• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAGAI HUJJAH

Dalam dokumen Modul Hadis UN-XII MA (Halaman 126-143)

INDIKATOR

6.1. Menjelaskan hadis muhkam, matruk, mudallas, munkar, mu‘allaq

A. PENGANTAR

Pembicaraan mengenai pembagian hadis ditinjau dari segi diterima dan ditolaknya hadis berarti pembicaraan hadis dari segi kualitasnya. Hadis ditinjau dari segi kualitasnya dibagi menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dha‘if. Hadis Shahih dan hadis hasan termasuk kategori hadis maqbul, yaitu hadis yang telah sempurna padanya syarat-syarat penerimaan, sedangkan hadis dha‘if dikategorikan sebagai hadis mardud (tertolak), dimana pada hadis tersebut tidak terpenuhi syarat-syarat atau sebagian syarat hadis maqbul. Syarat hadis shahih adalah:

1. Sanadnya bersambung; 2. perawinya ‗adil; 3. perawinya dhabit; 4. tidak syadz (janggal);

HADIS DITINJAU DARI SEGI

DITERIMA DAN DITOLAKNYA

SEBAGAI HUJJAH

Siap UN Hadis Keagamaan 127

5. tidak ber‘illat.

Hadis shahih dibagi menjadi dua, yaitu shahih li dzatihi dan shahih li

ghairihi. Tingkatan hadis di bawah hadis shahih adalah hadis hasan, dimana

hadis hasan memiliki persyaratan-persyaratan yaitu: 1. Sanadnya bersambung;

2. Perawinya „adil;

3. Perawinya dhabit, tetapi kualitas ke-dhabit-annya di bawah ke-dhabit-an perawi hadis shahih;

4. Tidak terdapat kejanggalan; 5. Tidak ber‘illat.

Hadis shahih juga dibagi menjadi dua, yaitu hasan li dzatihi dan hasan

li ghairihi. Berikut ini adalah beberapa macam hadis ditinjau dari segi

diterima dan ditolaknya sebagai hujjah.

1. HADIS MUHKAM

Muhkam menurut bahasa artinya yang dikokohkan, atau yang

diteguhkan. Yaitu hadis-hadis yang tidak mempunyai saingan dengan hadis yang lain, yang dapat mempengaruhi artinya.

Pengertian hadis muhkam dalam versi yang lain adalah hadis yang tidak kontra dengan hadis lain sebagaimana mayoritas hadis. Atau diartikan hadis yang petunjuk maknanya jelas dan tegas, tidak ada kemungkinan makna lain sebagaimana dalam ayat-ayat muhkamât.

Dikatakan muhkam karena dapat dipakai sebagai sumber hukum lantaran dapat diamalkan secara pasti, tanpa syubhat sedikitpun. Contoh:

ْ ِبيَأْْنَعُّْيُِبَْقَمْلاٌْديِعَسْ ِنيَث دَحَْؿاَقُْثْي للاْاَنَػث دَحَْفُسوُيُْنْبِْو للاُْدْبَعْاَنَػث دَح

َِْسمْ َؿاَقْ يِوَدَعْلاٍْحْيَرُش

ُْو للاْى لَصُِّْب نلاَْم لَكَتَْيِْحَْياَنْػيَعْْتَرَصْبَأَوَْياَنُذُأْ ْتَع

)يراخبلا(ُْهَراَجْْـِرْكُيْلَػفِْرِخ ْلْاِْـْوَػيْلاَوِْو للاِبُْنِمْؤُػيَْفاَكْْنَمَْؿاَقَػفَْم لَسَوِْوْيَلَع

ْ

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami al-Laits, ia berkata, bercerita kepadaku Sa‟id al-Maqburiy, dari Abu Suraih al-„Adawi, ia berkata, saya mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku manakala Nabi saw bercakap-cakap beliau saw

Siap UN Hadis Keagamaan 128 bersabda: “Barang siapa percaya kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya...” (al-Bukhari)

2. HADIS MATRUK

Dari segi bahasa kata matruk berasal dari akar kata:

