• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Hadis UN-XII MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Hadis UN-XII MA"

Copied!
382
0
0

Teks penuh

(1)

Siap UN Hadis Keagamaan 1

Standar Kompetensi Lulusan

1. Memahami Ilmu Hadis

Indikator

1.1 Mengidentifikasi Pengertian Ilmu Hadis

PENGERTIAN ILMU HADIS

Ilmu hadis (ulum hadis) terdiri dari dua kata, yaitu ilmu (ulum) dan

al-hadis. Kata „ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari „ilm, yang berarti

―ilmu-ilmu‖; sedangkan al-hadis di kalangan ulama hadis berarti ―segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi saw dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.‖ dengan demikian, gabungan kata ulum al-hadis mengandung pengertian ―ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadis nabi saw‖.

Sedangakan menurut ulama mutaqaddimin adalah :

ْْلِع

ٌْمْ

ُْػيْْب

َْح

ُْث

ِْْفْْي

ِْوْ

َْعْْن

ْْ

َْكْْي

ِْفَْيِْة

ْْ تا

َْص

ِْؿا

ْْْا

َْل

َْح

ِْدا

ْْي

ِْث

ِْْب

ْ رلا

ُْسْْو

ِْؿ

ْ

ِْمْمّلسوْويلعْللهاْىّلص

ْْنْ

َْحْْي

ُْث

َْْمْْع

ِْرَْفِْة

َْْا

ْْحَْو

ِْؿا

ُْْرْ و

َِْتا

َْضْا

ْْبًْط

َْوْا

َْعْْد

ًْلْ

َْوِْم

ْْنْ

َْحْْي

ُْثْ

َْْكْْي

ِْفَْيِْة

ْ

ْ سلا

َْنِْد

ْْ تا

َْص

ًْلا

َْْوْْنا

ِْق

َْط

ًْعاا

ْ

Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya mata rantai sanad.

SKL 1

(2)

Siap UN Hadis Keagamaan 2

Ilmu hadis juga diartikan sebagai suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui betul tidaknya ucapan, perbuatan, keadaan atau lain-lainnya, yang orang katakan dari nabi Muhammad saw. Dapat juga diartikan sebagai pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantarkan kepada pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan, atau dengan kata lain, ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan matan. Sanad adalah rangkaian rijal yang menghantarkan kepada matan. Sedangkan matan adalah perkataan yang terletak di penghujung sanad.

Pada perkembangan selanjutnya oleh ulama mutaakhirin ilmu hadis ini dipecah menjadi dua, yaitu Ilmu hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. Pengertian Ilmu Hadis menurut Ulama Mutaqodimin di atas dimasukkan kedalam Ilmu Hadis Dirayah.

A. ILMU HADIS RIWAYAH

Ajjaj al Khatib berpendapat, Ilmu Hadis Riwayah adalah

َْاْْلِْع

ْْلُْم

ْْ لا

ْىلصْ ِبِ نلاْ َلَِإْ َفِضُأْاَمْ ِلْقَػنْىلَعُْـْوُقَػيْىِذ

ْْنِمْملسوْويلعْللها

اًر رَُمُْاًقْػيِقَدًْلاْقَػنٍْة يِقُلُخْْوَاٍْة يِقْلَخٍْةَفِصْْوَاٍْرْيِرْقَػتْْوَاٍْلْعِفْْوَاْ ٍؿْوَػق

ْ

Ilmu Pengetahuan yang mempelajari hadis-hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat maupun tingkah lakunya.

Ibnu al-Akfani mengatakan,

ْاَهِطْبَضَوْاَهِتَياَوِرَوِْوِلاَعْػفَاَوْملسوْويلعْللهاْىلصْ ِبِ نلاْ ِؿاَوْػقَاْىَلَعُْلِمَتْشَيٌْمْلِع

اَهِظاَفْلَاِْرْيِرَْتََو

Ilmu yang mencakup perkataan dan perbuatan Nabi, baik periwayatannya, pemeliharaannya, maupun penulisannya atau pembakuan lafadz-lafadznya. Ulama yang merintis lahirnya Ilmu Riwayah ini adalah Muhammad bin Syihab az Zuhri.

(3)

Siap UN Hadis Keagamaan 3

Objek Ilmu Hadis Riwayah ialah bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain, memindahkan atau mendewankan. Dalam menyampaikan atau membukukan hadis hanyadisebutkan apaadanya, baik yang berkaitan dengan matan maupun sanadnya, ilmu ini tidak membicarakan tentang syadz ( kejanggalan ) atau 'illat ( kecacatan ) matan haadis, dan juga tidak membahas kualitas perawi baik keadilan, kedzabitan maupun kefasikannya.

B. ILMU HADIS DIRAYAH

Ilmu Hadis Dirayah biasa juga disebut sebagai Ilmu Musthalah Hadis, Ilmu Ushul Al Hadis, Ulum Al-Hadis, dan Qowa'id Al-Tahdis. At-Tirmidzi mendefinisikan ilmu ini dengan :

ْ ٍْتَْمْ ُؿاَوْحَأْاَِبِْ ْيِرْدَيْ ُّدَُتَْ ُْيِْناَوَػق

ْ ِتاَفِصَوِْءاَدَلْاَوْ ِلُّمَح تلاِْةَيِفْيَكَوٍْدَنَسَو

كِلَذِْْيَْغَوْ ِؿاَج رلا

ْ

Kaidah-kaidah atau undang-undang untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan Hadis, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya.

Ilmu ini juga dipahami sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana caranya untuk mengetahui kedudukan sebuah Hadis.

Hasbi ash Shidiqi mengatakan, Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari sisi diterima atau ditolaknya sebuah Hadis dan yang berkaitan dengan itu.

Ibnu al Akfani berpendapat,

ِْةاَوُّرلاْ ُؿاَحَوْاَهُماَكْحَاَوْاَهُعاَوْػنَاَوْاَهُطْوُرُشَوِْةَياَو رلاُْةَقْػيِقَحُْوْنِمْ ُؼَرْعُػيٌْمْلِع

ْْْاَِبُِْق لَعَػتَػيْاَمَوْ ِتا يِوْرَمْلاُْؼاَنْصَاَوْْمُهُطْوُرُشَو

Ilmu yang padanya kita mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat periwayatan, macam-macamnya, hukum-hukumnya, keadaan perawi, syarat-syarat para perawi, macam-macam yang diriwayatkan, dan segala yang berkaitan dengan itu.

