• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Dalam karya tulis ini penulis berusaha memaparkan suatu sumbangan pemikiran yang diperoleh berdasarkan refleksi, studi pustaka dan pengalaman konkret dalam menghayati adorasi Ekaristi selama ini khususnya selama menjadi anggota kongregasi suster Sang Timur. Berdasarkan pemikiran dan pengalaman yang telah tertulis, maka penulis menawarkan beberapa usulan untuk para suster Sang Timur provinsi Indonesia khususnya di pulau Jawa dengan maksud memberi pemahaman yang baik dan benar berdasarkan ajaran Gereja dan Ibu pendiri dalam menghayati adorasi Ekaristi agar setiap suster berkembang dalam hidup rohani dan semakin nyata dalam kesaksian hidup di tengah dunia ini. Usulan-usulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Para suster memahami dengan sungguh ajaran-ajaran Gereja dan juga pola hidup Ibu pendiri mengenai kebaktian kepada adorasi Ekaristi sebagai salah satu bagian dari devosi Ekaristi.

145

2. Para pemimpin provinsi membuat suatu program pendalaman secara bertahap dan berkesinambungan tentang adorasi Ekaristi.

3. Para suster hendaknya membangun komitmen diri yang terus-menerus setiap saat terutama dalam adorasi Ekaristi.

4. Setiap suster berusaha untuk peka, peduli dan rela berkorban untuk menanggapi situasi zaman sekarang sebagaimana Yesus mengorbankan hidupNya untuk kebahagian dan keselamatan umat manusia.

5. Provinsi atau komunitas perlu membuat program pembinaan yang terarah bagi para suster novis, balita, medior dan senior baik di komunitas-komunitas, wilayah masing-masing maupun dalam lingkup provinsi seluruhnya.

6. Supaya terjadi pertemuan pendalaman yang baik dalam pelaksanaan katekese dengan model SCP ini, sangatlah perlu memberi pemahaman tentang metode ini agar para pendamping suster Sang Timur atau fasilitator mampu menggerakan dan mengaktifkan peserta, sehingga semua peserta bisa terlibat selama seluruh proses katekese.

DAFTAR PUSTAKA

Banawiratma, J.B. (1989). Baptis, Krisma, Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.

Benediktus XVI. (2007). Sacramentum Caritas. (E. Maryanto, Penerjemah). Jakarta: KWI (Dokumen asli dikeluarkan 22 Februari 2007).

Bergant, Dianne & Karris, Robert J. (Ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Cantalamessa, R. (1994). Ekaristi Gaya Pengudusan Kita. Ende: Nusa Indah. Crichton, J.D. (1987). Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.

Darminta, J. (1981). Doa Berdoa. Yogyakarta: Kanisius.

Generalat suster-suster Sang Timur. (2008). Kanak-kanak Yesus yang Miskin. Manuskrip berisi Informasi Kapitel Umum suster-suster Sang Timur, yang dikeluarkan di Simpelveld, Belanda.

Gereja St. Antonius Kotabaru. (2000). Kidung Ekaristi. Buku Koor 2. Buku kumpulan lagu ini dikeluarkan oleh paroki St. Antonius Kota Baru untuk perayaan Ekaristi kreatif.

Hayon, N. (1986). Ekaristi Perayaan Keselamatan dalam Bentuk Tanda. Ende: Nusa Indah.

Heuken, A. (2004). Ensiklopedi. Jakarta: Cipta Loka.

Komisi Liturgi KWI. (2002). Pedoman Umum Misale Romawi. Ende: Nusa Indah. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Kongregasi Suster Sang Timur. (1982). Pedoman Hidup Suster Sang Timur.

Manuskrip yang disetujui oleh Tahta Suci, diberikan di Roma pada Hari Raya Pentakosta, 30 Mei 1982.

__________. (2002). 70 Tahun Pelayanan Suster Sang Timur di Indonesia. Manuskrip tidak resmi ini dibuat dalam rangka 70 tahun Sang Timur berkarya di Indonesia yang dikeluarkan di Bandulan.