ٕٓف اكشت نشتٚ

نٔشتي , نشت

artinya tertinggal. Pemberitaan seseorang tertinggal dalam arti tidak didengar, tidak dianggap, dan tidak dipercaya karena menyangkut pribadi yang tidak baik. Menurut istilah hadis matruk yaitu hadis yang salah satu periwayatnya seorang tertuduh dusta. Diantara sebab-sebab tertuduhnya dusta seorang perawi ada beberapa kemungkinan, yaitu: 1) periwayatan hadisnya menyendiri; 2) seorang perawi dikenal pembohong; 3) menyalahi kaidah-kaidah yang maklum. Hadis matruk dikategorikan sebagai hadis dha‘if dengan sebab cacat ke‘adilan perawi, dimana perawi pada suatu hadis tidak memiliki sifat ‗adil (terkenal sebagai pendusta).

3. HADIS MUDALLAS

Mudallas adalah hadis yang disembunyikan cacatnya. Maksudnya, hadis

yang diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Maka hadis mudallas ini ialah hadis yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya. Sedang pelakunya disebut mudallis.

Ada tiga macam jenis hadis mudallas, yaitu mudallas isnad, mudallas syuyukh dan mudallas taswiyah.

a. Mudallas isnad.

Misalnya seorang muhaddis menyembunyikan nama gurunya yang merupakan satu di antara perawi dalam rangkaian sanad, lalu langsung menyebutkan perawi yang lebih atas dari gurunya. Namun adanya lompatan jalur periwatan ini disembunyikan sedemikian rupa, bahkan dengan tetap memakai ungkapan yang memberikan pengertian kepada si pendengar bahwa hal itu dinukilnya secara langsung. Misalnya, suatu hadis diriwayatkan oleh A dari B dari C dan dari D. A tahu bahwa gurunya, B adalah perawi yang lemah. Bila dicantumkan dalam hadis yang diriwayatkannya, pastilah hadis itu tidak akan diterima orang lain. Maka A

Siap UN Hadis Keagamaan 129

menyembunyikan keberadaan B dan langsung mengatakan bahwa dia mendengar dari C. Padahal A tidak pernah bertemu atau meriwayatkan langsung dari C. Meski A tahu bahwa C itu „adil dan dhabith, namun karena A tidak pernah mendengar langsung dari C kecuali lewat B, maka A berbohong dan mengaku mendengar langsung dari C dan menghapus B dari daftarperawinya.

b. Mudallas syuyukh.

Trik lainnya untuk mengelabuhi adalah dengan tidak menghilangkan nama gurunya, tetapi gurunya itu digambarkan dengan sifat yang tidak dikenal oleh umumya kalangan ahli hadis. Misalnya, A tetap mengatakan bahwa dia meriwayatkan hadis dari B dan dari C dan dari D. Karena A tahu bahwa B itu perawi yang lemah dan kalau disebutkan secara jelas identitas B akan membuat hadis itu jadi lemah, maka A tidak secara tegas menyebutkan identitas B dengan nama yang sudah dikenal kalangan ahli hadis. Misalnya A menyebut nama julukan lain yang sebenarnya mengacu kepada B, tapi orang lain tidak tahu bahwa yang dimaksud oleh A dengan julukan itu sebenarnya adalah B.

c. Mudallas taswiyah.

Trik ini adalah menggugurkan seorang perawi dha‘if di antara dua orang perawi yang tsiqah.

4. HADIS MUNKAR

Hadis Munkar yaitu hadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah (dha‘if) yang bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tepercaya/jujur. Lawan dari hadis munkar dalah hadis ma‟ruf, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya (tsiqah).

Perbedaan antara hadis munkar dengan hadis ma‘ruf adalah jika datang dari perawi yang terpercaya maka disebut hadis ma‘ruf, dan apabila datang dari perawi yang tidak terpercaya disebut hadis munkar. Demikian ini adalah pengertian yang paling populer sebagaimana dikuatkan oleh Ibnu Hajar.

Siap UN Hadis Keagamaan 130

5. HADIS MU‟ALLAQ

Yaitu hadis yang diriwayatkan tanpa memakai sanad. Misalnya, ―Rasulullah SAW bersabda…‖ atau ―Diriwayatkan dari Ibn Umar dari Rasulullah SAW…‖ atau Bukhari meriwayatkan hadis Rasulullah SAW…‖. Hadis mu‟allaq ini kadang tidak disebut sanadnya oleh seorang ahli hadis karena hendak meringkasnya, padahal sanadnya ada.

