• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat seorang rawi yang dapat mencatatkan keadilan dan kehafalannya

Dalam dokumen Modul Hadis UN-XII MA (Halaman 166-177)

ILMU JARH WA TA’DIL

CIRI-CIRI TAJRIH

1. Sifat seorang rawi yang dapat mencatatkan keadilan dan kehafalannya

adalah pengertian jarh menurut….. a. Ulama ahli Ushul

b. Ulama muhaddisin c. Orang awam d. Ushuliyyin e. Fuqaha

2. Kegunaan jarh wa ta‟dil adalah....

a. Untuk mengetahui dan menetapkan bahwa riwayat seorang perawi itu dapat diterima atau ditolak.

b. Untuk mengetahui cacat perawi hadis c. Untuk mengetahui keadilan perawi d. Untuk mengetahui kedhabithan perawi

e. Untuk mengetahui ketersambungan sanad hadis

3. Cacat (aib) perawi pada umumnya berkisar pada 5 macam. Di bawah ini yang tidak termasuk cacat parawi adalah….

a. Mukhalafah b. Ghalath c. Jahalatul hal d. Da‟wal inqitha‟ e. Ghibah

4. Ungkapan kata yang menunjukkan cacat keadilan yang ringan, misalnya:…..

a. ِثٚذسنا ُفٛؼض

b. ٌظِلاس

c. ن ُْٔشتي ٌٌلاف

d. ِّت ُّحَت ْسُٚلا ٌٌلاف

e. َِِّٖٕمْناِت َسَْٛن

Siap UN Hadis Keagamaan 167 5. Salah satu cacat rawi adalah Jahalatul hal, artinya adalah…..

a. melakukan tindakan tercela, diluar ketentuan Syara‘.

b. meriwayatkan hadis yang berbeda dengan periwayatan rawi yang lebih tsiqah c. banyak kekeliruan dalam periwayatannya

d. tidak dikenal identitasnya. e. diduga keras sanadnya terputus.

6. Jika perawi dalam meriwayatkan hadis dianggap cacat dengan sebab Da‟wal

inqitha‟, maka periwayatan hadisnya…..

a. Bernilai shahih

b. Dha‘if dan tidak bisa dijadikan hujah c. Diterima sebagai hujah

d. Diterima sebagai fadhailul ‗amal e. Diamalkan oleh sebagian kaum

7. Ibnu al-Shalah membuat susunan lafal dalam tajrîh menjadi 4 susunan sebagaimana berikut ini kecuali….

a. ِثٚذَسْنا ٍَُِّٛن

b. َٕ٘مِت َسٛن

c. ِثٚذسنا ُفٛؼض

d. ِثٚذسنا ُنٔشْتَي

e. ِّت ُّحَت ْسُٚلا ٌٌلاف

8. Al-Hafizh Abu Bakar berpendapat, bahwa lafal yang paling tinggi untuk kritik kualitas para periwayat hadis adalah kata:

a. ٌحَّدز

b. ساَُّنا ُبَزْكأ

c. ِثٚذسنا ُفٛؼض

d. نُْٔشتي ٌٌلاف

e. ٌظِلاس

9. Sedangkan kritik kualitas para periwayat hadis yang paling rendah adalah kata:

Siap UN Hadis Keagamaan 168

b. ِثٚذَسْنا ٍَُِّٛن

c. ِّت ُّحَت ْسُٚلا ٌٌلاف

d. نُْٔشتي ٌٌلاف

e. حَّدز

10. Tajrîh dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjuk tidak ditulis hadisnya secara tegas adalah….

a.

