• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saran

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 109-200)

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil karya ilmiah akhir, ada beberapa hal yang dapat disarankan kepada pihak–pihak terkait dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa khususnya di ruang Saraswati.

6.2.1 Pelayanan Keperawatan

6.2.1.1 Kepala Bidang Keperawatan

a. Memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

b. Memfasilitasi penerapan pelayanan keperawatan yang bersifat spesialistik melalui program perencanaan pengembangan tenaga perawat spesialis jiwa.

c. Memfasilitasi dan mensosialisasikan standar asuhan keperawatan spesialis serta peranan perawat ruangan untuk manajemen kasus harga diri rendah dan isolasi sosial.

6.2.1.2 Kepala Ruangan dan Perawat Saraswati

a. Mempertahankan dan meningkatkan peran sebagai role

model dalam menjalankan kegiatan pelayanan MPKP dan

generalis untuk masalah harga diri rendah dan isolasi sosial.

b. Menerapkan model keperawatan yang sesuai dengan pelaksanaan terapi keperawatan pada klien harga diri rendah dan isolasi sosial

c. Mengontrol dan mengevaluasi kemampuan klien harga diri rendah dan isolasi sosial khususnya dalam pelaksanaan buku kerja klien.

d. Menyelenggarakan program pertemuan rutin dengan keluarga dalam meningkatkan peran keluarga dalam perawatan.

e. Membentuk terapi pendukung bagi klien dan keluarga dengan masalah harga diri rendah dan isolasi sosial

6.2.2 Program Spesialis Keperawatan Jiwa FIK UI

6.2.2.1 Melanjutkan kerjasama dengan pihak rumah sakit, selain untuk praktik mahasiswa juga untuk pengembangan berbagai terapi keperawatan spesialistik guna untuk menangani klien dengan masalah keperawatan harga diri rendah dan isolasi sosial.

6.2.2.2 Memfasilitasi praktik mandiri keperawatan jiwa spesialis melalui program standarisasi dan lisensi praktik keperawatan jiwa spesialis.

6.2.3 Riset Keperawatan

6.2.3.1 Perlunya dikembangkan penelitian tentang efektifitas beberapa paket terapi spesialis pada klien dengan harga diri rendah dan isolasi sosial

6.2.3.2 Perlunya pengembangan instrumen untuk penelitian khususnya pada masalah harga diri rendah, isolasi sosial serta instrument untuk mengukur kemampuan terapi yang telah diberikan sehingga hasilnya dapat terukur secara akurat.

Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA

Arean et al. (1993). Comparative Effectiveness of Social Problem Solving Therapy

and Reminiscence Therapy as Treatments for Depression in older Adults.

Http://proquest.umi.com. Diakses tanggal 10 Desember 2013

Barathy, E.B.S, Keliat, B.A., & Besral. (2011). Pengaruh terapi reminiscence dan

psikoedukasi keluarga terhadap kondisi depresi dan kualitas hidup lansia di Katulampa Bogor. Depok: Universitas Indonesia, Tesis tidak

dipublikasi.

Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Philadelphia: Lippincott.

Cappeliez, P. (2004). Cognitive-reminiscence therapy for depressed older adult.

http://www.seniorsmentalhealth.ca. Diakses tanggal 8 Desember 2013

Chao, et al. (2006). The Effects of Group Reminiscence Therapy on Depression, Self esteem, and Life Satisfaction of Elderly Nursing Home Residents.

Journal of Nursing Research. 2006, volume 14, nomor 1, hal. 36 – 45.

Chen, L.J., et al. (2009). Cognitive Behavioural Therapy and Reminiscence

techniques for the Threatment of depression in the Elderly : a Systematic Review. Februari 2009. Vol. 57, 446 - 455.

Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan dasar 2007. Jakarta: Balitbangkes depkes RI Fauziah. (2009). Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif (TPK) Pada Klien

Skozofrenia Dengan Perilaku Kekerasan di Rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.