__________. (2007a). Agunglah Kasih Setia Tuhan. Manuskrip tidak resmi dibuat dalam rangka 75 Tahun Sang Timur berkarya di Indonesia yang dikeluarkan di Pakel Yogyakarta.

__________. (2007b). Katalog PIJ. Manuskrip berisi alamat, serta para suster yang berkarya di komunitas-komunitas suster Sang Timur provinsi Indonesia yang dikeluarkan di Bandulan Malang.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Kublen, B. & Gladbach, M. (2000). Kebaktian Hidup di Hadirat Allah Ekaristi

dari yang Bahagia Moeder Clara Fey. Manuskrip tidak resmi yang diterjemahkan pada pesta St. Yosef, 1917.

Lembaga Biblika Indonesia. (1981). Injil dan Surat-surat Yohanes. Tafsir Perjanjian Baru 4. Yogyakarta: Kanisius.

Martasudjita, E. (1998). Panduan Tim Liturgi Paroki. Yogyakarta: Kanisius.

__________. (1999). Makna Liturgi dalam Kehidupan Sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius.

__________. (2000). Mencintai Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.

__________. (2003). Sakramen-sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius. __________. (2005). Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius.

147

Martasudjita, E. (2007). Adorasi Ekaristi: Tuntunan Ringkas, Yogyakarta: Kanisius.

O’Collins, G. (1996). Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius.

Pertapaan Gedono. (2005). Ekaristi. Kumpulan renungan Iman yang dikeluarkan oleh para pertapa di pertapaan Gedono.

Pujasumarta, J. (2007). Gerakan Timba Daya Hidup Adorasi Ekaristi. Semarang: BKBLII.

Pusat Musik Liturgi. (2000). Madah Bakti. Buku Doa dan Nyanyian. Yogyakarta: PML.

Sumarno Ds, M. (2006). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah PPL PAK Paroki Semester V, Program Studi IPPAK, USD.

Virgini (Tt.). Pola Hidupku. Manuskrip tidak resmi dari buku kumpulan meditasi dan konferensi Ibu Clara Fey. Terjemahan dari Texte Aus Den schrifeten, von Mutter Clara Fey dan Bizonder Geweten Sonderzoek voor de Zuster van het arme Kind Jezus, door Moeder Clara Fey. Vriens, G. (1953a). Ibu Clara Fey dari Kanak-Kanak Yesus yang Miskin.

(Emannuel, Penerjemah). Freiburg im Breiggau: Herder & Co. __________. (1953b). Perjalanan Hidup Rohani Clara Fey. (Emannuel,

Penerjemah). Freiburg im Breiggau: Herder & Co.

Xaveria. (2007). Karisma dan Spiritualitas Kongregasi Sang Timur. Malang: Provinsi Indonesia.

Yohanes Paulus II. (1992). Ecclesia de Eucharistia. (Seri Dokumen Gerejawi no. 67). (Anicetus B. Sinaga, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI (Dokumen asli diterbitkan 17 April 2003).

__________. (2004). Redemptionis Sacramentum. (R.P. Cornelis Bohm, Penerjemah). Jakarta: Komisi Liturgi KWI. (Dokumen asli diterbitkan pada 25 Maret 2004).

Lampiran 1: Panduan Wawancara

a. Panduan Wawancara untuk para suster Yunior Tahun I-V 1). Apa motivasi suster dalam mengikuti adorasi setiap hari

2). Apa dampak dari adorasi bagi hidup suster sebagai seorang suster Sang Timur?

3). Berapa lama ibadat adorasi di komunitas anda? Dan bagaimana tata caranya?

4). Apa hubungan adorasi dengan spiritualitas “Manete In Me”?

5). Apakah adorasi yang anda lakukan setiap hari cukup membantu anda dalam perkembangan iman dan semakin mencintai panggilan dan Yesus Kristus? 6). Apakah ada permasalahan/ kesulitan yang muncul baik dalam hidup

bersama, karya maupun pribadi anda sendiri sehubungan dengan pelaksanaan adorasi di komunitas anda setiap hari?

b. Panduan Wawancara untuk para suster Yunior Tahun VI 1). Bagaimana awal mula berdirinya kongregasi suster Sang Timur?