ُُّثٚذز ُةَتْكُٚ لا ٌٌلاف

b. ِّت ُّحَت ْسُٚلا ٌٌلاف

c. نُْٔشتي ٌٌلاف

d. ٌفٛؼض ٌٌلاف

Siap UN Hadis Keagamaan 169

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

7. Memahami Ilmu Jarh wa Ta

‟dil

INDIKATOR

7.2 Menentukan ciri ta‟dil

PENGANTAR

Orang yang tsiqah (terpercaya) dalam agamanya adalah orang yang bisa diterima hadis dan riwayatnya. Mereka itu orang yang adil dan dhabith, sedang ahli bid‘ah adalah orang yang tidak bisa diterima riwayatnya, apabila perbuatan bid‘ah yang dilakukannya sudah sampai pada batas kekafiran. Tetapi jika tidak, dan dia bukan tergolong orang yang menghalalkan dusta serta tidak menyeru kepada perkara bid‘ah, maka riwayatnya diterima. Berikut ini akan dipaparkan orang-orang yang riwayatnya dapat diterima karena keadilan dan kedhabithan dari perawi dilihat dari sisi sifat yang melekat padanya.

Menentukan Ciri ta‟dil

Ibnu Hajar dalam kitab Taqribu al- Tahdzib menjelaskan bahwa jarh

wa ta‟dil itu ada 12 tingkatan, yaitu:

1. Tingkat kejujuran dan terpercayanya para sahabat.

2. Kejujuran dan terpercayanya orang-orang yang dipuja dengan sebutan ‖orang yang paling...‖ dimana biasanya dikuatkan dengan menggunakan sighat ”af‟ala‖ seperti menyebutnya sebagai ”autsaqu al-naasi”(manusia yang paling terpercaya) atau dengan kata ‖tsiqah‖ (terpercaya) atau ‖tsiqatu al- hafidz‖ (seorang hafidz yang terpercaya).

3. Kejujuran dan terpercayanya orang-orang yang dipuja dengan menyebutkan sifatnya dalan bentuk satu kata seperti tsiqqah, mutqin (orang yang kuat untuk dipercaya), tsabat (benar untuk dipercaya) atau

‟adl (orang yang jujur).

4. Orang yang tingkat kejujuran dan terpercayanya di bawah sedikit dari tingkat ketiga seperti disebut sebagai shaduq (orang yang banyak jujurnya), la ba‟sa bihi (orang yang tidak berbahaya diambil riwayatnya),

Siap UN Hadis Keagamaan 170

atau laisa bihi ba‟sun (orang yang tidak ada padanya sesuatu yang membahayakan untuk diambil riwayatnya).

5. Orang yang tingkat kejujuran dan terpercayanya di bawah sedikit dari tingkat keempat seperti disebut sebagai shaduq sayyiu al hifdzi (orang yang banyak jujurnya namun jelek hafalannya), shaduq yuham (orang yang banyak jujurnya namun ada persangkaan berbuat salah), lahu auham (orang yang disangka banyak berbuat kesalahan), yuththi‟ (orang yang berbuat kesalahan), atau taghayyar biakhirihi (orang yang berubah pada usia lanjutnya), juga orang yang suka mengikuti hawa nadsunya atau ahli bid‘ah.

6. Orang yang mempunyai sedikit hadis. Jika hadisnya dianggap benar sebab ada hadis lain yang menguatkannya maka ia disebut maqbul, tapi jika hadisnya dianggap tidak benar karena tidak ada hadis lain yang menguatkannya, maka dia disebut layyin al hadis.

7. Orang yang meriwayatkan daripadanya lebih dari satu orang, namun tidak tsiqah. Orang yang ‟adalahnya pada tingkatan ini disebut mastur (tertutup) atau majhul hal (tidak diketahui catatan pribadinya).

8. Orang yang dirinya tidak pernah dianggap tsiqah bahkan ada yang menganggap dha‘if meskipun tidak secara tegas dan jelas, orang semacam ini disebut dha‟if.

9. Orang yang tidak ada meriwayatkan padanya kecuali satu orang , dan tidak dianggap tsiqah, orang semacam ini disebut majhul.