Friedman, M.M. (2008). Keperawatan keluarga : teori dan praktik (family

nursing : theory and practice) alih bahasa : Ina Debora R.L, Jakarta : EGC

Fontaine, K.L. (2009). Mental health nursing. Sixth edition. New Jersey: Pearson Education Inc.

Goldstein, F.M. (1994). The Role of Reminiscence in Old Age.

http://proquest.umi.com. Diakses tanggal 15 Desember 2013.

Herdman, T.H. (2010). Nursing Diagnoses: Definition and classification 2009 –

2011, by Nanda International, Alih bahasa: Sumarwati Made, Widiarti

Dwi, Tiar Estu, Jakarta: EGC.

Hurlock, E. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri: ilmu pengetahuan psikiatri klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Keliat, et al. (2006). Modul IC CMHN; Manajemen kasus gangguan jiwa dalam

keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia dan World Health organization.

Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Helena,N, dan Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan

Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate course).

Jakatta : EGC.

Kennard, C. (2006) Reminiscence therapy and activities for people with dementia.

http://www.alzheimers.about.com/cs/threatmentoption/a/reminiscence.htm

l. diperoleh 2 Februari 2012.

Landefeld, C.S., Palmer, R.M., Johnson, M., Anne, J, C.B dan Lyons, W. (2004).

Current Geriatric Diagnosis & Treatment. Singapore : Mc Graw Hill.

Mauk, K.L. (2006). Gerontological Nursing; competencies for care. London: Jones and bartlett Publishers International

Meiner, S.E, & Lueckenotte, A.G. (2006). Gerontologic Nursing Third Edition. Philadelphia : Mosby Elsevier

Meiner. (2011). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri.

Misesa (2013) Pengaruh terapi kelompok Reminiscence dan Life Review terhadap

depresi pada lansia di Panti sosial tresna Wedha Sinta Rangkang Tangkiling, Provinsi Kalimantan Tengah. Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan

Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik: Merawat Lansian Dengan

Cinta Dan Kasih Sayang. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Muller, C.A. (2004) Nursing for wellness in older adults; theory and practice. USA: Lippincott William & Wilkins.

NANDA. (2012). NANDA International:Diagnosa Keperawatan (Definisi dan

Klasifikasi) 2012-2014. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nurwiyono, Anang (2013). Pengaruh terapi kognitif da Reminiscence terhadap

Universitas Indonesia Peplau. Hildegard E. (1997). Interpersonal Relations in Nursing: A conceptual

Frame of Reference for Psychodynamic Nursing. Springer Publishing

Company. New York

Sasmita, H. (2007). Efektifitas Cognitive Behavioral Therapy (CBT) pada Klien

Harga Diri Rendah di RS Dr. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2007. Tesis

FIK-UI. Tidak dipublikasikan

Shives, L.R. (2006). Basic Concepts of Psychiatric Mental Health Nursing. (7th ed). Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Simamora, Raymond.H. (2009). Buku ajar Pendidikan Dalam Keperawatan. EGC. Jakarta

Stanhope, M., & Lancaster, J. (1996). Community health nursing : promoting

health aggregates, family & individuals. Saint Louis : Mosbby Year Book,

Inc

Stanley, M. dan Beare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.

Alih bahasa : Juniarti N., Kurnianingsih, S. Editor :Meylin E., Ester M.

Jakarta : EGC.

Stuart, G.W., & Laraia, M.T. ( 2005). Principles and Practice of Psychiatric

Nursing. (8 th ed). St.Louis: Mosby.

Stuart. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (9th ed). Missouri: Mosby.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suardiman, S.P. (2011). Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Syarniah., Keliat, B.A., Hastono, S.P., & Daulima, N.H.C. (2010). Pengaruh

terapi kelompok reminiscence terhadap depresi pada lansia di Panti sosial Tresna Werdha Kalimantan Selatan. Depok: Universitas Indonesia, Tesis

tidak dipublikasi

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (2006). Nursing Theorists and Their

Work. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental health nursing: conceps of care in

Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Edisi Bahasa Indonesia. Alih bahasa: Renata K. dan Afrina H. Jakarta: EGC.

