• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PENUTUP

5.3 Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan alat peraga Montessori adalah sebagai berikut.

5.3.1 Melakukan validasi kuesioner yang digunakan untuk validasi album.

Daftar Referensi

Ali, M. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandung: Grasindo. Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2012). Tes prestasi: fungsi dan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ball, L.A., dan Washburn, G.S. (2001). Teaching Students to think: Practical Applications of Bloom’s Taxonomy. International Journal of Education. Borg, Walter R., dan Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction

(4ed). New York & London: Longman.

Depdiknas. (2004). Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Eeftink, M. (2012). Nienhuis Montessori catalog. California: Global Standart. Farne. (2005). Pedagogy of Play. (tanpa terbitan).

Gall, M.D., Gall J.P., dan Borg W. R. (2007). Educational research: a introduction eighth edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis multi variate dengan program spss. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori: an introduction to the woman, the writings, the method, and the movement. New York: Penguin Book USA Inc.

Hergenhahn, B.R. & Olson, M.H. (2010). Theories of learning (teori belajar). Jakarta: Kencana.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung Rosda Karya.

Kusaeri dan Suprananto. (2009). Pengukuran dan penilaian pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kustandi, C., Sutjipto, B. (2011). Media pembelajaran manual dan digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Lillard, P. P. (1997). Montessori in the classroom. New York: Schocken Books. Lillard, A.S. (2005). Montessori–the science behind the genius. New York:

Oxford University Press, Inc.

Lillard, A. S. (2012). Preschool children's development in classic Montessori, supplemented Montessori, and conventional programs. Journal of school psychology Vol. 50.

Magini, A. P. (2013). Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius. Manner, J.C. (2006). Montessori vs. Tradisional Edication in the Public Sector:

Seeking Appropriate Comparisons of Academic Achievement. East Carolina University: Associate Professor of Education.

Margono, S. (2003). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Montessori, M. (2002). The Montessori Method, Dover Publication, New York. Montessori, M. (2002). The Montessori method. New York: Schocken Books. Morrison, G.S. (2012). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini (PAUD). Jakarta:

Indeks

OECD. (2012). PISA 2012 results: ready to learn students’ engagement, drive and self-beliefs volume III. Paris: OECD Publishing, diakses dari tanggal 9 April 2014 pukul 02:15 WIB

Pratiwi. (2013). Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan Ala Montessori untuk Siswa Kelas I SD Krekah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Rinke, C.R., Gimbel S.J., dan Haskell S. Opportunities for inquiry science in Montessori classrooms: learning from a culture of interest, communication and explanation. Pensylvania: Education Department, Gettysburg College. Res Sci Educ DOI 10.1007/s11165-012-9319-9. Risjayanti. (2008). Peningkatan Motivasi dan Minat Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Matematika Melalui Metode Montessori dengan Menggunakan Alat Peraga (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Ulujami Pemalang), Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dilihat 13 Oktober 2013, http://etd.eprints.ums.ac.id/2685/

Rahmat, S. dan Sabri. (2007). Pengembangan Desain Alat Peraga Matematika untuk Memperbaiki Mutu Proses dan Hasil Belajar Matematika (Upaya Membangun Kreativitas Guru dalam Mengembangkan Desain dan Menerapkan Alat Peraga pada Pembelajaran Matematika di SMTI Makassar), Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Skripsi, Universitas Negeri Makassar, dilihat 10 November 2013

Siregar, E & Nara, H. (2011). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Sadiman. (1986). Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom Dikbud.

Smaldino, S.E., Lowter, D.L., Russell, J.D. (2011). Instructional Technology and media for learning (9th edition). (Arif Rahman, Trans.). New Jersey: Pearson Education Inc.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Subadi. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Alat Peraga Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Metode STAD pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Bagi Siswa. Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang.

Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran: teori dan konsep dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rodakarya.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Triyanto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovasi progresif. Jakarta: Kencana.

Wahyudin dan Sudrajat. (2003). Ensiklopedi Matematika & Peradaban Manusia. Jakarta: Tarity Samudra Berlian.