10. Orang yang dirinya tidak pernah dianggap tsiqah sama sekali. Orang semacam ini secara jelas dan tegas dinyatakan dha‘if sebab adanya cacat dan disebut matruku al hadis, wahilu al hadis, atau saqithu al hadis (gugur).

11. Orang yang ada persangkaan berbuat dusta. Orang semacam ini disebut

muttaham (tertuduh) atau muttaham fi al- kidzbi (tertuduh dusta).

12.Orang yang secara tegas disebut pendusta atau ahli membuat hadis palsu, disebut sebagai kadzdzab atau wadhdha (orang yang banyak membuat hadis palsu).

Siap UN Hadis Keagamaan 171

Lafal-lafal digunakan dalam Ta`dîl :

a. Ta‘dîl menggunakan ungkapan kata yang menunjukkan ketinggian sifat keadilan (mubalaghah) dan kedhabithan (ketsiqahan) periwayat hadis dengan menunjuk makna lebih (af‟al tafdhîl) dan sesamanya, misalnya :

1)

ِ ذُّثثَتنا ٗذف ٗذََٓتًُُْْنا ِّذَْٛنإ ٌٌلاذُف

= Si Fulan paling kuat hafalan dan

keadilannya

2)

ِساَُّنا ُكَث ْٔا ٌٌلاف

= Si Fulan manusia paling terpercaya atau

ِساذذَُّنا ُ ذذَثثأ ٔا

= Manusia yang paling kuat hapalan dan

keadilannya.

3)

ٌشِْٛظَ ُّن َسٛن

= tak ada tandingannya

b. Ta‘dîl menggunakan kata yang menunjukkan ketsiqahan periwayat hadis dengan dua sifat atau lebih atau satu sifat yang terulang (tawkîd), misalnya :

1)

ٌظِتاَض ٌحَمِث / ٌ َثَث ٌحَمِث

= dapat dipercaya dan kuat hafalan 2)

ٌٌ ُْٕيْأَي ٌحَمِث

= dapat dipercaya dan amanah

3)

ٌحمِث ٌحمِث

= dapat dipercaya, dapat dipercaya

c. Ta‘dîl dengan menggunakan ungkapan kata yang menunjukkan ketsiqahan seorang periwayat dengan satu sifat tanpa tawkîd, misalnya ;

1)

ٌحَمِث ٌٌلاف

= Si Fulan dapat dipercaya

2)

ٌ َثَث

atau

, ٌظِتَاَض

atau ,

ٌٍِمْتُي

atau

ٌحَّدُز

= kuat hapalan, kuat daya

ingat, teguh dan bagus periwayatannya, menjadi hujjah

d. Ta‘dîl dengan menggunakan ungkapan kata menunjuk ta`dîl saja dan tidak dhâbith, misalnya :

1)

ٌقُٔذَص

atau

ٌٌُٕيْأَي

= sangat benar

2)

ِّذت َسْأذتلا

atau

ٌسأذَت ِّذِت َسْٛذن

= tidak ada cacat padanya, tetapi menurut Ibn Ma`în ungkapan :

سأذت ّذت سٛن

digunakan pada arti tsiqah

Siap UN Hadis Keagamaan 172

3)

ُقُٔذَّصنا ُُّّهسي

= dipandang sangat benar

e. Ta‘dîl dengan menggunakan ungkapan kata yang tidak menunjukan tsiqah dan tidak tajrîh, misalnya :

1)

ٌخٛش ٌٌلاف

= Si Fulan seorang syeikh

2)

ُساَُّنا ُُّْػ ََٖٔس

= Hadisnya diriwayatkan orang

f. Ungkapan kata yang menunjukkan dekat dengan tajrîh, misalnya : 1)

ُُّثٚذز ُةَتْكُٚ

= ditulis Hadisnya

2)