Wahyuningsih, D.( 2009). Pengaruh assertiveness training terhadap perilaku

kekerasan pada klien skizoprenia di RSUD Banyumas, Tesis. Jakarta. FIK

UI. Tidak dipublikasikan

WHO. (2001). The world health report: 2001: mental health: new Understanding,

new hope. http :// www.who.int/whr/2001/en/ diperoleh pada tanggal 15 Desember 2013

WHO. (2006). Investing in mental health.

http://www.who.int/mental_health/en/investing_in_mnh_final.pdf. diperoleh tanggal 15 Desember 2013

Wilkinson, J.M. (2012). Nursing diagnosis with NIC Interventions and NOC

Outcomes. (9 ed). Pearson Prentice Hall: New Jersey

Lampiran 2

KUESIONER D: PENGUKURAN HARGA DIRI

Nama pasien : Tanggal Observasi :

No. CM : Observasi ke :

Ruangan : Observer :

(diisi oleh peneliti) Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari 2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika 2-3 kali sehari

3. Berilah tanda ( √ ) pada jarang jika kurang dari 2 kali sehari 4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali

No PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak

pernah

1 Saya bingung harus melakukan apa 2 Saya pikir saya adalah orang yang pelupa

3 Saya mudah memusatkan perhatian terhadap orang yang mengajak bicara

4 Saya pikir apa yang saya lakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan

5 Saya selalu ingat kejadian penting pada masa lalu saya 6 Saya sulit untuk konsentrasi

7 Saya sanggup mengatasi masalah saya sendiri

8 Saya merasa bahwa saya adalah orang yang tidak berharga dimata orang lain

9 Saya merasa hidup saya sangat berguna

10 Saya merasa saya mempunyai sesuatu yang dapat saya banggakan.

11 Saya merasa tidak ada hal yang istimewa dalam diri saya 12 Saya merasa saya sanggup mengerjakan sesuatu yang

baik bagi orang lain

13 Saya tidak mau tahu dengan kejadian disekitar saya 14 Saya merasa puas terhadap diri saya sendiri secara

keseluruhan

15 Saya merasa bodoh dalam melakukan tugas yang diberikan kepada saya.

16 Saya malas melakukan kegiatan

17 Saya berteman dengan orang disekitar saya. 18 Saya mengikuti terapi aktivitas kelompok 19 Saya mencoba untuk melukai diri sendiri 20 Saya mandi sendiri

21 Saya memperkenalkan diri saya pada orang yang belum saya kenal

22 Saya lebih suka menyendiri

23 Saya malas untuk memulai suatu pembicaraan

Lampiran 2

No PERNYATAAN Selalu Sering Jarang Tidak

pernah

24 Saya akan tersenyum bila bertemu dengan orang lain 25 Saya berusaha mengajak orang lain ngobrol

26 Saya berusaha mengeraskan suara saya saat bicara 27 Saya mengajak teman saya untuk ngobrol

Lampiran 2

OBSERVASI TANDA FISIK KLIEN HARGA DIRI RENDAH

Petunjuk Pengisian :

1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda ( √ ) pada pilihan jawaban sesuai dengan apa yang dilakukan oleh klien selama ini dengan ketentuan : Ya (2) jika klien menampilkan respon / tanda fisik sesuai aspek yang telah diobservasi. Tidak (1) jika klien tidak menampilkan respon / tanda fisik sesuai aspek yang telah diobservasi.