(4)

Siap UN Hadis Keagamaan 4

- Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandarannya kepada sumber hadis atau sumber berita

- Syarat-syarat periwayatan adalah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan diriwayatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan ( Turuku At-Tahammul )

- macam-macam periwayatan adalah membicarakan bersambung dan tidaknya periwayatan dan lain-lain

- Hukum-hukum periwayatan ialah membicarakan diterima atau ditolaknya suatu hadis

- Keadaan Perawi membicarakan keadilan dan kecacatan serta syarat mereka dalam menerima dan meriwayatkan hadis

- Macam-macam hadis yang diriwayatkan meliputi hadis-hadis yang dapat dihimpun pada kitab-kitab tashnif, kitab tasnid dan kitab mu'jam

Dan ada juga yang menjelaskan bahwa Ilmu Hadis Dirayah adalah :

َْاْْلِْع

ْْلُْم

ْْ لا

ْ ِفِْ ُثَحْبَػيْىِذ

ْْفَاُْعْيِطَتْسَنْ ِتِ لاْ ِلُصُْلاَوَْْيِْناَوَقْلاَوْ ِسَسَْلاَوِدِعاَوَقلْا

َْوُىْاَمْوَْم لَسَوِْوْيلَعْللهاْى لَصْ ِؿْوُس رلِلِْةَبْس نلاُْحْيِحَصَْوُىْاَمَْْيَْػبْاَِبَِْز ػيَُنُ

َْم لَسَوِْوْيلَعْللهاْى لَصِْوْيَلِاِْوِتَبْسِنْ ِفٌِْؾْوُكْشَم

ْ

Ilmu pengetahuan yang membahas tentang kaidah-kaidah, dasar-dasar dan peraturan-peraturan yang dengannya kami dapat membedakan antara hadis yang sahih yang disandarkan kepada Rasulullah SAW dan hadis yang diragukan penyandarannya kepada beliau.

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwasannya Ilmu Hadis Dirayah adalah sekumpulan kaidah dan masalah untuk mengetahui keadaan perawi baik yang menyangkut pribadinya seperti akhlak, tabiat dan keadaan hafalannya maupun yang menyangkut persambungan dan terputusnya sanad. Sedangkan keadaan marwi yaitu kesahihan dan kedhaifan matan, serta dari segi lain yaitu diterima atau tidaknya suatu riwayat.

(5)

Siap UN Hadis Keagamaan 5

Objek kajian Ilmu Hadis Dirayah ini adalah sebuah penelitian terhadap para perawi Hadis dan Keadaan mereka yang meriwayatkan Hadis, begitu juga halnya dengan sanad dan matannya.

(6)

Siap UN Hadis Keagamaan 6 1.

ْمّلسوْويلعْللهاْىّلص

ْ

ِْؿ

ُْسْْو

ْ رلا

ِْْب

ِْث

ْْي

ِْدا

َْح

َْل

ْْْا

ِْؿا

َْص

ْْ تا

ِْفَْيِْة

َْكْْي

ْْ

َْعْْن

ِْوْ

ِْْفْْي

ُْث

َْح

ُْػيْْب

ٌْمْ

ْْلِع

ِْم

ْْنْ

َْحْْي

ُْث

َْْمْْع

ِْرَْفِْة

َْْا

ْْحَْو

ِْؿا

ُْْرْ و

َِْتا

َْضْا

ْْبًْط

َْوْا

َْعْْد

ًْل

َْْوِْم

ْْنْ

َْحْْي

ُْث

ْْ

َْكْْي

ِْفَْيِْة

ْ

ْ سلا

َْنِْد

ْْ تا

َْص

ًْلا

ْ

َْوْْنا

ِْق

َْط

ًْعاا

Pernyataan yang paling tidak sesuai dengan definisi di atas adalah …

A. Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasul SAW dari segi hal ihwal para perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya mata rantai sanad. B. Ilmu yang dengannya dapat diketahui betul tidaknya ucapan, perbuatan,

keadaan atau lain-lainnya, yang orang katakan dari nabi Muhammad saw. C. Pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantarkan kepada

pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan.

D. Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan matan.

E. Sanad adalah rangkaian rijal yang menghantarkan kepada matan. Sedangkan matan adalah perkataan yang terletak di penghujung sanad. 2. Ulama mutaakhirin membagi ilmu hadis menjadi dua yaitu

A. Ilmu hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. B. Ilmu hadis Riwayah dan Rijal al Hadis

C. Ilmu Hadis Dirayah IlmuTarikh al-Ruwwat D. Asbabul Wurud dan Asbab an-Nuzul E. Ilmu Nasikh wa Mansukh.

3. Ulama yang merintis lahirnya Ilmu Riwayah ini adalah A. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy B. Muhammad bin Syihab az Zuhri.

C. Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy D. Abu Hafs 'Umar bin Abdul Majid al-Mayanzi

(7)

Siap UN Hadis Keagamaan 7

4. Objek Pembahasan Ilmu Hadis Riwayah ialah ….

A. Para perawi hadis sejak zaman Nabi sampai masa pentadwinan hadis B. Bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain dan diterima

atau ditolaknya suatu hadis

C. Bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain memindahkan atau mendewankan hadis.

D. Kualitas perawi baik keadilan, kedzabitan maupun kefasikannya, syadz ( kejanggalan ) atau 'illat ( kecacatan ) matan hadis

E. Sanad, matan dan perawi hadis

5. Yang tidak termasuk objek pembahasan dalam ilmu hadis Riwayah adalah …. A. cara penukilan hadis

B. tahamulul hadis C. 'ada al-hadis D. tingkatan hadis E. tadwin al-hadis 6.

ِْءاَدَلْاَوِْلُّمَح تلاِْةَيِفْيَكَوٍْدَنَسَوٍْْتَْم

ُْؿاَوْحَأْاَِبِْْيِرْدَيُّْدَُتَُْْيِْناَوَػق

كِلَذِْْيَْغَوْ ِؿاَج رلاْ ِتاَفِصَو

Kalimat di atas adalah pengertian …. A. Ilmu Hadis Riwayah

B. Ilmu Hadis Dirayah

C. Undang-undang fi ilm al-hadis D. Qanun dalam ilmu hadis E. Hadis menurut ahli ushul

7. Yang bukan nama lain dari Ilmu Hadis Dirayah adalah …. A. Ilmu Musthalah Hadis,

B. Ilmu Ushul Al Hadis C. Ulum Al-Hadis D. Qowa'id Al-Tahdis E. Ummu al-Ilm fi al-ahadis

(8)

Siap UN Hadis Keagamaan 8

8.

ْ ُؿاَحَوْاَهُماَكْحَاَوْاَهُعاَوْػنَاَوْاَهُطْوُرُشَوِْةَياَو رلاُْةَقْػيِقَحُْوْنِمْ ُؼَرْعُػيٌْمْلِع

ْْْاَِبُِْق لَعَػتَػيْاَمَوْ ِتا يِوْرَمْلاُْؼاَنْصَاَوْْمُهُطْوُرُشَوِْةاَوُّرلا

Kalimat yang tidak terkait dengan definisi di atas adalah ….