Walle, J. A. (2006). Matematika pengembangan pengajaran. Jakarta : Erlangga. Widoyoko, E. P. (2012). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Widoyoko, E. P. (2014). Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

World Bank. (2011). Mentransfer Tenaga Pendidikan Indonesia: volume ii: dari pendidikan prajabatan hingga ke masa purnabakti: membangun dan mempertahankan angkatan kerja yang berkualitas tinggi, efisiensi dan termotivasi. Jakarta: Kantor Berita Dunia. Dilihat 21 November 2014, pada http://go.worldbank.org/G87JJ8LST0.

(world bank dalam The Condition of Education 2014 :118).

(SatriaSambijantoro, The Jakarta Post, Jakarta | Business | Sat, September 13

2014, 11:05 AM - See more at:

http://www.thejakartapost.com/news/2014/09/13/ri-needs-major-change-education-spur-growth.html#sthash.PPBf4OTR.dpuf) (artikel) diunggah

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH

1.2 Transkrip Wawancara Kepala SD BOPKRI Gondolayu REKAPITULASI

WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

P : Bagaimana proses belajar mengajar secara umum di SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan pembelajaran matematika?

KS : Ya jadi masing-masing guru punya metode tersendiri. Ya bagaimana cara guru itu bisa menyampaikan materi disesuaikan dengan kondisi kelas, ya jadi mungkin kelas A mungkin berbeda dengan cara dengan kelas yang satunya begitu, itu yang tahu persis wali kelas, ya untuk metodenya

P : Jadi disesuaikan dengan …

KS : Kondisi kelasnya, injih.

P : Kemudian nomor dua, apa saja yang didapatkan oleh siswa terkait dengan mata pelajaran matematika?

KS : (batuk-batuk) (ambil minum) Kalau prestasi, untuk lomba-lomba memang kami kadang ada ikutkan, tapi untuk secara khusus matematika kami belum mendapat kejuaraan yang istimewa begitu. Tetapi hasil dari UN itu juga ada yang di bidang matematika yang dapat nilai seratus, sepuluh gitu.

P : Kemudian tentang siswa SD BOPKRI di sini terkait dengan mata pelajaran matematika itu sendiri bagaimana, Bu? Jadi apakah tertarik?

KS : Itu juga bervariasi.

P : Oh, begitu.

KS : Ada anak yang memang suka matematika, pinter, dia suka semakin suka, tetapi ada anak yang merasa tidak mampu terus menjadi ketakutan juga ada..

P : Terkadang apakah tentang yang mungkin bisa dibilang negatif itu menurut Ibu apa penyebabnya atau faktor apa saja yang mempengaruhi?

KS : Yang pertama mungkin dari anak sendiri, njih. Karena dia mungkin dalam ulangan ataupun nilainya jelek-jelek terus minder, terus menjadi ketakutan tersendiri, ada anak yang seperti itu. Kemudian bisa juga karena ditimbulkan dari mungkin, eee guru kurang kreatif dalam penggunaan alat peraga bisa jadi seperti itu.

P : Kemudian, apakah siswa SD di sini mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika, secara umum?

KS : Secara umum tidak sih, tapi memang ada juga yang kalau yang sudah takut ya jadinya nilai jadi jelek.

P : Kira-kira kesulitan apa saja Bu yang dialami, misalkan pada pelajaran atau kelas berapa?

KS : Saya rasa dari kelas kecil pun kalau yang dia merasa sudah ndak bisa, ndak suka ya sampai ke kelas enamnya pun nantinya akan seperti itu…

P : Jadi berkelanjutan?

KS : Inggih.

P : Kemudian Bu, apa yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan tersebut? Jadi apakah tentang kemauan atau tidak senang?