2. Amati dengan teliti dan seksama

No PERNYATAAN Ya

(2)

Tidak (1) 1. Menunduk saat berbicara / tidak ada kontak mata

2. Klien tidak berani / ragu untuk memulai pembicaraan 3. Ekpresi klien tidak ceria / murung

4. Penampilan klien tidak rapi 5. Postur tubuh klien membungkuk

Lampiran 3

INSTRUMEN ISOLASI SOSIAL

Nama: ... No

CM:...Ruang:... Petunjuk Pengisian Kuesioner :

1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari 2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika 2-3 kali sehari

3. Berilah tanda ( √ ) pada jarang jika kurang dari 2 kali sehari 4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali

No Pernyataan & yang diobservasi

Kualitas

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Kognitif

1. Merasa tidak berguna

2. Merasa ada penolakan dengan lingkungan 3. Ketidakmampuan konsentrasi dan pengambilan

keputusan

4. Kehilangan rasa tertarik kegiatan sosial dan waktu berjalan lambat

5. Ingin kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak mampu

6. Melaporkan ketidakamanan dalam situasi sosial 7. Melaporkan tidak mempunyai teman akrab 8. Tidak mampu menerima nilai dari masyarakat 9. Ketidakmampuan membuat tujuan hidup 10. Mengatakan ketidakmampuan untuk memenuhi

pengharapan orang lain 11. Penurunan konsentrasi

12. Kesulitan mengambil keputusan Afektif

13. Merasa sedih dan afek dangkal/datar

14. Merasa tertekan, depresi, cemas atau marah

15. Merasa kesepian dan perasaan ditolak oleh lingkungan 16. Merasa tidak aman ditengah-tengah orang lain

17. Merasa tidak mempedulikan orang lain 18. Merasa malu dengan orang lain

19. Takut berada di dekat orang lain 20. Curiga

Fisiologis 21. Wajah murung 22. Sulit tidur

25. Tekanan darah naik 26. Merasa lelah dan letih

Perilaku

27. Tidak ada kontak mata

28. Negativism, kurang aktivitas baik fisik dan verbal 29. Banyak melamun, larut dengan pikiran dan ingatan

sendiri

30. Dipenuhi dengan pikiran-pikiran sendiri, repetitif (perilaku yang ulang-ulang)

31. Penampilan tidak sesuai dan tidak dapat diterima oleh masyarakat

32. Melakukan pekerjaan tidak tuntas Sosial

33. Menarik diri

34. Sulit berinteraksi dan tidak berkomunikasi 35. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain

didekatnya

36. Mencari kesempatan untuk sendiri atau berada dalam suasana subkultur

37. Tidak tertarik terhadap segala aktivitas yang sifatnya menghibur

38. Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam sosial 39. Acuh terhadap lingkungan

40. Curiga terhadap orang lain Total skor

Lampiran 6 1. Respon Kognitif No Kondisi klien Sebelum Sesudah Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu 1. Saya pikir saya adalah orang yang pelupa 3 6 1 4 6 2. Saya mudah memusatkan perhatian terhadap orang yang mengajak bicara 7 3 2 8 3. Saya selalu ingat kejadian penting pada masa lalu saya 6 4 5 5 4. Saya sulit untuk konsentrasi 4 4 2 3 5 2 5. Saya sanggup mengatasi masalah saya sendiri 3 7 2 3 5 6. Saya merasa saya sanggup mengerjakan sesuatu yang baik bagi orang lain 6 2 2 4 2 4 7. Saya merasa bodoh dalam melakukan tugas yang diberikan kepada saya. 3 6 1 4 6

2. Espon Emosi/Afektif No Kondisi

klien

Sebelum Sesudah Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu 8. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang tidak berharga dimata orang lain 5 3 2 5 4 1 9. Saya merasa hidup saya sangat berguna 3 3 4 1 3 6 10. Saya merasa saya mempunyai sesuatu yang dapat saya banggakan. 1 2 4 3 2 5 3 11. Saya merasa tidak ada hal yang istimewa dalam diri saya 4 2 4 6 4 12. Saya tidak mau tahu dengan kejadian disekitar saya 3 1 6 4 6 13. Saya merasa puas terhadap diri saya sendiri secara keseluruhan 7 3 1 4 5 14. Saya berusaha mengeraskan suara saya saat bicara 5 3 2 3 6 1