2). Berapa lamakah komunitas anda meluangkan waktu untuk adorasi setiap hari? Bagaimana urutannya?

3). Bagaimana kesan anda dengan lamanya waktu untuk adorasi yang disediakan oleh komunitas?

4). Apakah adorasi cukup membantu anda dalam perkembangan iman dan lebih mencintai Yesus?

5). Bagaimana kesan anda seandainya terjadi iri hati, cemburu dan sulit untuk memaafkan sesama dalam komunitas?

6). Manakah keprihatinan pokok yang terjadi dalam kongregasi khususnya provinsi anda berkaitan dengan adorasi?

7). Apa motivasi anda mengikuti adorasi setiap hari? c. Panduan Wawancara untuk para suster senior

1). Apa makna adorasi Ekaristi bagi suster?

2). Bagaimana kesan suster dengan lamanya waktu serta tata cara adorasi yang berlaku di komunitas suster selama ini?

3). Manakah keprihatinan pokok yang terjadi dalam kongregasi khususnya provinsi Indonesia berkaitan dengan adorasi?

4). Apa harapan suster terhadap Kongregasi khususnya provinsi Indonesia dengan adanya pemahaman yang keliru dalam adorasi untuk para suster Sang Timur?

Lampiran 2: Hasil Wawancara dengan para suster Yunior Tahun I-V

a. Pelaksanaan :

1). Responden : Tujuh orang suster yunior tahun I-V (Sr. Febriany, Sr. Kamila, Sr. Paskalia, Sr. Katrin, Sr. Antona, Sr. Tadea, dan Sr. Karola).

2). Tanggal wawancara : Mulai 18 Februari - 15 April 2009.

3). Tempat : Komunitas Sentul-Yogyakarta, Pakel-Yogyakarta, Jl. Bandung 2-Malang, Jedong-Malang, Pasuruan-Jatim.

b. Pertanyaan dan jawaban:

1). Apa motivasi suster dalam mengikuti adorasi setiap hari? Jawab:

a). Ungkapan syukur kepada Allah yang hadir dalam diri PuteraNya Yesus Kristus yang bersemayam dalam Sakramen Mahakudus.

b). Mohon berkat dalam perjalanan hidup panggilan serta tugas-tugas yang dipercayakan serta orang-orang yang memohon bantuan doa.

c). Variasi. Tergantung suasana batin. Kadang sangat rindu untuk berjumpa dengan Yesus, tapi kadang-kadang terpaksa.

d). Suasana hati menjadi tenang ketika bertelut di depanNya, beban hidup terasa ringan.

e). Saya mempunyai kerinduan yang mendalam untuk berjumpa secara pribadi dengan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus karena adorasi tidak diadakan setiap hari berhubung situasi komunitas yang selalu ada tamu untuk retret.

f). Tempat berkeluh kesah, dan mengaduh.

g). Adanya kekuatan iman, harap dan kasih kepada Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, tempat yang sangat tepat untuk berkeluh kesah, sebagai ungkapan syukur dan mohon berkat pada Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus.

h). Takut malanggar acara komunitas, maka dengan berat hati dan merasa terpaksa untuk mengikuti adorasi setiap hari.

2). Apa dampak dari adorasi bagi hidup suster sebagai seorang suster Sang Timur?

Jawab:

a). Saling mendukung, hidup rukun, saling mencintai.

b). Bersikap lebih sabar dalam menghadapi berbagai gejolak hidup, terjalin cinta kasih dan persaudaraan di antara para suster dan juga dengan karyawan dan karyawati.

c). Selalu hidup dihadirat Allah.

d). Kesederhanaan, pengorbanan diri untuk kepentingan banyak orang seperti Yesus yang berkorban untuk menebus dosa umat manusia.

e). Hidup selalu diwarnai dengan cinta kasih dan persaudaraan, serta kesabaran.

f). Adanya kerja sama yang baik, saling memahami dan menghormati satu sama lain.