KS : Oh, njih, anak-anak kurang pendampingan, kemudian kurang berlatih karena matematika kan memang harus banyak latihan sebetulnya. Di rumah tidak banyak dilatih, tidak banyak dibimbing, didampingi terus anak tersebut menjadi tertinggal kalau di kelas, kemudian bisa juga karena cara guru mengajarnya yang mungkin tanpa alat peraga atau apa sehingga bagi anak yang merasa kurang mampu itu semakin sulit. Bagi anak-anak yang sudah bisa mungkin dengan secara abstrak itu bisa nangkep, tapi untuk anak-anak yang kurang kan harus didampingi dengan alat peraga yang nyata sehingga bisa diamati, nah baru dong.

P : Selanjutnya, apakah sekolah pernah mengupayakan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran?

KS : Njih. Kami selalu mengingatkan ke teman-teman guru. Tapi ya kadang ada yang kreatif, kadang mencari-cari sendiri alat peraganya. Membuat sendiri, tapi kadang juga ada yang ya wis nggak. Tergantung pribadi si guru.

P : Kira-kira alat peraga yang pernah digunakan itu seperti apa Bu? Apakah itu dibeli dari luar atau guru membuat sendiri atau bahan-bahannya bagaimana?

KS : Nggih, bervariasi. Ada yang sekolah sudah menyediakan diduplikat, ada guru yang kreatif membuat sendiri, bahkan ada yang guru lebih kreatif mengajak siswa untuk ikut membuat alat peraga sebagai sarana pembelajaran.

P : Apakah proses pengadaan alat peraga itu juga ditentukan beberapa faktor atau bagaimana, Bu?

KS : Ya tergantung kebutuhan si guru, nggih, misalnya guru kelas empat mengajarkan apa, kok gak ada alat peraganya, ya menciptakan sendiri gitu, berkreasi sendiri.

P : Apakah ada itu, Bu? Apa ketentuan bahwa alat peraga itu misalkan menarik, atau bergradasi, seperti itu atau auto-correction yang anak bisa mengetahui kesalahannya sendiri dan anak bisa belajar dari alat itu sendiri?

KS : Oh nggih. Nggih memang di sini kalau saya amati memang ee.. belum semua guru kreatif dalam pembuatan atau penggunaan alat peraga, jadi masih ada juga guru yang ngajar-nya seadanya alat peraga ya wis, gitu saja, tetapi ada yang, yang dia juga berusaha menciptakan alat peraga itu yang mungkin dengan correct-correct itu…

P : Kemudian Bu, bagaimana penggunaan alat peraga matematika dalam

pembelajaran di kelas dengan terkait materi pembelajaran yang disampaikan? Misalkan, apakah alat peraga itu digunakan untuk secara berkelompok, individu atau secara klasikal? Kelas berapa gitu, Bu?

KS : Oh, nggih. Itu juga bervariasi karena keterbatasaan alat peraga ya, kalau misalnya adanya ada satu ya otomatis secara klasikal. Ada juga yang lebih dari satu dilakukan secara kelompok, tapi kalau individu itu tidak karena keterbatasan alat peraganya. Kami kemarin habis dari rapat di Sanata Dharma sehubungan dengan PPL itu, di sana didemonstrasikan anak-anak yang PPL yang membuat alat peraga itu sangat tertarik terus kami bilang ke Romo, “Romo kalau misalnya kita kerja sama, guru-guru kami dilatih untuk pembuatan alat peraga?” “Bisa saja bu.” Jadi kami punya gagasan nanti entah ke depannya kami akan minta tolong Sanata Dharma untuk membantu kami membuat alat peraga. Guru-guru kami, ya itu, ada yang memang kreatif ada yang ya wislah seadanya gitu saja. Paling kalau anak-anak yang mampu terus diberi latihan-latihan, tidak dibantu dengan peraga, kalau mungkin perlu.

P : Kemudian Bu, apakah di SD BOPKRI Gondolayu ini pernah dilaksanakan penelitian yang terkait dengan alat peraga?

KS : Pernah tahun kemarin ada juga, nggih itu juga. Tapi apa ya anunya, judulnya apa ya saya lupa, ada juga.

P : Bagaimana proses pelaksanaan penelitian tersebut? Jadi apakah penelitian itu melakukan pembelajaran di kelas atau observasi dulu.