ثٚذسنا ُرِناص

atau

ِثٚذَسْنا ُذِّٛخ

= Baik Hadisnya

Tiga tingkatan Ta`dîl awal di atas dari no a-c (1-3) dapat dijadikan hujjah tanpa diteliti lebih lanjut sekalipun berbeda dari segi tingkat potensinya. Tingkatan ke-4 dan ke-5 tidak dapat dijadikan hujjah, tetapi ditulis hadisnya untuk diadakan verifikasi kembali sekalipun tingkat d (4) lebih tinggi dari pada tingkat e (5). Verifikasi dapat dilaksanakan dengan cara memperbandingkan dengan periwayatan orang-orang tsiqah ini, jika sesuai maka dapat dijadikan hujjah dan jika tidak sesuai tidak dapat dijadikan hujjah. Sebagian ulama Hadis ahli tahqîq menggunakannya dalam tingkat di bawah tingkat shahih, yakni Hasan. Adapun tingkatan terakhir yakni ke-f (6) tidak dapat dijadikan hujjah, tetapi tetap ditulis hadisnya untuk bahan penelitian saja.

Dalam kitab al-Taqyîd wa al-Idhah Syarah Muqaddimah Ibn Shalah 1/157 disebutkan sebagai berikut :

َْبِتاَرمَْىلعفِْلْيِدْع ػتلاُْظاَفلأْا مأ

:

ُّْ َتػُْيَْْنػ ِمَِْوػهفٌْنِقْتػُمْْوأٌْةػَقِثُْوػ نإِْدحاَوْلِلَْلْيِقْاَذإْ:ٍِتِاَحِْْبيأُْنْباَْؿاقْ:لَْوُلا

وػثيِدَِي

.

ْ

إْاذػكوْ.ٌةػػ جُحْوأٌْتػَبَػثَْلػْيِقْاذإَْاذػػكَوْ:ُتػلق

ُْوػػنإْ ِؿْدػَعْلاْفيَْلػػيقْاذ

ملعأْللهاوٌْطِباَضْوأٌْظِفاَح

.

َْسْأػب َْلْوأُْؽْدػ صلاُْوُّلمُْوأٌْؽْوُدَصُْونإْليقْاذإْ:ٍِتِاَحْ ِبيأُْنباَْؿاقْ:ُْةيناثلا

.ةينا ثلاَُُْةلِزْنَمْلاَْيىوْويِفْرَظْنُػيوُْوُثيدحُْبَتْكُيْْن ِمَِْوهفِْوب

Siap UN Hadis Keagamaan 173

Susunan lafal ta‟dîl secara ringkas ada dua tingkatan :

a. Ibnu Abi Hatim berkata : jika dikatakan kepada seseorang :

ٌحذَمِث ُّذََّإ

(tsiqah)= bahwa ia dapat dipercaya atau

ٌٍِمْتذُي

(mutqin) = teguh dan

mayakinkan kepercayaannya, maka ia tergolong orang yang dapat

dijadikan hujah hadisnya. Aku katakan : demikian juga, jika dikatakan

ٌ ذَثَث

(tsabatun) = teguh atau

ٌحذَّدُز

(hujjatun) =menjadi hujah. Demikian juga jika dikatakan dalam keadilan

ٌ ِفاذَز ُّذَإ

= sesungguhnya ia hâfizh

atau kuat hapalannya atau

ٌظِتاَض

(dhâbith)=kuat daya ingatannya. b. Ibnu Abi Hatim berkata : Jika seseorang dikatakan

ٌق ُْٔذذذَص ُّذذَإ

=

sesungguhnya ia shadûq sangat jujur atau

ُقْذذِّصنا ُّذُّهسي

(mahalluhu

al-shidqu) = statusnya jujur atau

ِّذت َسْأتَ لا

(lâ ba‟sa bihi) = tidak apa-apa. Mereka tergolong orang yang ditulis hadisnya dan diteliti kebenaranya tergolong tingkatan kedua.