A. Ilmu ma'rifat itu untuk mengetahui hakikat hadis yang sebenarnya

B. Hakikat periwayatan adalah penukilan hadis dan penyandarannya kepada sumber hadis atau sumber berita

C. Syarat-syarat periwayatan adalah penerimaan perawi terhadap hadis yang akan diriwayatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan ( Turuku At-Tahammul )

D. macam-macam periwayatan adalah membicarakan bersambung dan tidaknya periwayatan dan lain-lain

E. Hukum-hukum periwayatan ialah membicarakan diterima atau ditolaknya suatu hadis

9. Keadaan Perawi, keadilan dan kecacatan serta syarat mereka dalam menerima dan meriwayatkan hadis dibahas dalam ….

A. Ilmu Hadis Riwayah B. Ilmu Hadis Dirayah C. Ilmu Nasikh wa Mansukh D. Ilmu Asbab al-Wurud E. Ilmu Tahamulul al-Hadis

10. Ilmu hadis sudah ada sejak zaman .... A. Rasululloh

B. Khulafaur Rosyidin C. Umar bin Abdul Aziz D. Abad ke II H.

E. Abad ke III H.

(9)

Siap UN Hadis Keagamaan 9

Standar Kompetensi Lulusan

1. Memahami Ilmu Hadis

Indikator

1.2 Mengidentifikasi Fungsi Ilmu Hadis

FUNGSI ILMU HADIS

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam perkembangan ilmu hadis terbagi menjadi dua cabang pokok ilmu hadis yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah yang masing masing memiliki objek yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Objek Ilmu Hadis Riwayah ialah bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain, memindahkan atau mendewankan, ilmu ini tidak membicarakan tentang syadz ( kejanggalan ) atau 'illat ( kecacatan ) matan haadis, dan juga tidak membahas kualitas perawi baik keadilan, kedzabitan maupun kefasikannya sehingga tujuan atau faedahnya adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penukilan atau pengutipan sebuah Hadis yang bersumber dari Nabi SAW, sedang Ilmu Hadis Dirayah objeknya adalah adalah sebuah penelitian terhadap para perawi Hadis dan Keadaan mereka yang meriwayatkan Hadis, begitu juga halnya dengan sanad dan matannya, sehingga kita ketahui bahwa tujuan dan faedah Ilmu Hadis Dirayah adalah untuk menetapkan diterima atau ditolaknya sebuah Hadis, sebagai pengamalan dari Hadis yang diterima dan meninggalkan dari Hadis yang ditolak.

Ibnu Kholdun dalam kitabnya "Muqoddimah" menyatakan, salah satu faedahnya adalah sebagai penelitian bagi kita pada sisi sanad yang sempurna syarat dan ketentuannya, agar diketahui Hadis yang wajib diamalkan. Sehingga dalam pengamalannya itu tidak menimbulkan keraguan lagi kecuali hanya keyakinan atau dzon (dugaan keras) atas kebenaran sebuah Hadis itu yang benar-benar bersandar dari Rasulullah SAW. Maka hendaklah bagi kita untuk berijtihad agar dapat mengahasilkan dzon tersebut. Yaitu dengan mengetahui Para Perawi Hadis dalam hal 'adl dan tsiqohnya.

(10)

Siap UN Hadis Keagamaan 10

Dengan demikian jika kita mempelajari Ilmu Hadis akan banyak sekali faedah yang bisa diperoleh, antara lain :

1. Dapat mengetahui cara penukilan yang benar yang terhindar dari kejanggalan dan kecacatan

2. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dari masa ke masa sejak masa Rasul SAW sampai sekarang

3. Dapat megetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadis.

4. Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan hadis lebih lanjut

5. Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria hadis sebagai pedoman dalam beristinbat.

Setelah ilmu hadis berkembang, maka faedah dan tujuan Ilmu Hadis menjadi lebih spesifik dengan cabang Ilmu Hadis masing-masing diantaranya :

1. Ilmu rijal al-hadis, yakni ilmu yang mengkaji tentang para perawi hadis, baik dari sahabat, tabi‘in, maupun angkatan setelahnya. Tujuannya dapat kita lihat pada definisinya sebagai berikut :

ِْعْْل

ٌْمُْْػي

ْْعَْر

ُْؼ

ِْْب

ِْوْ

ُْر

ٌْةا و

ْ

ِْثْيِدَحلِلٌْةا وُرْْمُه ػنَاُْثْيَحْْنِمْ ِثْيِدَْلْا

"Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis dalam kapasitasnya sebagai perawi hadis.

Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam lapangan ilmu hadis, karena objek kajian hadis pada dasarnya ada dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu Rijalul hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad.

Diantara kitab yang paling tua yang menguraikan tentang sejarah para perawi thabaqot demi thabaqot adalah karya Muhammad ibn Sa'ad (w 230 H) yaitu

(11)

Siap UN Hadis Keagamaan 11 Thabaqat Al-Qubra dan karya Khalifah ibn 'Ashfari ( w. 240 H) yaitu Thabaqat Al-Ruwwah dll

2. Ilmu gharib al-hadis, yakni ilmu yang membahas redaksi hadis yang pelik-pelik yang tidak mudah dipahami, karena jarang dipakai.

Nabi adalah sefasih-fasihnya orang Arab yang diutus untuk menghadapi kaumya yang bermacam suku dan kabilah. Adakalanya beliau berhadapan dengan kaum tertentu dan beliau menggunakan bahasa dari kaum yang dihadapinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya setelah banyak bangsa non Arab memeluk Islam mendapati lafal-lafal yang digunakan itu terasa asing / gharib. Nah ilmu ini dimunculkan dengan tujuan untuk memudahkan dalam memahami hadis-hadis yang mengandung lafal-lafal yang gharib tersebut.

Diantara para Ulama yang pertama-tama menyusun hadis-hadis yang gharib tersebut adalah Abu Ubaidah Ma'mar bin Matsna Al-Taymi Al-Bisri (w. 210 H) dan Abu Al-Hasan bin Ismail Al-Mizini Al Nahawi (w. 204 H).

Salah satu kitab terbaik yang ada sekarang ini adalah kitab Nihayah Gharib Al-Hadis, karya Ibn Al Atsir.