Siap UN Hadis Keagamaan 131

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Di bawah ini adalah hadis yang dapat diterima sebagai hujah dan dapat diamalkan… a. Hadis muhkam b. Hadis matruk c. Hadis mu‟allaq d. Hadis mudallas e. Hadis mursal

2. Hadis matruk adalah hadis yang dho‘if disebabkan…… a. Perawinya cacat keadilannya dan tertuduh dusta b. Sanadnya terputus

c. Perawi kurang dhabith d. Perawi masih anak-anak

e. Terdapat kejanggalan dalam matan hadis

3. Yang tidak termasuk macam-macam hadis mudallas adalah a. Mudallas syuyukh

b. Mudallas isnad c. Mudallas guru d. Mudallas tahrij hadis e. Mudallas taswiyah

4. ملس و وحلع للها يلص للها لوسر لاق

Suatu hadis yang tidak disebutkan sanadnya sebagaimana di atas adalah…..

a. Hadis muallal b. Hadis mudallas isnad c. Hadis munkar d. Hadis mu‟allaq e. Hadis mursal

5. Antara hadis ma‘ruf dengan hadis munkar terdapat perbedaan yang kontradiktif, jika pada hadis ma‘ruf perawinya tsiqah tetapi pada hadis munkar perawinya tidak dapat dipercaya. Pengertian ini adalah menurut…..

Siap UN Hadis Keagamaan 132

b. Ibnu Hajar al-Asyqalani c. Ibnu Abdil Barr

d. Ibnu Mas‘ud e. Ibnu Umar

6. Hadis maqbul adalah ……

a. Hadis yang memiliki kualitas dari sisi sanad dan matan hadis b. Hadis yang popular di kalangan sahabat

c. Hadis yang telah sempurna padanya syarat-syarat penerimaan. d. Hadis yang bisa digunakan sebagai fadhailul a‟mal

e. hadis yang sanadnya bersambung

7. Di bawah ini yang bukan hadis maqbul adalah…. a. hadis shahih li dzalitihi

b. hadis shahih li ghairihi c. hadis shahih ma‟a ghairihi d. hadis hasan li dzatihi. e. hadis hasan li ghairihi

8. Terdapat persamaan dan perbedaan antara hadis shahih dengan hadis hasan. Perbedaannya adalah…..

a. Hadis shahih sanadnya bersambung, hadis hasan sanadnya terputus b. Hadis shahih dan hadis hasan tidak ada perbedaan yang signifikan c. Hadis shahih perawinya dhabit,hadis hasan perawinya kurang dhabit d. Hadis shahih perawinya adil, hadis hasan perawinya kurang adil e. hadis shahih tidak terdapat illat, hadis hasan ada illat

9. Lawan dari hadis maqbul adalah….. a. hadis mursal

b. hadis muhkam c. hadis mardud d. hadis ma‟ruf e. hadis musnad

10. Hadis yang petunjuk maknanya jelas dan tegas tidak ada kemungkinan makna lain disebut….

Siap UN Hadis Keagamaan 133 b. hadis muhkam

c. hadis mardud d. hadis ma‟ruf e. hadis mu‟allaq

Siap UN Hadis Keagamaan 134

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya sebagai hujjah

INDIKATOR

6.2 Menentukan cara/alasan suatu hadis lebih arjah dari hadis yang lain

PENGANTAR

Salah satu masalah yang wajib diyakini oleh setiap muslim adalah bahwasanya Dienullah (agama Allah/Islam) adalah terjaga dari saling bertentangan dan bertolak-belakang, dan syariatnya bersih dari saling berbenturan satu sama lain. Karena syariat Islam diturunkan dari sisi Allah Yang Maha tahu dan Maha bijaksana, yang firman-firman-Nya dan hukum-hukum-Nya tidak saling bertentangan dan bertolak belakang.