P : Jadi pengembangan alat peraga ya Bu?

KS : Nggih, nggih.

P : Metodenya apa ya Bu?

KS : Iya.

P : Metode pengembangan alat peraga menggunakan metode apa ya Bu?

KS : Secara detailnya karena ke kelas, saya tidak tahu. Jadi itu diobservasi dulu, kemudian dia menciptakan alat peraga yang sesuai dengan tema yang dia teliti diciptakan alatnya kemudian ujicobakan, terbatas, ada pretest dan posttest-nya. Kemarin Mbak Danik kalau nggak salah, Mbak Tira saya lupa. Kemarin kebetulan yang dipresentasikan juga yang percobaan di sini, judulnya apa ya saya lupa. Karena saya baru dua tahun.

P : Prestasi akademik yang diraih SD BOPKRI Gondolayu itu untuk tahun kemarin atau tahun ini mengenai hasil ujiannya itu, seperti apa ya Bu?

KS : Jadi 2 tahun 3 tahun berturut-turut kami untuk hasil kelulusan selalu meningkat dari prestasi dari tingkat kota maupun tingkat, UPT maupun tingkat kota demikian untuk SD-SD Kristiani: Kristen dan Katolik, 3 tahun ini kami peringkat 1 sekota untuk Kristen dan Katolik, jadi dari SD-SD Kristiani ada BOPKRI Kanisius, itu kami peringkat satu, demikian pengelolaan peringkat secara umum kemarin di tingkat UPT kami peringkat 3 di tingkat kota peringkat 9 untuk tahun ini mudah-mudahan kami juga bisa seperti, mestinya itu semua baru diumumkan hari Sabtu, jadi ada Marsudi Rini, Kalam Kudus, PL, Kanisius, Tarakanita, Budaya Wacana. Jadi SD-SD Kristiani kami peringkat 1, 3 tahun bertutut-turut, kemudian perolehan prestasi UUG kelas 3 juga kami 3 tahun berturut-turut kami peringkat 1 jadi kelas 3 ada ujian di semester 2 mata pelajaran juga sesuai dengan mata ujian bahasa, matematika dan IPA, kami juga peringkat 1 itu secara umum SD Kristiani dan Negeri Muhammadiyah semuanya secara umum peringkat 1.

P : Kalau untuk prestasi yang individu mengenai berbagai macam bidang yang pernah diikuti SD ini apa saja Bu?

KS : Kami banyak ya di akademik dan juga non-akademik juga ada. Kami di

akademik, lomba-lomba terus kami ikutkan. Tapi kalau yang khusus mata pelajaran IPA, Matematika itu jarang lomba-lombanya, yang banyak malah di non-akademik, kemarin bahasa Inggris di Malang itu kami peringkat 2 nasional kelas 4. Kemudian membatik, terus tari, paduan suara, musik. Musik itu juga ada biola yang peringkat 1, kemudian

solo drum ada juga dua anak yang berprestasi. Jadi kami tidak mengembangkan hanya di bidang akademik tetapi non-akademik kami coba gali sesuai dengan motto kami.

P : Apa tujuan dari sekolah selain mengembangkan kemampuan dari akademik itu alasannya juga mengembangkan di non-akademik?

KS : Ya karena anak itu masing-masing anak, masing-masing individu punya talenta yang mungkin belum tergali kami coba menggali di sini. Setiap individu punya kelebihan masing-masing kami mencoba, mungkin di akademik dia tidak menonjol, di non-akademiknya menonjol, ya kami coba arahkan ke sana. Di sini, yang misalnya di sekolah lain tidak ada perkusi, ya kami menggunakan barang-barang bekas digunakan untuk menjadi alat musik. Beberapa kali kami juga diajak pentas di Sanata Dharma kalau pas acara apa ya? Dua kali parade gamelan. Iya, nggih, 2 kali kali berturut-turut kami diundang perkusinya. Iya, kami menggunakan alat-alat seadanya dari ember bekas cat kami gunakan.