3. Ilmu al-nasikh wa al-mansukh, yakni ilmu yang membahas hadis-hadis nasikh (yang menghapus hukum), dan hadis-hadis mansukh (yang hukumnya dihapuskan)

َْاْْلِْع

ْْلَْم

ْ

ِْنَعُْثَحْبَػيْىِذَلا

ْْنِمْاَهَػنْػيَػبْ ِقْيِفْو ػتلاُْنِكُْيُ َلْ ِتِ لاِْةَضِراَعَػتُلمْاْ ِثْيِداَحَلْا

ْاَمَفٌْخُوُسْنَمُْو نَاِبِْرَخَلْاْاَهِضْعَػبْىَلَعَوٌْخِساَنُْو نَاِبْاَهِضْعَػبْىَلَعِْمْكُلْْاُْثْيَح

اَناَكُْهُرُّخَأَتَْتَبَػثْاَمَوْاًخْوُسْنَمْفَاَكُْوُمُّدَقَػتَْت بَػث

ْ

اًخِس

.

ْ

Ilmu yang membahas hadis-hadis yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk dipertemukan, karena (materi yang berlawanan) yang pada akhirnya terjadilah saling menghapus dengan ketetapan bahwa yang dating terdahulu disebut mansukh dan yang dating kemudian disebut nasikh.

Ilmu ini sangat penting berkaitan istinbat hukum dari nash yang samar-samar. Untuk mengetahui nasah dan mansukh ini bias melalui beberapa cara :

(12)

Siap UN Hadis Keagamaan 12

a. Dengan penjelasan dari dash atau syari' sendiri yang dalam hal ini adalah Rasul SAW

b. Dengan penjelasan dari sahabat

c. Dengan mengetahui tarikh keluarnya hadis serta sebab wurud hadis. 4. Ilmu talfiq al-hadis, yakni ilmu yang menjelaskan tentang cara-cara

mendudukkan hadis yang dhahirnya kelihatan bertentangan antara yang satu dengan lainnya.

اًرِىاَظِْةَضِقاَنػػَتػػُمػلْاِْثْيِداَحَلْاَْْيَْػبِْقْيِفْو ػتلاِْنَعِْوْيِفُْثَحْبُػبٌْمْلِع

ْ

Ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan hadis-hadis yang isinya berlawanan

Ilmu ini juga disebut Ilmu Mukhtaliful Hadis dan yang telah berusaha menyusun ilmu ini adalah Imam Syafi'i (204 H), Ibn Qurtaibah (276 H), At Tahawi (321H) dan Ibn Jauzi (597 H). Kitabnya bernama At-Tahqiq dan sudah di Syarhkan oleh Al-Ustadz Ahmad Muhammad Syakir.

5. Ilmu ‟ilal al-hadis, yakni ilmu yang membicarakan hadis-hadis yang secara dzahir kelihatan sah, kemudian terdapat beberapa kekeliruan/ kesalahan. 'Ilal jamak dari 'illah yang artinya penyakit, yang menurut istilah ahli hadis adalah suatu sebab yang tersembunyi yang dapat mengurangi status kesahihan hadis padahal dzahirnya tidak nampak ada cacat. Sedangkan definisi menurut muhadisin adalah :

ِْة حِصْ ِفُِْحَدْقَػتْاَه ػنَاْثْيَحْْنِمِْةَضِماَغلْاِْة يِفَلخْاْ ِباَبْسَلْاِْنَعْ ُثَحْبَػيٌْمْلِع

ٍْثْيِدَحْ ِفِْ ٍثْيِدَحْ ِؿاَخْدِاَوْ ٍؼْوُػقْوَمِْعْفَرَوٍْعِطَقْػنَمْ ِلْصَوَكْ ِثْيِدَلْْا

ْ

َْوَباَشْاَمَو

َْكِلَذ

ْ

Ilmu yang membahasa sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan kesahihan hadis seperti mengatakan muthashil terhadap hadis yang munqoti' menyebut marfu' terhadap hadis yang maukuf, memasukkan hadis terhadap hadis lain dan hal-hal yang seperti itu.

(13)

Siap UN Hadis Keagamaan 13

6. Ilmu asbab wurud al-hadis, yakni ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan masa-masa nabi menurunkan sabda tersebut.

َْجْْيِذل اُْفاَم زلاَوُْثْيِدَلْْاِْوِلْجَِلَْدَرَوْىِذ لاُْبَب سلَاِْوِبُْؼَرْعُػيٌْمْلِع

ِْوْيِفَْءا

ْ

Penting diketahui, karena ilmu itu menolong kita dalam memahami hadis, sebagaimana Asbabu An-Nuzul menolong kita dalam memahami Al-Qur'an

ْ

7. Ilmu jarh wa ta‟dil, yakni ilmu yang menerangkan catatan-catatan tentang

keterangan memandang adil periwayat atau mencacat (menerangkan keadaan yang tidak baik) periwayat.

ِْبِتاَرَمْْنَعَوٍْةَصْوُصَْمُْ ٍظاَفْلَاِبْْمِهِلْيِدْعَػتَوِْةاَوُّرلاِْحْرَجْْنَعِْوْيِفُْثَحْبُػيٌْمْلِع

ْ

ِْظاَفْلِلْاَْكْلِت

ْ

Ilmu yang menerangkan kecacatan-kecacatan yang dihadapkan pada para perawi dan pentakdilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu

(14)

Siap UN Hadis Keagamaan 14

1. Tujuan Ilmu Hadis Dirayah yang paling utama adalah ... A. mengetahui tingkat kesahihan hadis

B. menetapkan diterimanya atau ditolaknya sebuah Hadis C. mengetahui tingkat kemutawatiran suatu hadis

D. menetapkan tingkat kedhaifan suatu hadis E. untuk mengetahui hadis-hadis palsu

2. Ilmu yang mengkaji tentang para perawi hadis, baik dari sahabat, tabi‘in, maupun angkatan setelahnya adalah ....

A. rijal al-hadis B. gharib al-hadis

C. al-nasikh wa al-mansukh D. talfiq al-hadis

E. ‟ilal al-hadis

3. Ilmu yang membahas redaksi hadis yang pelik-pelik yang tidak mudah dipahami, karena jarang dipakai disebut ilmu ....

A. rijal al-hadis B. gharib al-hadis

C. al-nasikh wa al-mansukh D. talfiq al-hadis

E. ‟ilal al-hadis

4. Ilmu yang membahas hadis-hadis nasikh (yang menghapus hukum), dan hadis-hadis mansukh (yang hukumnya dihapuskan) dikenal dengan ilmu .... A. rijal al-hadis

B. gharib al-hadis

C. al-nasikh wa al-mansukh D. talfiq al-hadis

(15)

Siap UN Hadis Keagamaan 15

5. Ilmu yang menjelaskan tentang cara-cara mendudukkan hadis yang dhahirnya kelihatan bertentangan antara yang satu dengan lainnya

A. rijal al-hadis B. gharib al-hadis

C. al-nasikh wa al-mansukh D. talfiq al-hadis

E. ‘ilal al-hadis

6. Ilmu yang membicarakan hadis-hadis yang secara dzahir kelihatan sah, kemudian terdapat beberapa kekeliruan/ kesalahan adalah ....