3). Berapa lama ibadat adorasi di komunitas anda? Dan bagaimana tata caranya?

Jawab:

a). Lamanya 90 menit. Tata caranya: pentakhtaan Sakramen oleh pemimpin komunitas, lagu pembuka dan doa singkat kepada Sakramen Mahakudus, lalu ibadat sore bersama, hening selama 25’-30’, lagu penutup Tantum Ergo dan Pujian Agung, pengembalian sakramen Mahakudus.

b). Lamanya 60 menit. Tata caranya: pentakhtaan Sakramen oleh pemimpin komunitas, lagu pembuka dan doa singkat kepada Sakramen Mahakudus, doa Rosario, hening, ibadat sore dan ditutup dengan Tantum Ergo, pujian kepada Sakramen Mahakudus.

c). Lamanya 30 menit. Tata caranya : pentakhtaan Sakramen Mahakudus oleh pemimpin komunitas, lagu pembuka, doa singkat, hening dan sebagai penutup adorasi dinyanyikan lagu Tantum Ergo dan Pujian Agung, kemudian Sakramen Mahakudus dikembalikan ke tabernakel. 4). Apa hubungan adorasi dengan spiritualitas “Manete In Me”?

Jawab:

a). Adorasi adalah salah satu kegiatan penyembahan kepada Tuhan Yesus yang sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus dimana dalam penyembahan itu kita tinggal bersama Allah dan dalam Manete In Me yang menjadi spiritualitas Kongregasi atau semangat hidup para suster Sang Timur merupakan ajakan Yesus lewat SabdaNya untuk tinggal bersama-sama dengan Dia, selalu hidup bersama denganNya.

b). Manete In Me adalah Sabda Tuhan Yesus yang mengajak umat manusia khususnya para suster Sang Timur untuk selalu tinggal bersama Dia sedangkan adorasi adalah penyembahan kepada Sakramen Mahakudus yang bertakhta di altar dan hubungan keduanya bahwa adorasi merupakan ungkapan nyata tinggal bersama Tuhan yang sungguh-sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus.

c). Adorasi merupakan penyembahan kepada Sakramen Mahakudus dimana di dalamnya kita berdoa dan berjaga bersama Tuhan Yesus yang hadir di dalam Sakramen Mahakudus, sedangkan Manete In Me merupakan Sabda Tuhan yang mengajak kita umatnya untuk jangan pernah meninggalkan Dia, selalu tinggal bersama Dia.

d). Adorasi adalah penyembahan kepada Sakramen Mahakudus yang merupakan kehadiran nyata Yesus Kristus sendiri dalam rupa Hosti kudus. Sedangkan Manete In Me adalah sabda Yesus agar semua orang tetap tinggal padaNya, selalu bersatu denganNya dan hal ini kita terima

setiap hari dalam perayaan Ekaristi yaitu Tubuh dan Darah Yesus sendiri.

e). Adorasi dan Manete In Me saling berkaitan erat karena adorasi merupakan tindakan konkret dari Manete In Me dimana kita berjaga bersama Yesus, tinggal bersama Dia yang bertakhta dalam Sakramen Mahakudus sedangkan Manete In Me adalah Sabda Yesus kepada umat beriman untuk selalu tinggal padaNya, selalu hidup dihadiratNya.

f). Adorasi dan Manete In Me adalah sama-sama tertuju kepada Yesus yang adalah Sang Juru selamat dunia. Didalam adorasi kita menyembah Tuhan Yesus Ekaristi yang hadir dalam Sakramen Mahakudus sedangkan Manete In Me merupakan Tuhan Yesus yang adalah Pokok Anggur yang memberikan diriNya untuk kebahagiaan kita umatNya. g). Manete In Me adalah Sabda Yesus untuk selalu tinggal bersama Dia,

tetap menjalin persatuan denganNya. Dan persatuan dengan Yesus itu secara nyata kita alami dalam Ekaristi. Dengan menyambut Tubuh Kristus kita dipersatukan dengan Kristus dan hal ini pula kita lanjutkan persatuan kita dalam penyembahan kepada Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus walaupun dalam bentuk yang berbeda.