Siap UN Hadis Keagamaan 174

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Orang yang dinilai paling adil menurut penilaian tokoh jarh wa ta‟dil adalah... a. Para sahabat Nabi saw

b. Tabi‘in c. Tabi‘it tabi‘in

d. Orang yang dinilai dengan lafadz autsaqun nas e. Orang-orang yang hadisnya dapat dijadikan hujah

2. Seorang periwayat hadis dinilai tingkat kejujuran dan keadilannya dengan ungkapan la ba‟sa bihi, maksudnya adalah....

a. orang yang banyak jujurnya namun jelek hafalannya b. dapat dipercaya dan kuat hafalan

c. orang yang tidak berbahaya diambil riwayatnya d. tidak dapat dijadikan hujjah

e. orang yang banyak jujurnya namun ada persangkaan berbuat salah

3. Mengidentifikasi perawi dengan sifat-sifat yang dipandang orang tersebut adil, yang menjadi puncak penerimaan riwayat adalah pengertian….

a. Jarh b. Ta‟dil c. Al-Jarih d. Muaddil e. Mujarrih

4. Di bawah ini adalah ta‘dîl dengan menggunakan ungkapan kata yang

menunjukkan ketinggian sifat keadilan (mubalaghah) dan kedhabithan (ketsiqahan) periwayat hadis dengan menunjuk makna lebih (af‟al tafdhîl) ...

a. ِ ُّثثَتنا ٗف ََٗٓتًُُْْنا َِّْٛنإ ٌٌلاُف

b. ٌٌُْٕيْأَي ٌحَمِث

c. ٌحَمِث ٌٌلاف

d. ِثٚذَسْنا ُذِّٛخ

Siap UN Hadis Keagamaan 175

e. ُساَُّنا ُُّْػ ََٖٔس

5. Ta‘dîl menggunakan kata yang menunjukkan ketsiqahan periwayat hadis

dengan dua sifat atau lebih atau satu sifat yang terulang (tawkîd), contohnya adalah....

a. ٌ َثَث ٌحَمِث

b. ٌحَمِث ٌٌلاف

c. ٌخٛش ٌٌلاف

d. ُساَُّنا ُُّْػ ََٖٔس

e. ٌ ِفاَز َُّإ

6. Menurut Ibnu Abi Hatim, ungkapan ta‘dil terhadap periwayat yang

hadisnya dapat dijadikan hujjah adalah sebagaimana berikut ini,

kecuali….

a. ٌحَمِث ََُّّإ

b. ٌٍِمْتُي

c. ٌ َثَث

d. حَّدُز

e. ُقْذِّصنا ُُّّهسي

7. Ungkapan ta‟dil yang menunjukkan dekat dengan tajrîh contohnya….

a. ٌقُْٔذَص َُّإ

b. ثٚذسنا ُرِناص

c. ٌحَمِث ٌٌلاف

d. ٌحَمِث ََُّّإ

e. ٌٍِمْتُي

8. Di bawah ini ta‘dîl dengan menggunakan ungkapan kata menunjuk ta`dîl

saja dan tidak dhâbith, kecuali....

a. ٌقُٔذَص

b. ٌٌُٕيْأَي

c. ِّت َسْأتلا

Siap UN Hadis Keagamaan 176

d. ُقُٔذَّصنا ُُّّهسي

e. ٌحَمِث ََُّّإ

9. Seorang periwayat hadis dinilai dengan ungkapan wadhdha, artinya...

a. Orang yang suka berdusta

b. Orang yang suka membuat hadis palsu c. Orang yang hadisnya tertolak

d. Orang yang banyak membuat bid‘ah

e. Orang yang hadisnya banyak diriwayatkan oleh orang lain

10. Orang yang disangka banyak berbuat kesalahan diungkapkan dengan

istilah... a. Mutqin b. Hujjatun c. Innahu tsabatun d. Tsiqah tsiqah e. Lahu uaham

Siap UN Hadis Keagamaan 177

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

7. Memahami Ilmu Jarh wa Ta‟dil

Dalam dokumen Modul Hadis UN-XII MA (Halaman 166-177)

Dokumen terkait