A. rijal al-hadis B. gharib al-hadis

C. al-nasikh wa al-mansukh D. talfiq al-hadis

E. ‘ilal al-hadis

7. Ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan masa-masa nabi menurunkan sabda tersebut adalah ....

A. al-nasikh wa al-mansukh B. talfiq al-hadis

C. ‘ilal al-hadis

D. asbab wurud al-hadis E. asbab Nuzul

8. Ilmu yang menerangkan catatan-catatan tentang keterangan memandang adil periwayat atau mencacat (menerangkan keadaan yang tidak baik) periwayat adalah ...

A. al-nasikh wa al-mansukh B. talfiq al-hadis

C. ‘ilal al-hadis

D. asbab wurud al-hadis E. jarh wa ta‘dil

(16)

Siap UN Hadis Keagamaan 16

9. Seorang thalib yang ingin membuktikan suatu hadis shahih apakah benar shahih sebagaimana yang nampak atau ada cacad yang tersembunyi maka ia hendaknya mempelajari ilmu ....

A. al-nasikh wa al-mansukh B. talfiq al-hadis

C. ‘ilal al-hadis

D. asbab wurud al-hadis E. jarh wa ta‘dil

10. Seorang thalib menemukan 2 hadis yang secara dhahir bertentangan, ditinjau dari segi yang lain kedua-duanya dinyatakan shahih oleh Ulama Ahli Hadis, maka jawabannya akan ia temukan jika mau mempelajari ilmu ....

A. al-nasikh wa al-mansukh B. talfiq al-hadis

C. ‘ilal al-hadis

D. asbab wurud al-hadis E. jarh wa ta‘dil

(17)

Siap UN Hadis Keagamaan 17

Standar Kompetensi Lulusan

1. Memahami Ilmu Hadis

Indikator

1.3 Menyebutkan Pengarang terkenal kitab ilmu hadis

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KITAB-KITAB ILMU HADIS

Ilmu hadis sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah masih hidup, akan tetapi ilmu ini terasa diperlukan setelah Rasul wafat, terutama sekali ketika umat Islam memulai upaya mengumpulkan hadis dan mengadakan perlawatan yang mereka lakukan, sudah barang tentu secara langsung atau tidak, memerlukan kaidah-kaidah guna menseleksi periwayatan hdis. Di sinilah Ilmu Hadis Dirayah mulai terwujud dalam bentuk kaidah-kaidah yang sederhana.

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kaidah-kaidah tersebut semakin disempurnakan oleh para ulama yang muncul pada abad ke-II dan ke-III hijriyah, baik mereka yang secara khusus menspesiallisasikan dirinya dalam mempelajari satu disiplin ilmu maupun bidang-bidang lainnya, sehingga menjadi satu disiplin ilmu yang berdiiri sendiri.

Sekalipun demikian, dalam perkembangannya tercatat bahwa ulama yang pertama kali menyusun ilmu hadis sebagai salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara lengkap adalah

1. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy ( w 360 H ) dengan kitabnya

ْ دَحُمػلا

ِْىْعَوْلاَوْىِوا رلاَْْيَْػبُْلِصاَفلاُْث

Al-Muhaddits Al-Fashil baina Al-Rawi wa

Al-Wa'i kemudian disusul oleh

2.

يروباسينلاْمكالْاْللهاْدبعْنبْدممُْللهاْدبعْوبأ

Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy ( 321 – 405 ) dengan kitabnya berjudul

ثيدلْا

ْـولعْةفرعم

M'rifah

(18)

Siap UN Hadis Keagamaan 18

3. Abu Nu'man Ahmad bin Abdillah Al Asfahaniy (336-430) lalu al-Khatib Al-Baghdadiy (w. 463 H) dengan kitabnya berjudul

ةياورلاْيْناوقْفي

ةيافكلا

dan

عماسلاوْخيشلاْبادلْعمالجا

4. Al-Qadly 'Iyadl bin Jusa (w. 544 H) dengan kitabnya yang berjudul

ملعلا ءاسملا دييقت و طبضلا ةياورلا فِ

5. Abu Hafs 'Umar bin Abdul Majid al-Mayanzi ( W. 580 H. ) dengan kitabnya اي لا

عيسي

ُْث دلمحا

ولهج

Ma La Yasi'u Al-MuhadditsJahlahu

6. Abu 'Umar dan 'Utsman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri ( W. 643 H ) dengan kitabnya ثٚذسنا وٕهػ'Ulumul Hadis yang kemudian dikenal dengan sebutan Muqoddimah Ibnu al-Shalah. Kitab yang terakhir ini oleh para ulama berikutnya disyarahkan dan dibuat 27 mukhtasyar-nya sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh generasi berikutnya.

Demikianlah kemudian muncullah berbagai macam bentuk kitab musthalah hadis dengan berbagai jenisnya baik nazham maupun natsar atau prosa dan syarah-syarahnya, misal Nazham al-Fiyyah karya Al-Suyuthi yang disyarahi oleh Syeh Mahfuz at-Tarmasyi ( pengasuh Pon Pes Termasyi Ponorogo Jawa Timur ) dengan judul Manhaj Dawin Nadhor dan Al-Taqrib karya Imam Nawawi yang disyarahi oleh As-Suyuthi sendiri dengan judul Tadrib al-Rawi.

Kitab karya ulama kontemporer misalnya Qowa'id At-Tahdis karya Jamaluddin Al-Qasimi 9w. 1332 H) dan Taisir Musthalah Al-Hadis karya DR. Mahmud At-Tahhan.

(19)

Siap UN Hadis Keagamaan 19

1. Ilmu Hadis menjadi salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri secara lengkap adalah sejak disusunnya kitab Al-Muhaddits Al-Fashil baina Al-Rawi

wa Al-Wa'i karya ....

A. Al-Qadliy Abu Muhammad al-Ramahurmuziy B. Al-Hakim Abu Abdillah al-Naesaburiy

C. Ahmad bin Ali bin Tsabit Abu Baqar Al Khatib Al Baghdadiy D. Imam Maliki

E. Imam Bukhari

2. Manhaj Dawin Nadhor merupakan syarah mustholah hadis karya pengasuh salah satu pondok pesantren di Jawa Timur yaitu ....

A. K.H. Wahid Hasyim

B. Syaikh Mahfuz at-Tarmasyi

C. Hadlrotus Syaikh K.H. Hasyim As'ari D. Sunan Gunung Jati

E. K.H. Abdurrahman Wahid

3. Ulama pertama yang membukukan ilmu hadis dirayah adalah Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi (265-360 H) dengan kitabnya yang terkenal bernama ....