5). Apakah adorasi yang anda lakukan setiap hari cukup membantu anda dalam perkembangan iman dan semakin mencintai panggilan dan Yesus Kristus?

Jawab:

a). Ya. Hidup semakin berkembang dalam hal rohani.

b). Semakin dekat dengan Tuhan, cintapun semakin berkembang yang diwujudkan dalam kehidupan nyata dalam perjumpaan dengan orang lain setiap hari.

c). Iman, harapan dan kasih pada Tuhan semakin kuat dan berkembang. d). Selalu siap sedia untuk melakukan pelayanan.

6). Apakah ada permasalahan/ kesulitan yang muncul baik dalam hidup bersama, karya maupun pribadi anda sendiri sehubungan dengan pelaksanaan adorasi di komunitas anda setiap hari?

Jawab:

a). Adorasi sebagai beban apalagi banyak tugas yang harus diselesaikan. b). Sebatas rutinitas harian apalagi kalau suasana hati sedang tidak

nyaman.

c). Motivasi dalam mengikuti adorasi d). Kurang memahami adorasi.

e). Rasa bosan yang selalu muncul ketika berhadapan dengan Sakramen Mahakudus dan juga doa-doa bersama yang menyita banyak waktu. f). Kesempatan doa pribadi di depan Sakramen terlalu singkat.

g). Disposisi batin dan keadaan fisik yang kurang mendukung.

Lampiran 3: Hasil Wawancara dengan Suster Yunior Tahun VI a. Pelaksanaan:

1). Responden : Delapan suster Yunior yang sedang mempersiapkan kaul kekal (Sr. Donata, Sr. Irenia, Sr. Lidwina,

Sr.Yosefa, Sr. Clarina, Sr. Avelina, Sr. Magdalena,

Sr. Vera).

2). Tanggal wawancara : 20 Februari 2009. 3). Tempat : Roncalli, Salatiga.

b. Pertanyaan dan jawaban:

1). Bagaimana awal mula berdirinya kongregasi suster Sang Timur? Jawab:

Sejarah Kongregasi suster Sang Timur berawal dari keprihatinan Ibu Clara Fey terhadap anak-anak terlantar akibat revolusi industri saat itu. Peristiwa itu mengakibatkan banyak anak dan kaum muda harus bekerja keras di pabrik-pabrik selama 12-14 jam sehari dan mereka itu tinggal di lorong-lorong, tanpa mendapat perhatian dan cinta kasih yang layak seperti anak-anak lain dan merekapun tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Melihat keadaan ini, Ibu Clara Fey bersama dengan beberapa imam dan teman-temannya yang mempunyai pandangan yang sama mengumpulkan anak-anak dan kaum muda itu untuk dibimbing, dipelihara, dan diajari dalam sebuah sekolah yang dinamakan “Sekolah Kecil” dan rumah yatim piatu.

2). Berapa lamakah komunitas anda meluangkan waktu untuk adorasi setiap hari? Bagaimana urutannya?

Jawab:

a). Lamanya 60 menit. Urutannya: pentakhtaan Sakramen Mahakudus oleh pemimpin, lagu pembuka, doa singkat, hening, ibadat sore, lagu penutup (Tantum Ergo dan Pujian Agung), pengembalian Sakramen Mahakudus.

b). Lamanya 30 menit. Urutannya: pentakhtaan Sakramen Mahakudus, lagu pembuka yang bertemakan Yesus Kristus, Hati Kudus, Taize, doa singkat, hening untuk doa pribadi di depan Sakramen Mahakudus, lagu penutup (Tantum Ergo dan Pujian Agung), dan pengembalian Sakramen Mahakudus.

c). Lamanya 90 menit. Urutannya: pentakhtaan Sakramen mahakudus oleh pemimpin komunitas atau wakilnya, menyanyikan lagu pentakhtaan, dilanjutkan dengan doa Rosario Kerahiman, hening selama 15’-30’, lalu ibadat sore dan ditutup dengan nyanyian Tantum Ergo serta Pujian Agung, pengembalian Sakramen.

d). Lamanya 75 menit. Urutannya: pentakhtaan Sakramen Mahakudus oleh pemimpin atau wakilnya, lagu pembukaan yang bertemakan Yesus

Kristus, Hati Kudus, Taize, ibadat (30’-35’), hening (30’), lagu penutup (Tantum Ergo dan Pujian Agung), pengembalian Sakramen Mahakudus.