Maka tidak mungkin ada dua dalil yang sama-sama shahih dan sama-sama sharih (tegas dan jelas) saling bertentangan secara hakiki, yang mana tidak mungkin lagi untuk dikompromikan atau dirajihkan (dikuatkan) salah satunya, dalam kondisi apa pun. Pernyataan bahwa ada kontradiksi di antara perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang satu dengan perkataan beliau yang lain, bisa jadi muncul karena ketidaktahuannya dalam ilmu hadis, di mana ia tidak mampu membedakan antara hadis yang shahih dengan yang lainnya. Lalu dia membawakan kontrasiksi hadis yang tidak ada asal-muasalnya, atau mempertentangkan hadis shahih dengan hadis palsu. Mungkin pula adanya pernyataan bahwa ada kontradiksi di antara perkataan Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam yang satu dengan perkataan beliau yang lain disebabkan karena ketidak

pahaman, lemahnya fiqih dalam memahami hakikat yang diinginkan oleh nash (dalil).

Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah –beliau adalah orang yang terkenal ahli dalam menggabungkan hadis-hadis yang secara sekilas bertentangan, beliau berkata:

Siap UN Hadis Keagamaan 135

ٛهف ِذُػ ٌاك ٍئ ، ٍٚداضتي ٍٛثٚذز فشػأ لا "

آًُٛت فنؤلأ ّت ُٙتأ

. "

“Aku tidak mengetahui ada dua hadis yang bertentangan (kontradiksi), dan barang siapa yang memiliki hadis yang bertentangan, hendaklah mendatangiku membawa hadis itu supaya aku mengkompromikan keduanya.”

Kenyataanya, bahwa adanya kontradiksi pada lahiriyah (makna yang nampak secara sekilas) sebagian nash-nash (al-Quran atau hadis) bukanlah perkara yang aneh, selama hal itu dalam koridor hal-hal yang mesti terjadi, seperti lafadz umum dan khusus, mutlaq dan muqayad, mujmal dan mufasal, nasih dan mansukh (karena hal-hal tersebut secara lahiriyah bertentangan antara satu nash dengan yang lainnya).

Sebab-Sebab Perbedaan Hadis

Para ulama rahimahumullah telah menyebutkan beberapa sisi yang menjadi sebab timbulnya perbedaan hadis, di antaranya:

1. Banyaknya perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh para Sahabat

radhiyallahu'anhum. Kadang kala Nabi melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu

pada dua kondisi yang berbeda, maka salah seorang dari Sahabat radhiyallahu 'anhu meriwayatkan apa yang dilihatnya atau didengarnya dari Nabi pada satu kondisi, dan Sahabat yang lain meriwayatkan dari Nabi sesuatu yang berbeda dengan Sahabat yang pertama pada kondisi yang lain.

2. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan satu perbuatan, akan tetapi dalam lebih dari satu bentuk (baik cara maupun jumlahnya), hal itu untuk menunjukkan kebolehan. Seperti hadis-hadis tentang shalat witir beliau, bahwasanya beliau kadang melakukan 7 rakaat, 9 rakaat atau 11 rakaat.

3. Perbedaan para Sahabat radhiyallahu'anhum dalam mengabarkan apa yang dilihatnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. seperti perbedaan mereka dalam masalah haji Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, apakah haji Nabi adalah Qiron atau Mufrid atau Tamattu‘. Dan seluruh jenis haji ini boleh saja difahami oleh para Sahabat radhiyallahu'anhum dari perbuatan Nabi, karena niat haji Qiron, Tamattu‘ atau Ifrad merupakan sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh manusia.

Siap UN Hadis Keagamaan 136

4. Seorang Sahabat mendengar hukum baru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang me-mansukh-kan (menghapuskan) hukum yang pertama. Namun hal itu tidak didengar oleh Sahabat yang lain, lalu dia (sahabat yang tidak mendengar) tetap meriwayatkan hukum yang lama (sebelum dihapus), sesuai apa yang apa yang dengar.