1.3 Garis Besar Wawancara Guru

LEMBAR WAWANCARA GURU

Nama :

Tugas Mengajar :

Kelas :

Hari, tanggal :

Jam :

1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar di kelas …. secara umum di SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan pembelajaran matematika?

2. Apa saja prestasi belajar yang didapatkan siswa kelas …. SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan mata pelajaran matematika?

3. Bagaimana kesan siswa SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan pembelajaran matematika di kelas …. ?

Catatan : jika kesan yang ditimbulkan negatif, apa yang menyebabkan siswa memiliki kesan tersebut.

4. Apakah siswa SD BOPKRI Gondolayu kelas …. mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika?

(Catatan : Jika ya, apa saja kesulitan yang dialami siswa kelas …. terkait dengan mata pelajaran matematika)?

5. Apa yang menyebabkan siswa kelas … mengalami kesulitan tersebut (metode, alat peraga, strategi belajar,dll)

Catatan : jika ya, maka wawancara dilanjutkan dengan pertanyaan berikut.

 Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan terkait dengan kesulitan belajar

yang dialami siswa kelas….?

6. Usaha apa saja yang pernah bapak/ ibu lakukan untuk menangani kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas … ?

7. Apakah bapak/ ibu guru pernah mengupayakan penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran untuk menangani kesulitan tersebut?

Jika pernah, alat peraga seperti apa yang pernah diupayakan? -> Jika pertanyaan ini yang dijawab, maka wawancara dilanjutkan dengan pertanyaan no. 7.

Jika tidak, apakah bapak/ ibu ingin mengupayakan pengadaan alat peraga?-> Jika ingin pertanyaan dihentikan sampai dengan pertanyaan ini saja, kemudian dilanjutkan dengan analisis kebutuhan.

1. Bagaimana proses pengadaan alat peraga matematika di SD BOPKRI Gondolayu? (memperhatikan hal apa aja terkait dengan pengadaan, seperti : menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education)

Apakah bapak/ ibu memperhatikan unsur alat peraga yang menarik bagi siswa?

Apakah bapak/ ibu memperhatikan pengadaan alat peraga yang dapat digunakan untuk berbagai macam materi pelajaran matematika?

Apakah bapak/ ibu memperhatikan alat peraga tersebut dapat digunakan secara mandiri oleh siswa?

Apakah bapak/ ibu memperhatikan unsure pengendali kesalahan dalam penggunaan alat peraga?

Yogyakarta, ……….. Pewawancara

1.4 Transkrip Wawancara Guru SD BOPKRI Gondolayu LEMBAR WAWANCARA GURU

Nama :

Tugas Mengajar : Guru kelas I

Kelas :

Hari, tanggal : 19 Juli 2014

Jam : 11.45-13.00

1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar di Kelas I secara umum di SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan pembelajaran matematika? Guru: Pertama ya kita memahami materi dulu ya, mengajarkan konsep pada anak. Misalkan berhitung, bisa diajarkan dengan bagian-bagian tubuh dengan menghitung alat-alat tubuh, mata ada berapa. Jari ada berapa? Ya mulai dengan konsep dulu, lalu berkembang.

2. Apa saja prestasi belajar yang didapatkan siswa Kelas I SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan mata pelajaran matematika?

Guru:Prestasi apa yang dimaksud ya mbak?

Peneliti: Ini bu, bagaimana prestasi yang sudah pernah diperoleh siswa kelas I?

Guru: Belum pernah ada ya mbak, itu belum pernah dapat.

3. Bagaimana kesan siswa SD BOPKRI Gondolayu terkait dengan pembelajaran matematika di Kelas I?

Guru:Terkait dengan pembelajaran matematika ya? Yah, namanya anak, mbak. Apalagi masih kelas I ya. Masih lari ke sana kemari. Kalau pas pelajaran matematika ada anak yang suka, ada anak yang kurang berminat, istilahnya masih kurang semangat. Alasan mau ke kamar mandi, mau ke Oma.