3). Bagaimana kesan anda dengan lamanya waktu untuk adorasi yang disediakan oleh komunitas?

Jawab:

a). Cukup untuk hari biasa karena selain bisa doa bersama, ada waktu untuk doa pribadi ataupun hening.

b). Tidak cukup untuk hari raya karena ibadat harian dinyanyikan dan membutuhkan waktu yang cukup banyak.

c). Kadang-kadang kurang karena kesempatan doa pribadi sedikit.

d). Terlalu singkat apalagi diadakan di pagi hari. Dan rasanya belum puas untuk berjumpa dengan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. e). Sangat cukup karena selain doa bersama, kita juga mempunyai banyak

waktu untuk berdoa secara pribadi sehingga semakin dekat dengan Yesus yang adalah kekasih jiwaku.

4). Apakah adorasi cukup membantu anda dalam perkembangan iman dan lebih mencintai Yesus?

Jawab:

a). Ya. Sangat membantu.

Alasannya: Karena mengalami kedekatan dengan Yesus, bisa berdoa dengan tenang, berkeluh-kesah tentang pengalaman hidup dan memperoleh kekuatan untuk mengarungi hidup di dunia ini, bisa berdialog, berkeluh kesah, bersyukur tentang apa saja kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu siap mendengarkan, lamanya waktu tidak menjadi persoalan pokok tetapi disposisi batin.

b). Kurang membantu.

Alasannya: waktu yang disediakan terlalu singkat apalagi di pagi hari. c). Masalah membantu atau tidak tergantung suasana hati karena hal itu

selalu bergantian setiap hari.

5). Bagaimana kesan anda seandainya terjadi iri hati, cemburu dan sulit untuk memaafkan sesama dalam komunitas?

Jawab:

a). Tidak setuju dan tidak baik untuk dikembangkan dalam hidup seseorang maupun bersama.

Alasannya: mengganggu suasana keharmonisan di dalam komunitas, mengganggu ketenangan dan kedamaian bersama.

b). Sangat tidak setuju. Walaupun manusia yang penuh dengan kelemahan, tapi untuk apa memlihara sikap yang merugikan banyak orang. Apalagi setiap hari selalu merenungkan sabda Tuhan, menerima Tuhan Yesus dalam perayaan Ekaristi dan juga menyembahNya dalam Sakramen Mahakudus sehingga hidup selalu disertai Tuhan sepanjang hari.

c). Wajarlah sebagai seorang manusia, tapi apakah itu baik untuk seorang suster?

6). Manakah keprihatinan pokok yang terjadi dalam kongregasi khususnya provinsi Indonesia berkaitan dengan adorasi?

Jawab:

a). Kebanyakan hanya sebagai acara rutinitas bukan sebagai kebutuhan atau kerinduan yang harus dipenuhi setiap hari bahkan setiap saat. b). Pemahaman dan pemaknaan tentang adorasi dalam hidup sehari-sehari

sebagai suster Sang Timur yang berspiritualitas Manete In Me (Tinggallah di dalam Aku) belum terlalu nampak.

c). Adorasi masih sebatas kapel. Kesaksian hidup belum terlalu nampak tentang persatuannya dengan Tuhan. Perwujudan konkret dalam kenyataan hidup setiap hari belum terlalu nampak, seperti kesabaran, lemah lembut, rela berkorban membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan, selain itu masih memelihara sikap iri hati, cemburu, sulit untuk mengampuni, ingin menguasai, selalu tidak siap untuk diutus ke tempat yang sulit.

d). Iman kurang berkembang sehingga kurang mampu menghadapi tantangan dari luar.

e). Belum mampu mewujudkan cinta Tuhan kepada semua orang tanpa memandang latarbelakang.