A. Qawa 'id at- Tahdis

B. Ma La Yasi'u Al-MuhadditsJahlahu

C. al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al- wa 'iz D. Ma'rifah 'U1um al-Hadis

E. al-Isti'ab fi Ma'rifah al- Ashab

4.

Kitab permulaan dalam ulumul hadis

ْ

ى

ِْوا

ْ رلا

ْ

َْػبَْْيْ

ُْلْ

ِْصا

َْفلاْ ُث دَح

ُْم

لاػ

َْوْْلاَْ

وْْع

ِْى

jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia yang paling tepat adalah ....

A. Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan Pemberi Nasihat B. Hadis yang dipisahkan oleh Rawi dari Pemberi Nasihat

(20)

Siap UN Hadis Keagamaan 20

C. Ahli Hadis yang terpisah sebagai Rawi dan Pemberi Nasihat D. Hadis yang munfasil akibat para Rawi dan Pemberi Nasihat E. Ahli Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan Pemberi Nasihat

5. Setelah Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi (265-360 H) muncullah ulama yang menyusun kitab Ilmu Hadis yang lebih sistematis (Ma'rifah 'U1um al-Hadis), beliau adalah ....

A. al-Hakim an-Naisaburi

B. Abu Nu'man Ahmad bin Abdillah Al Asfahaniy C. Muhammad bin Isma'il al-Kahlani as-San'ani D. Ibnu Hajar al-Asqalani

E. Imam Bukhory

6. Abu Nu'aim al-lsfahani (w. 430 H/1038 M), muhaddis (ahli hadis) dari Astalun (Persia), berusaha melengkapi kekurangan yang masih ada pada kitab Ma'rifah 'U1um al-Hadis. Beliau menulis kitab ...

A. al-Mustakhraj 'Ala al-hakim. B. Qawa 'id at- Tahdis

C. Ma La Yasi'u Al-MuhadditsJahlahu

D. al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al- wa 'iz E. Ma'rifah 'U1um al-Hadis

7. Seorang Ulama Hadis yang menulis dua kitab ilmu hadis, yakni al-Kifayah fI 'Ilm ar-Riwayah dan al-Jami' li Adab ar-Rawi wa as- Sami' adalah ....

A. Abu Nu'aim al-lsfahani

B. Abu Bakr Ahmad al-Khatib al-Bagdadi C. Muhammad bin Isma'il al-Kahlani as-San'ani D. Ibnu Hajar al-Asqalani

E. Imam Bukhory

8. Kitab yang mendapat perhatian banyak ulama sehingga banyak pula yang menulis syarah (ulasan)-nya dikenal dengan kitab Ibn Shalah. Nama lengkap beliau adalah ….

(21)

Siap UN Hadis Keagamaan 21

A. Muhammad bin Isma'il al-Kahlani as-San'ani B. Ibnu Hajar al-Asqalani bin Shalah

C. Abu Amar Usman bin Shalah D. Ibn Shalah Abu Nu'aim al-lsfahani E. Abu Bakr Ahmad al-Khatib al-Bagdadi

9. Ibnu Hajar al-Asqalani menulis syarah untuk kitab Ibn Shalahdengan judul …. A. Tadrib ar-Rawi

B. al-Irsyad 'ala Ibn Sallah C. Ma'rifah 'U1um al-Hadis D. as-Syarhu A'dham Ibn Sallah

E. al-Ifsah bi Takmi1 an- Nakt 'ala Ibn Sallah

10. Ibnu Kasir (700 H/1300 M-774 H/1373 M) juga menulis kitab ulumul hadis yang dikenal dengan

A. Tadrib ar-Rawi

B. lkhtisar 'Ulum al-hadis. C. al-Irsyad 'ala Ibn Sallah D. Ma'rifah 'U1um al-Hadis E. as-Syarhu A'dham Ibn Sallah

11. Ulama kontemporer DR. Mahmud At-Tahhan menulis kitab hadis yang berjudul ….

A. Taisir Musthalah Al-Hadis B. Qowa'id At-Tahdis

C. Tadrib ar-Rawi

D. lkhtisar 'Ulum al-hadis. E. al-Irsyad 'ala Ibn Sallah

(22)

Siap UN Hadis Keagamaan 22

Standar Kompetensi Lulusan

2. Memahami cara menerima dan menyampaikan hadis

Indikator

2.1 Menentukan Jenis Penerimaan Hadis

TAHAAMUL DAN ADAA’ AL-HADIS (Menerima dan Menyampaikan Hadis)

Contoh hadis yang masih lengkap sanad dan matannya dari kitab Shahîh

al-Bukhariy sebagai berikut :

اَنَػث دَح

ْ

ْ َؿاَقْ ِْيَْػبُّزلاْ ُنْبِْو للاُْدْبَعْ ُّيِدْيَمُْلْا

اَنَػث دَح

ْ

ُْنْبْ َيََْيَْاَنَػث دَحْ َؿاَقُْفاَيْفُس

َْؿاَقُّْيِراَصْنَْلاٍْديِعَس

ْ

ْ ِنَِرَػبْخَأ

ُْو نَأُّْيِمْي ػتلاَْميِىاَرْػبِإُْنْبُْد مَُمُ

ْ

َْعَِسم

ْ

ْ ٍصا قَوَْنْبَْةَمَقْلَع

ُْؿوُقَػيْ يِثْي للا

ْ

ُْتْعَِسم

ْ

ْىَلَعُْوْنَعُْو للاْ َيِضَرْ ِبا طَْلخاَْنْبْ َرَمُع

ْ َؿاَقَِْبَْنِمْلا

ُْتْعَِسم

ْاَمٍْئِرْماْ لُكِلْاَ نُِإَوْ ِتا ي ػنلاِبُْؿاَمْعَْلاْاَ نُِإُْؿوُقَػيَْم لَسَوِْوْيَلَعُْو للاْى لَصِْو للاَْؿوُسَر

ِْإُْوُتَرْجِهَفْاَهُحِكْنَػيٍْةَأَرْماْ َلَِإْ ْوَأْاَهُػبيِصُيْاَيْػنُدْ َلَِإُْوُتَرْجِىْ ْتَناَكْْنَمَفْىَوَػن

ْاَمْ َلَ

ِْوْيَلِإَْرَجاَى

ْ

)يراخبلاْوجرخأ(

Al-Bukhari berkata : Memberitakan kepada kami al-Humaydiy Abdullah bin Zubayr, ia berkata : Memberitakan kepada kami Sufyan, ia berkata :

SKL 2

TAHAAMUL DAN

ADAA` AL-HADIS

(23)