Dan masih banyak lagi sebab-sebab yang lain. Sekalipun demikian para Muhadis (Ahli Hadis) telah berinteraksi dengan hadis-hadis yang semacam ini. Mereka telah meletakkan kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang menjamin tidak adanya pertentangan dan kontradiksi di antara hadis-hadis Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam. Kaidah-kaidah tersebut yang dikenal dengan “Ilmu Mukhtalaf al-Hadis”, yaitu ilmu yang megkaji tentang hadis-hadis yang secara eksplisit

tampak bertentangan dan bagaimana mendudukkan hadis-hadis tersebut sebagai sumber hokum. Ilmu ini sangat tinggi kedudukannya dan besar manfaatnya dan dibutuhkan oleh setiap ulama dan ahli fiqih. Tidak bisa menggelutinya kecuali orang-orang yang luas ilmunya, cermat pemahamannya, dan cemerlang otaknya.

Dan kaidah-kaidah tersebut adalah inti dari manhaj (metode) ahli hadis dalam mengkritisi, dan ia memiliki hubungan erat dan langsung dengan syarat-syarat diterimanya hadis. Oleh sebab itu muncullah dari kaidah-kaidah ini, cabang-cabang dalam ilmu hadis seperti syadz (hadis yang diriwayatkan oleh orang yang tsiqah tetapi menyelisihi orang yang lebih tsiqah darinya) dan

mahfudz (lawan dari syadz), munkar (hadis yang diriwayatkan oleh orang yang

dhaif menyelisihi orang yang shahih) dan ma’ruf (kebalikan dari munkar), nasikh (hadis yang menghapus) dan mansukh (yang dihapus), mudhtharib (goncang) dan mu’allal (hadis yang ada ‗illatnya/cacatnya).

Maka hadis yang maqbul (diterima) apabila bertentangan dengan hadis dha‘if (lemah) maka dibuang hadis dhaif tersebut dan dihukumi sebagai hadis munkar, dan yang menyelisihinya (yang shahih) adalah hadis ma‘ruf . Adapun jika yang menyelisihinya adalah hadis dari riwayat orang tsiqah –kali ini tidak dinamakan hadis shahih- maka kita lihat kedudukan kedua hadis itu dan pentadilannya: ―Apabila memungkinkan untuk digabungkan antara kedua hadis yang bertentangan, dan menjelaskan sisi penafsiran tiap-tiap hadis yang rumit,

Siap UN Hadis Keagamaan 137

yang bisa menghilangkan kerumitannya dan meghilangkan pertentangannya, maka saat itu wajib menempuh langkah yaitu mengkompromikan keduanya

dengan cara mengamalkan kedua hadis tersebut.‖

Yang termasuk contoh dalam hal ini yang ada di dalam hadis-hadis hukum adalah hadis:

)) ثثخنا مًسٚ ىن ٍٛتهل ءاًنا غهت ارإ ((

“Apabila jumlah air melebihi dua qullah, tidak membawa kotoran (tidak membuat najis)”

Dengan hadis:

ّسٚس ٔأ َّٕن ٔأ ًّؼط شٛغ اي لاإ)) ءٙش ّسدُٚ لا ًاسٕٓط ءاًنا الله كهخ ((

.

“Allah menciptakan air itu suci dan mensucikan, tidak dinajiskan oleh sesuatu, kecuali denga apa yang merubah rasanya, warnanya dan baunya.”

Hadis yang pertama secara lahiriyah menunjukkan sucinya air dua qullah baik berubah ataupun tidak. Hadis kedua secara lahiriyah menunjukkan sucinya air yang tidak berubah (rasa, warna maupun bau) baik dua qullah maupun kurang dari dua qullah. Maka keumuman masing-masing dari kedua hadis dikhususkan oleh hadis yang lainnya, atau dengan kata lain masing-masing hadis saling mengkhususkan satu sama lain. Kesemuanya adalah hadis shahih, dan para ulama telah menempuh berbagai metode untuk menggabungkan hadis-hadis di atas dan menghilangkan pertentangan di antara hadis-hadis tersebut.

Adapun kalau tidak memungkinkan untuk digabungkan di antara hadis-hadis yang bertentangan tersebut, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

Pertama, terbukti setelah penelitian sejarah bahwa salah satu dari dua hadis

datang lebih akhir dan menggantikan posisinya, maka tidak ada pertentangan juga, karena Syari‘ (pembuat Syari‘at) yaitu Allah

Subhanahu wa Ta'ala menghapus hukum yang datang lebih awal

dengan hukum yang datang belakangan. Maka saat itulah Nasikh (hukum yang menghapus) diamalkan dan Mansukh (hukum yang dihapus) tidak diamalkan.