7). Apa motivasi suster mengikuti adorasi setiap hari? Jawab:

a). Sangat variasi setiap hari, tergantung suasana hati;

b). Menyembah Tuhan yang sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus, memuji dan memuliakan Tuhan, mohon berkat dalam perjalanan hidup, tempat untuk berkeluh kesah, memperoleh kekuatan, sungguh-sungguh ingin berjumpa dengan Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, karena mempunyai kerinduan untuk berkeluh kesah dengan Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

c). Tidak jarang pula hanya sebagai rutinitas belaka yang harus diikuti oleh setiap anggota komunitas.

d). Kadang-kadang hanya takut melanggar kaul ketaatan.

Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Para Suster Senior Sang Timur di Jawa

a. Pelaksanaan:

1). Responden : Lima suster senior (Sr.Anastasia, Sr. Virgo, Sr. Adelberta, Sr. Virgini, Sr. Theodora). 2). Tanggal wawancara : Mulai 18 Februari – 21 April 2009.

3). Tempat : Komunitas Sang Timur Jl. Sultan Agung 50 Yogyakarta, komunitas Sang Timur Pakel

Yogyakarta, komunitas Nanggulan Yogyakarta.

b. Pertanyaan dan jawaban:

1). Apa makna adorasi Ekaristi bagi suster? Jawab:

a). Adorasi Ekaristi adalah penyembahan kepada Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. Tuhan Yesus yang mengorbankan hidup serta seluruh diriNya bagi keselamatan umat manusia. Dia rela mati di kayu Salib, Tubuh dan DarahNya dikorbankan untuk kebahagiaan umat manusia. Bagi saya pengorbanan Yesus ini, menggugah hati saya untuk rela berkorban bagi sesama yang membutuhkan bantuan tanpa mengharapkan sesuatu.

b). Adorasi merupakan penyembahan kepada Yesus Ekaristi. Yesus Kristus yang kita imani sebagai Putera Allah yang merelakan DiriNya untuk menebus umat manusia. Sebagai suster Sang Timur tentu saja hal ini, berkaitan erat dengan spiritualitas Kongregasi dimana persatuan dengan Allah dalam diri PuteraNya setiap saat dan hal ini terwujud nyata dalam komuni kudus yang diterima setiap hari dalam perayaan Ekaristi dan dilanjutkan dalam sembah sujud pada Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan di altar setiap hari.

c). Adorasi adalah sembah sujud kepada Yesus Kristus Putera Allah yang menderita sengsara, wafat di Salib yang hina demi keselamatan umat manusia. Dan pengorbanan Yesuspun sampai sehabis-habisnya bahkan Tubuh dan DarahNya dikurbankan bagi kita umat manusia yang kita rayakan dalam perayaan Ekaristi. Pengorbanan Yesus inilah yang harus saya buktikan dalam kehidupan saya sebagai suster Sang Timur untuk berani meninggalkan segala-galanya, berani berkorban untuk membantu orang lain, dan selalu bersatu dengan Yesus dalam seluruh hidup setiap hari.

d). Adorasi adalah bagian dari devosi Ekaristi dimana kita umat Kristiani khususnya Katolik mengungkapkan imannya lewat Yesus Kristus Putera Allah yang sungguh hadir dalam Sakramen Mahakudus. Untuk suster Sang Timur, adorasi menjadi devosi utama sehingga setiap hari bersembah sujud di hadapan Tuhan Yesus yang bertahkta dalam Sakramen Mahakudus. Dan hal ini juga sangat berkaitan erat dengan spiritualitas kongregasi ”Manete In Me” (Tinggallah di dalam Aku).

e). Sebagai suster Sang Timur, adorasi mempunyai makna yang sangat dalam. Hal ini mempunyai hubungan yang tak terpisahkan dengan Ekaristi kudus dan juga spiritualitas Kongregasi. Dimana ketiganya merupakan inti ungkapan iman kita akan Yesus Kristus Putera Allah yang hadir dalam Sakramen Ekaristi, Sakramen Mahakudus. Hidup dan

Dokumen terkait