3. Respon Perilaku/Psikomotor No Kondisi

klien

Sebelum Sesudah Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu 15. Saya bingung harus melakukan apa 2 3 5 2 3 2 3 16. Saya pikir apa yang saya lakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan 4 3 3 1 6 3 17. Saya malas melakukan kegiatan 1 4 5 2 5 3 18. Saya mengikuti terapi aktivitas kelompok 1 3 6 2 8 19. Saya mencoba untuk melukai diri sendiri 8 2 10 20. Saya mandi sendiri 3 2 1 4 3 3 4

4. Respon Sosial No Kondisi klien Sebelum Sesudah Tidak pernah

Jarang Sering Selalu Tidak pernah

Jarang Sering Selalu 21. Saya memperkena lkan diri saya pada orang yang belum saya kenal 9 1 6 4 22. Saya lebih suka menyendiri 7 3 2 2 6 23. Saya malas untuk memulai suatu pembicaraan 2 5 3 5 4 1 24. Saya akan tersenyum bila bertemu dengan orang lain 2 3 3 2 2 2 5 1 25. Saya berusaha mengajak orang lain ngobrol 6 2 2 2 3 3 2 26. Saya mengajak teman saya untuk ngobrol 8 2 5 3 2

5. Respon Fisik

No Kondisi klien

Sebelum Sesudah Tidak

pernah

Jarang Sering Selalu Tidak pernah

Jarang Sering Selalu 1. Menunduk saat berbicara 3 6 1 5 3 2 2. Tidak berani memulai pembicaraan 2 5 3 2 5 3 3. Eksresi tidak ceria/murung 6 4 3 4 3 4. Penampilan tidak rapi 3 5 2 5 5 5. Postur tubuh membungkuk 2 5 3 2 5 2 1

Lampiran 5

Tabel penilaian respon Isolasi sosial 1. Respon Kognitif

No Kondisi klien

Sebelum Sesudah

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

1. Merasa berguna tidak 2 2 5 1 4 6

2. Merasa ada penolakan dengan lingkungan 5 4 1 3 5 2 3. Ketidakmampuan konsentrasi dan pengambilan keputusan 2 2 6 2 4 1 3 4. Kehilangan rasa tertarik kegiatan sosial dan waktu berjalan lambat 1 2 4 3 6 2 2 5. Ingin kontak lebih banyak dengan orang

lain tetapi tidak mampu 2 5 3 3 3 4 6. Melaporkan ketidakamanan dalam situasi sosial 3 2 4 1 6 4

7. Melaporkan tidak mempunyai teman akrab

2 1 5 2 4 5 1

8. Tidak menerima mampu nilai dari masyarakat

4 5 1 6 4

9. Ketidakmampuan membuat tujuan hidup 2 3 5 6 2 2 10. Mengatakan ketidakmampuan untuk memenuhi pengharapan orang lain 2 4 4 3 5 2 11. Penurunan 2 4 2 3 6 1

pernah Jarang Sering Selalu pernah Jarang Sering Selalu 13. Merasa dan sedih afek

dangkal/datar

1 3 2 4 4 4 2

14. Merasa tertekan, depresi, cemas atau marah 1 4 3 2 6 2 2 15. Merasa kesepian dan perasaan ditolak oleh lingkungan 1 5 4 3 6 1 16. Merasa tidak aman ditengah-tengah orang lain 1 5 4 4 6

17. Merasa mempedulikan tidak orang lain

2 1 5 2 5 3 2

18. Merasa dengan orang malu lain

2 3 5 8 2

19. Takut berada di dekat orang lain 2 3 4 1 6 4

No Kondisi klien

Sebelum Sesudah

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

21. Wajah murung 2 1 3 4 13 3 2

22. Sulit tidur 4 4 2 5 3 2

23. Dada berdebar-debar 3 5 2 5 5 3 2

24. Frekuensi nadi, pernapasan meningkat

2 3 3 2 6 2 2

25. Tekanan darah naik 3 2 5 5 2 3

No Kondisi klien

Sebelum Sesudah

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

27. Tidak kontak mata ada 2 5 3 4 3 2

28.