Siap UN Hadis Keagamaan 138

Kedua, jika tidak ada petunjuk yang menunjukkan bahwa ada naskh mansukh,

maka saat itu kita menempuh jalan tarjih (menguatkan salah satu hadis). Kemudian kita mengamalkan hadis yang rajih (kuat) dan itu dinamakan hadis shahih atau disebut juga mahfudz, dan jadilah hadis yang marjuh (lemah) sebagai hadis syadz atau mu‘allal dan tidak diamalkan.

Dan para ulama telah memperhatikan masalah tata cara dan urutan dalam mentarjih, mereka membuat kaidah-kaidah dalam mentarjih, baik secara global maupun terperinci. Dan keseluruhan kaidah itu kembali kepada tujuh garis besar, sebagaimana disebukan oleh Imam Suyuthi dalam kitab Tadribu ar-Rawi, seperti tarjih dengan melihat kondisi perawi hadis, cara menerima/mendapatkan hadis, cara periwayatan, lafadz hadis, mentarjih dengan faktor eksternal (yang tidak terkait dengan hadis secara langsung) dan lain-lain.

Ketiga, menurut Muhammmad Alawi al Maliki dalam bukunya Ilmu Ushul

Hadis, jika makna kedua hadis yang secara eksplisit saling bertentangan, dengan cara apapun tidak mungkin mentarjih / menguatkan salah satu di antara keduanya, maka kedua hadis itu harus

Siap UN Hadis Keagamaan 139

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Seorang imam hadis yang terkenal ahli dalam menggabungkan hadis-hadis yang secara sekilas bertentangan adalah…..

a. Ibnu qutaibah b. Anas bin Malik c. Ibnu Abas d. Ibnu Khuzaimah e. Ibnu Abdil Barr 2.

ىُٓٛت فنؤلأ ّت ُٙتأٛهف ِذُػ ٌاك ٍئ ، ٍٚداضتي ٍٛثٚذز فشػأ لا

ا artinya…….

a. Tidaklah ada dua hadis yang saling berlawanan, kecuali bisa dikompromikan b. Aku tidak mengetahui adanya dua hadis yang saling bertentangan

c. Datanglah kepadaku jika ada dua hadis yang bertentangan

d. Pertentangan dua hadis merupakan masalah yang segera diselesaikan e. Aku tidak mengetahui ada dua hadis yang bertentangan (kontradiksi), dan

barang siapa yang memiliki hadis yang bertentangan, hendaklah

mendatangiku membawa hadis itu supaya aku mengkompromikan keduanya. 3. Contoh dua hadis yang dhahirnya bertentangan adalah seperti berikut ini:

ثثخنا مًسٚ ىن ٍٛتهل ءاًنا غهت ارإ

dengan

ءٙش ّسدُٚ لا ًاسٕٓط ءاًنا الله كهخ

ّسٚس ٔأ َّٕن ٔأ ًّؼط شٛغ اي لاإ

Langkah yang ditempuh adalah…… a. Dikompromikan dan diamalkan keduanya

b. Hadis pertama yang dipakai karena datang kemudian c. Hadis kedua yang diamalkan karena sifatnya lebih khusus d. Dimauqufkan karena kedua hadis sifatnya sangat umum

e. Harus dilihat mana hadis yang sifatnya lebih tafsili, itulah yang diamalkan 4. Tarjih adalah ……