Siap UN Hadis Keagamaan 23 Memberitakan kepada kami Yahya bin Said al-Anshari, ia berkata : Mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim al-Taymi bahwa ia mendengar Alqamah bin Waqqash al- Laytsiy berkata aku mendengar Umar bin al-Khjathab di atas mimbar berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sesusngguhnya segala amal itu disertai dengan niat….” (HR Bukhariy)

Kata-kata yang bergaris bawah adalah lambang periwayatan bagaimana seorang periwayat menyampaikan Hadis, adakalanya menggunakan kalimat :

انثّدح

= memberitakan kepada kami,

نِ

َْبَخأ

= mengkhabarkan kepadaku,

ع

ِْسم

= ia mendengar atau

ُْت

ْْع

ِْسم

= aku mendengar. Menyampaikan periwayatan disebut

adâ‟ dan menerima periwayatan disebut dengan Tahammul. Lafal-lafal yang

digunakan dalam periwayatan tersebut mempunyai makna tersendiri yang menunjukkan keabsahan periwayatan. Kegiatan tahammul dan adâ‟ hadis adalah proses periwayatan Hadis baik menerima atau menyampaikannya yang dengan sengaja dilakukan oleh para periwayat secara ilmiah dengan menggunakan teori dan metode tertentu demi keoriginalitas Hadis. Proses penerimaan dan penyampaian Hadis seperti proses pembelajaran dalam dunia pendidikan atau di majlis ta‘lim, ada murid dan ada guru, ada santri dan ada kyai, ada yang menerima dan ada yang memberi.

A. Cara Penerimaan Riwayat Hadis ( Tahammul Hadis)

Sebelum membahas tentang cara-cara penerimaan riwayat Hadis terlebih dahulu dibahas tentang pengertian tahammul

ْ

Hadis, agar mudah

memahaminya. Secara etimologi tahammul

ْ)

لمتَ

(

dari kata

ْل م َتَ

ْ

ًْْلاُّمتَُْل محتي

Artinya, membawa atau memikul dengan berat. Menurut terminologi ulama ahli Hadis Tahammul adalah :

(24)

Siap UN Hadis Keagamaan 24

ِْبِْخْيّشلاِْنَعِْوْي قَلَػتَْوِْْثْيِدَْلْاُْذْخَأ

ِْلُّمَح تلاْ ِؽُرُطْْنِمٍْقْيِرَط

Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh dengan cara tertentu dari beberapa cara penerimaan.

Atau secara singkat dikatakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadis :

ُّْمحتلا

ُْلْ

ُْىْ:

َْوَْْأ

ْْخ

ُْذْ

َْْلْا

ِْدْْي

ِْث

َْْع

ِْنْ

ْ شلا

ْْيِْخ

ِْْب

َْطِْ

رْْيٍْق

ِْْم

ْْنْ

ُْطُْر

ِْؽ

ْ

ْ تلا

َْح

ُّْم

ِْلْ

Tahammil adalah mengambil Hadis dari seorang Syeikh dengan metode tertentu dari beberapa metode.

Hadis diterima dari seorang syeikh atau dari seorang guru karena dialah yang menyampaikan Hadis. Dalam penerimaan Hadis disebutkan lafal-lafal yang menunjukkan cara penerimaan itu, karena nantinya akan dinilai bagaimana pertemuan periwayatannya diterima atau tidak.

Sebagaimana keterangan di atas bahwa proses penyampaian dan penerimaan Hadis seperti proses pembelajaran di lembaga pengajaran atau di majlis ta‘lim. Para ulama tidak mempersyaratkan secara ketat dalam

tahammul. Ibarat orang masuk ke majlis ilmu tidak ada pembatasan tertentu,

semua orang boleh saja mengikutinya sekalipun non muslim dan belum baligh, hanya nanti persyaratan yang lebih ketat adalah dalam menyampaikan periwayatan yang disebut dengan adâ‟. Sama halnya persyaratan ketat adanya pada guru bukan pada peserta pengajian.

Menurut mayoritas ulama anak kecil yang belum baligh boleh atau syah menerima Hadis, asal sudah mumayyiz (paham berkomunikasi) Sebagaimana yang dilakukan para sahabat dan tabi`in menerima periwayatan dari sahabat yang masih kecil seperti Hasan Husain, Ibn `Abbas, dan lain-lain. Pendapat yang kuat anak sudah mumayyiz artinya sudah terampil dalam berkomunikasi dan mampu menjawab ketika ditanya sekalipun usianya di bawah 5 tahun. Ibnu Katsir dalam bukunya al-Ba‟its al-Hatsits fi Ikhtishar „Ulûm al-Haîtis

(25)

Siap UN Hadis Keagamaan 25

َْي

ػػِص

ُّْحْ

ػػُّمتَ

ُْلْ

ػػ صلا

ِْراغ

ْ

َْةداهػػشلا

ْ

َْراػػبخلاو

ْ

ػػ فكلاْكلذػػكو

ُْراْ

ُّْدأْاذإ

ْْو

ِْ ْاػػمْا

ػػُلْْوُْه

ْ

ِْؿاػػػػحْفي

ْْ

ػػػػَمك

ِِْلا

ْْم

ُْـلاتػػػػحلاْوػػػػىوْ،

ْ

ُْـلاػػػػسلإاو

ْ.

َْػيوْْن

َْبػػػػِغ

ْْلاْي

َْم

ُْةاراػػػػب

ْ

ػػػػَْسمإْلَإ

ِْعا

ْ

ِْفادػلولا

ْ

َْثيدػػلْا

ْ

ْ يوػػبنلا

ُْةداػػعلاوْ.

ْ

ػػ طلما

ِْرَْدُْة

ْ

ِْلػػىأْفي

ْ

ِْراػػصعلاْهذػػى

ْ

َْػقْاػػمو

ْْب

ػػَهل

ْا

ُِْبْ د

ٍْةْ

ُْم

ِْواطت

ٍْةل

َْيْغصلاْفأْ:

ُْْي

َْتك

ُْب

ْ

ٌْروضحْول

ْ

ِْـاتمْلَإ

ْ

ِْسخم

ْ

ِْنس

َْْيْ

ْ

ُْعْنم

ػْمِْر

ْ،ه

ُْيْكػػلذْدػػعبْثم

ْ مػػس

ََْسمْى

ْْساوْ،ًاػػعا

َْتْْأَْن

ػػُس

ِْثيدػػيْكػػلذْفيْاو

ْ

ٍْدوػػممُ

ْ

ِْنػػب

ْ

ْ:عػػيبرلا

ُْوػػنأ

ْ

ػػَقع

ًْةػػ مجْل

ْ

ُْؿوػػسرْاػػه مج

ْ

ػػِهجوْفيْملػػسوْوػػيلعْللهاْىلػػصْللها

ػػِمْو

ْْنْ

ٍْوػػلد

ْ

ْفي

ِْراد

ِْى

ْْمْ

ُْنباْوىو

ْ

ِْسخم

ْ

ِْنس

َْيْ

ْ.