Negativism, kurang aktivitas baik fisik dan verbal 2 3 5 5 2 3 29. Banyak melamun, larut dengan pikiran dan ingatan sendiri 2 3 5 4 5 1 30. Dipenuhi dengan pikiran-pikiran sendiri, repetitif (perilaku yang ulang-ulang) 2 5 3 2 5 3 31. Penampilan tidak sesuai dan tidak dapat diterima oleh masyarakat

8 2 10

32. Melakukan pekerjaan tidak tuntas

No Kondisi klien

Sebelum Sesudah

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

33. Menarik diri 1 3 6 2 3 4 1

34. Sulit berinteraksi dan tidak berkomunikasi 2 4 3 1 4 5 1 35. Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya 2 4 2 2 4 4 1 1 36. Mencari kesempatan untuk sendiri atau berada dalam suasana subkultur 3 5 2 7 2 1 37. Tidak tertarik terhadap segala aktivitas yang sifatnya menghibur 3 5 2 8 1 1 38. Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam sosial 5 3 2 7 2 1 39. Acuh terhadap lingkungan 1 2 5 2 4 1 4 1

MODUL TERAPI KELOMPOK

REMINISCENCE

Disusun oleh :

Ns. Missesa, S.Kep

Prof. Budi Anna Keliat, M.App. Sc

Ns. Ice Yulia Wardani, M.Kep, Sp. Kep.J

Yossie Susanti Eka Putri, SKp, MN

PROGRAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2013

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga modul “ Terapi Kelompok Reminiscence “ ini dapat diselesaikan. Modul ini dipersembahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khusus keperawatan jiwa pada lansia.

Penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penyusunan modul ini dapat dilakukan. Penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya atas bantuan, bimbingan serta dukungan pada kesempatan ini kepada yang terhormat :

1. Ibu Dewi Irawaty,M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, MN, selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

3. Ibu Prof. Budi Anna Keliat, SKp, M.App.Sc, selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan sangat cermat memberikan masukan, serta motivasi dalam penyelesaian modul ini.

4. Ibu Ns.Ice Yulia Wardani, MKep., Sp.Kep.J, selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis, senantiasa meluangkan waktu, dan sangat teliti memberikan masukan untuk perbaikan modul ini.

5. Ibu Yossie Susanti Eka Putri, SKp, MN, yang memberikan banyak masukan terkait konsep keperawatan jiwa pada lansia dan terapi Reminiscence yang efektif.

6. Seluruh Kontributor dan Motivator lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu

Besar harapan kami supaya Modul ini menjadi panduan mahasiswa Spesialis Keperawatan dalam memberikan terapi spesialis keperawatan jiwa serta wujud tali kasih kepada lansia agar bahagia, sejahtera dan sehat jiwa.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 1 KATA PENGANTAR ... 2 DAFTAR ISI ... 3 BAB I PENDAHULUAN ... 4 BAB II PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK

REMINISCENCE ... 7 BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK

REMINISCENCE ... 11 BAB IV BUKU KERJA UNTUK LANSIA ... 61 BAB V PENUTUP ... 76 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia menurut Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut Usia dan Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyatakan bahwa lansia adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Sedangkan perkembangan lansia berdasarkan teori Erik Erikson lansia berada pada tahap integrity versus despair. yakni individu yang sukses dalam mclampaui tahap ini akan dapat mencapai integritas diri (integrity), sebaliknya mereka yang gagal maka akan melewati tahap ini dengan keputusasaan (despair), lansia mengalami kondisi penuh stress, rasa penolakan, marah. dan putus asa terhadap kenyataan yang dihadapinya (Stuart. 2009; Keliat 2011).