Siap UN Hadis Keagamaan 140

a. Usaha untuk mengkompromikan hadis yang bertentangan

b. Menguatkan salah satu hadis dari hadis lain yang tampak berlawanan c. melemahkan salah satu hadis dari hadis lain yang tampak berlawanan d. mengamalkan setelah dikompromikan

e. perlawanan antara dua hadis

5. Ilmu yang megkaji tentang hadis-hadis yang secara eksplisit tampak bertentangan dan bagaimana mendudukkan hadis-hadis tersebut sebagai sumber hukum disebut……

a. Ilmu gharibil hadis

b. Ilmu rijalil hadis

c. Ilmu nasikh mansukh d. Ilmu mukhtalaful hadis e. Ilmu hadis dirayah

6. Di bawah ini yang bukan sebab-sebab terjadinya perbedaan hadis adalah…… a. Adanya perawi yang tidak adil

b. Sahabat mendengar hukum baru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang me-mansukh-kan (menghapuskan) hukum yang pertama, namun tidak didengar oleh sahabat yang lain

c. Perbedaan para Sahabat radhiyallahu'anhum dalam mengabarkan apa yang dilihatnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

d. Nabi melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu pada dua kondisi yang berbeda yang didengar atau dilihat oleh sahabat yang berbeda pula

e. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan satu perbuatan, akan tetapi dalam lebih dari satu bentuk (baik cara maupun jumlahnya)

7. Jika makna kedua hadis yang secara eksplisit saling bertentangan, dengan cara apapun tidak mungkin mentarjih / menguatkan salah satu di antara keduanya, maka solusinya adalah…

a. Dimauqufkan

b. Dilakukan pentarjihan ulang c. Diamalkan bersama-sama

d. Mengamalkan hadis yang datang lebih awal e. Mengamalkan hadis yang datang kemudian 8. Kompromi hadis dilakukan jika…….

Siap UN Hadis Keagamaan 141

b. Adanya nasikh mansukh c. Perawi hadis dhabith dan adil d. Sanad hadis bersambung

e. Hadis pertama muhkam sedang hadis yang kedua ghairu muhkam 9. Kitab Tadribu ar-Rawi adalah karya…..

a. Imam Nawawi b. Imam Suyuthi

c. Ibnu Hajar al- Asyqalani d. Imam Ahmad Ibn Hanbal e. Imam as-Syafi‘i

10. Lawan dari lafal rajih adalah…..

a. Syadz b. Dhaif c. Marjuh d. Layyin

Siap UN Hadis Keagamaan 142

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

6. Memahami bermacam-macam hadis ditinjau dari diterima dan ditolaknya sebagai hujjah

INDIKATOR

6.3. Menjelaskan sebab kemursalan suatu hadis

Pengertian Hadis Mursal

Hadis mursal yaitu hadis yang gugur sanadnya setelah tabi‘in. Yang dimaksud gugur di sini ialah nama sanad terakhir tidak disebutkan padahal sahabat adalah orang yang pertama menerima hadis dari rasul. Al-Hakim merumuskan hadis

mursal dengan:

اشٛثك ٔا ٌاك اشٛغص شٚشمت ٔا مؼف ٔا لٕل ٍي لٕسشنا ٙنا ٙؼتاتنا ّؼفس اي

Hadis yang disandarkan langsung oleh tabi‟in kepada rasul saw baik perkataan, perbuatan maupun taqrirnya. Tabi‟in tersebut baik termasuk tabi‟in kecil maupun besar.

Ada 3 macam hadis mursal:

1. Mursal al-Jali, yaitu tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat tersebut dilakukan oleh tabi‘in besar

2. Mursal al-khafi, yaitu pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabi‘in yang masih kecil. Hal ini terjadi karena hadis yang diriwayatkan oleh tabi‘in tersebut meskipun ia hidup sezaman dengan sahaby, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadis pun daripadanya.

3. Termasuk juga ke dalam hadis mursal ini, hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang ia sendiri tidak langsung mendengar dari rasul (karena mungkin ia masih kecil atau tidak pada majlis rasul pada saat hadis itu diwurudkan atau terbelakang masuk islamnya), tetapi dikatakannya bahwa ia menerima hadis itu dari rasul. Oleh para ahli hadis, hadis yang diriwayatkan dengan cara ini disebut dengan mursal al-shahabi.

Contoh hadis mursal shahaby adalah hadis yang diriwayatkan oleh Malik bin Ibnu Syihab dari Ubaidillah bin abdillah bin ‗Atabah dari Abdullah bin

Dalam dokumen Modul Hadis UN-XII MA (Halaman 126-143)

Dokumen terkait