Peneliti: Kira-kira menurut Ibu hal apa yang menyebabkan anak kurang semangat dalam belajar matematika, Bu?

Guru:Mungkin beberapa hal ya mbak, karena pengaruh temannya, lalu dia jadi ikut lari-lari, bermain, teriak. Yang kedua, karena anak masih suka

bermain kan mbak, jadi selalu bergerak sesuai kemauan mereka. Dan saya juga belum bisa menyadiakan media untuk belajar, ada pun itu sebagai contoh di depan. Kadang anak juga kurang memperhatikan media yang saya bawa. Istilahnya kurang menarik ya. Dan kalau menyediakan alat untuk seluruh siswa karena keterbatasan waktu dan tenaga, juga biaya ya...

4. Apakah siswa SD BOPKRI Gondolayu Kelas I mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika?

Guru: Beberapa ya mbak, ya ada yang masih kesulitan menghitung. Misalkan penjumlahan atau pengurangan, anak masih kebingungan mana pengurangan dan penjumlahan.

(Catatan : Jika ya, apa saja kesulitan yang dialami siswa kelas …. terkait dengan mata pelajaran matematika)?

5. Apa yang menyebabkan siswa kelas I mengalami kesulitan tersebut (metode, alat peraga, strategi belajar,dll)?

Guru: Karena proses penerimaan masing-masing anak berbeda-beda ya mbak. Ada yang langsung menerima dan bisa, ada yang lamban.

Catatan : jika ya, maka wawancara dilanjutkan dengan pertanyaan berikut. Peneliti:Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan terkait dengan kesulitan belajar yang dialami siswa kelas I?

Guru: Pertama ya seperti tadi mbak, menjelaskan konsep, atau caranya. Lalu berkembang ke yang lebih sulit.

6. Usaha apa saja yang pernah bapak/ ibu lakukan untuk menangani kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas … ?

Guru: Ya saya memberikan tambahan latihan sebelum pulang sekolah begitu. 7. Apakah bapak/ ibu guru pernah mengupayakan penggunaan alat peraga

dalam proses pembelajaran untuk menangani kesulitan tersebut?

Guru: Saya rasa sampai saat ini belum ya Mbak, karena masih ada yang harus dibereskan, jadi belum sempat membuat media atau alat peraga.

Jika pernah, alat peraga seperti apa yang pernah diupayakan? -> Jika pertanyaan ini yang dijawab, maka wawancara dilanjutkan dengan pertanyaan no. 8.

Jika tidak, apakah bapak/ ibu ingin mengupayakan pengadaan alat peraga?-> Jika ingin pertanyaan dihentikan sampai dengan pertanyaan ini saja, kemudian dilanjutkan dengan analisis kebutuhan.

Guru: Ya mbak.. itupasti diusahakan ya mbak...agar anak-anak terbantu. 8. Bagaimana proses pengadaan alat peraga matematika di SD BOPKRI

Gondolayu?

Guru: Kalau saya cenderung lebih suka yang mudah ditemukan di sekitar, misalkan lidi, pensil, jadi yang sering dijumpai anak-anak.

(memperhatikan hal apa aja terkait dengan pengadaan, seperti : menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education)

Guru: Seperti yang saya katakan tadi Mbak, memakai yang ada di sekitar anak. Jika bisa menarik dan bergradasi ya, syukurlah, dapat membantu anak. Apakah bapak/ ibu memperhatikan unsur alat peraga yang menarik bagi siswa?

Guru:

Apakah bapak/ ibu memperhatikan pengadaan alat peraga yang dapat digunakan untuk berbagai macam materi pelajaran matematika?

Apakah bapak/ ibu memperhatikan alat peraga tersebut dapat digunakan secara mandiri oleh siswa?

Apakah bapak/ ibu memperhatikan unsure pengendali kesalahan dalam penggunaan alat peraga?

Yogyakarta, ……….. Pewawancara

1.5 Garis Besar Wawancara siswa SD BOPKRI Gondolayu

Dokumen terkait