Perawatan yang dilakukan pada lansia ditujukan untuk mendapat hidup yang sukses, bahagia dan berkualitas diantaranya adalah: kesehatan fisik, keamanan financial, produktifitas, ketidakbergantungan. mekanisme koping yang baik dan pandangan hidup yang tetap optimis, kematangan dalam spiritual (Maryam dkk. 2008). Harapan ke depan lansia dapat sejahtera sesuai usia dan perkembangannya melalui perawatan yang optimal di setiap tatanan pelayanan keperawatan.

Upaya perawatan pada lansia saat ini salah satunya dengan dikembangkannya psikoterapi yaitu proses terapi masalah psikologis melalui komunikasi memperhatikan struktur, prinsip dan tehnik yang profesional dari terapis (Hervoc, 2006). Terapi Kelompok Reminiscence merupakan salah satu psikoterapi yang memiliki banyak manfaat bagi lansia berdasarkan hasil penelitian, baik ditujukan pada lansia sehat jiwa maupun lansia dengan gangguan mental emosional seperti depresi (Syarniah, 2010). Intervensi Terapi Kelompok Reminiscence adalah terapi mengenang pada lansia secara

spontan sejak masa kanak-kanak sampai dewasa tanpa terikat urutan atau struktur yang baku ( Mitchell, 2009).

Touhy dan Jett ( 2012) menyarankan pelaksanaan reminiscence yaitu mendengar tanpa kritik, menganjurkan lansia menyampaikan kenangan dengan memperhatikan privasi mereka menutupi usia dan tahapannya, sabar dengan melakukan pengulangan apabila lansia kesulitan mengingat, jika ada hal yang tidak ingin dibahas sebaiknya ganti pembahasan yang lain, ciptakan suasana yang menyenangkan bagi lansia untuk mengungkapkan kenangan penting menurutnya, pertahankan kontak mata, tidak memotong pembicaraan, berikan respon positif dan umpan balik dengan caring, pergunakan alat peraga yang membantu individu mengingat memori seperti photo serta pergunakan pertanyaan terbuka.

Modul terapi Terapi Kelompok Reminiscence ini mengacu pada pelaksanaan

reminiscence pada Schweitzer et al (2008) dan Stinson (2009) dengan

beberapa modifikasi. Melalui modul ini diharapkan perawat spesialis keperawatan jiwa untuk mengatasi masalah keperawatan pada lansia seperti harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan, isolasi sosial serta meningkatkan pencapaian kualitas hidup lansia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mmpelajari modul ini diharapkan perawat spesialis keperawatan jiwa dapat memahami dan melaksanakan Modul Terapi Kelompok

Reminiscence pada lansia dengan diagnosa keperawatan harga diri rendah,

ketidakberdayaan, keputusasaan, isolasi sosial dan pencapaian kesejahteraan serta integritas diri lansia.

2. Tujuan Khusus

Setelah mempelajari modul ini, perawat spesialis keperawatan jiwa diharapkan mampu :

a. Menjelaskan mengenai Terapi Kelompok Reminiscence pada lansia b. Menyebutkan prosedur pelaksanaan Terapi Kelompok Reminiscence. c. Melakukan Terapi Kelompok Reminiscence pada lansia dengan kondisi

harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial. d. Melakukan monitoring dan evaluasi Terapi Kelompok Reminiscence

pada lansia dengan kondisi harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial.

e. Melakukan pendokumentasian Terapi Kelompok Reminiscence pada lansia dengan kondisi harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial.

BAB II

PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK REMINISCENCE

A. Pengertian Terapi Kelompok Reminiscence

Pengertian Reminiscence adalah penggunaan pengalaman masa lalu, perasaan, pikiran yang menyenangkan untuk memfasilitasi kualitas hidup atau kemampuan beradaptasi terhadap perubahan (Nursing Intervention of Care

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 109-200)

Dokumen terkait