anti Dumping Tetap

11 Paracetamol RRC dan USA Bea Masuk Anti Dumping

Tetap

14 Wheat Flour Uni Emirab Arab Bea Masuk Anti Dumping Tetap

15 Hot Rolled Coll India, Rusia, Thailand, China, dan Taiwan

Bea Masuk Anti Dumping Tetap

*Review / Pengenaan dilanjutkan

Sumber : Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)

Penyelidikan Yang Ditutup Karena Tidak Ada Injury, Kausal Link, Permintaan petitioner

No. Produk Negara Yang Dituduh Keterangan

1 Synthetic Fiber Taiwan Tidak ada hubungan

kausalitas antara Dumping &

Injury

2 Synthetic Fiber Republik Korea Tidak ada hubungan

kausalitas antara Dumping &

Injury

3 Carbon Black India dan Thailand Tidak Ditemukan Injury

4 Newsprint White USA, Canada dan Perancis Permintaan Petitioner

5 Welded Pipe RRC, Republik Korea, Jepang, Dan Singapura

7 Hot Rolled coll/Plate India, Rusia, RRC dan Ukraina Tidak ada Injury 8 Wheat Flour UE Arab, Australia dan Uni

10 Phthallc Anhydride Rep. Korea, Jepang dan india Pertimbangan National Interest

11 Coasted Writing &

Printing Paper

Finland & Rep. Korea Tidak ada hubungan

kausalitas antara Dumping &

Sumber : Komite Anti Dumping Indonesia (KADI)

Dokumen terkait