(

يراخبلاْهاور

)

ْ

Sah saja anak-anak kecil menerima persaksian dan pemberitaan (khabar), demikian juga orang-orang kafir. Mereka menyampaikan apa yang diterimanya pada saat kesempurnaan mereka yaitu sudah baligh dan beragama Islam. Sayogyanya ada dorongan kepada anak-anak mendengarkan Hadis Nabi. Tradisi yang berlaku pada masa-masa ini dan sebelumnya pada masa yang panjang, bahwa anak kecil ditulis kehadirannya ketika telah mencapai usia 5 tahun, setelah itu didebut Samâ‟ (menerimna Hadis dengan cara mendengar). Mereka berpedoman pada Hadis Mahmud bin al-Rabî‟; bahwa ia ingat Nabi saw meludahkan sekali ludah di mukanya dari air timba di rumah mereka, sedang ia berusia lima tahun.” (HR. al-Bukhari)

Anak kecil dan orang kafir boleh saja tahammul baik dalam syahadah maupun dalam menerima khabar, tetapi ketika adâ (menyampaikan periwayatan) harus sudah baligh dan beragama Islam. Anak kecil ketika yang ikut hadir di majlis sebelum berumur 5 tahun disebut al-Hudhûr dan setelah berusia tersebut disebut al-Samâ‟(menerimna Hadis dengan cara

mendengar). Dasarnya Hadis Mahmud bin al-Rabî‘ di atas.

َْْف

َْعج

ُْل

ُْهوْ

ْْرف

ْ سلاْيْبًْاق

ِْعام

ْ

ُْْلْاو

ِْروض

ٍْةياورْفيوْ،

َْوىوْ:

ْ

ُْنبا

ْ

ِْعبرأ

ْ

ِْسِْن

َْيْ

ْ بضوْ.

َْط

ْو

ُْ ػػعب

ْ

ُْْلْا

ػػ ف

ِْظا

ِْْب

ػػِس

ّْنْ

ِْزػػييمتلا

ػػُضعبْؿاػػقوْ.

ػػَفيْفأْ:مه

ْ رّْؽ

ْ

َْيْػػب

ْ

ػػ بادلا

ِْةْ

ِْراػػملْاو

ْ.

(26)

Siap UN Hadis Keagamaan 26

ُْ ػػعبْؿاػػقو

ْ

ػػِغبنيْلْ:ساػػنلا

ػػ سلاْي

ُْعام

ْ

ْ لإ

ْ

َْدػػعب

ْ

ِْرػػشعلا

َْنيْ

ػػَسَْن

ًْة

ٌْ ػػعبْؿاػػقوْ.

ْ:

ٌْرشع

ُْرػخآْؿاقوْ.

ْْوَْف

َْثْ:

ػُػثلا

ْْوَْف

ُْرادػلماوْ.

ْ

ػ لكْكػلذْفي

ِْوْ

ْ تلاْىػلع

ِْم

ػْييِْز

ْفاػكْتِػمفْ،

ِْصلا

ُّْبْ

َْػيْْعِْق

ُْكْل

ِْت

َْب

ْ

ََْسمْول

ٌْعا

.

Mereka membedakan antara sekedar hadir dan al-Samâ‟. Dalam satu riwayat anak yang dapat diterima al-Samâ‟ adalah berusia 4 tahun, sebagian hufazh mendefinisikan telah mencapai usia tamyîz (sudah pandai membedakan), dan sebagian mereka, telah membedakan antara binatang dan keledai. Sebagain ulama ulama tidak menerima al-Samâ‟ melainkan setelah berusia 20 tahun, sebagian berpendapat 10 tahun dan ulama lain berpendapat 30 tahun. Intinya anak tersebut sudah mumayyiz , bila anak kecil telah mengerti dan paham ditulis sebagai Samâ‟.

Cara atau metode Tahammul Hadis tidak dapat dipisah-pisahkan dari

Adâ‟, karena ibarat transaksi dua orang, keduanya harus ada. Metode

tahammul berarti juga metode adâ‟ dalam Hadis. Metode Tahammul dan

Adâ Hadis ada 8 macam : yaitu

1. Metode

ْ

Al-Sima‟ (

ْعامّسلا

)

Metode al-Simâ` adalah murid yang hadir mendengar bacaan Syeikh, baik dari hapalannya maupun dari catatannya, baik dalam majlis imla‘ (dekte) atau yang lain. Dalam pengajaran metode ini sebagaimana metode ceramah, seorang syeikh menyampaikan periwayatan Hadis dengan cara membaca dan seorang murid aktif mendengar. Menurut mayoritas ulama metode tahammul al-Simâ` ini tingkatan yang paling tinggi di antara sekian metode, karena metode al-Simâ` ini berarti syeikh dan murid bertemu langsung (liqâ‟) dan berhadapan langsung

(ber-musyâfahah).

(27)

Siap UN Hadis Keagamaan 27

Maksud metode ini seorang murid membaca Hadis sedang Syeikh mendengarkan bacaannya, baik murid itu membaca sendiri atau mendengar murid lain yang membaca di hadapannya, baik bacaan dari hapalannya atau dari tulisan (kitab) yang telah dikoreksi oleh Syeikh, baik langsung didengarkan syeikh atau orang yang dipercaya untuk mendengarkannya. Mayoritas muhadditsin menyebut metode ini dengan

ةءَارِقْلاُْضْرَعْواُْضْرَعْلا

atau dalam metode pengajaran disebut Sorogan. Hukum periwayatan, jumhur ulama memperbolehkan metode al-Qira‘ah ini, bahkan meletakkan nomor dua tingkatannya di bawah metoda

al-Sima‟.

3. Metode

ْ

Al-Ijazah (

ةزاجلإا

)

Ijazah menurut bahasa adalah membolehkan atau mengizinkan.

Misalnya seorang murid diizinkan meriwayatkan suatu ilmu dari guru. Seorang murid yang telah menamatkan studinya diberi Ijazah artinya diizinkan keluar dari sekolah. Makna Ijazah menurut istilah :

ْْذإ

ْوِتا يِوْرَمِْ ْعَػبِْةَياَوِرِبَْرَػثْكَأْْوَأٍْصْخَشِلُْوُحاََسمَوِِْلِاَعْلاُْف

ْ

Izin seorang alim kepada seorang murid atau lebih untuk meriwayatkan sebagaian periwayatannya baik secara ucapan atau tertulis

Misalnya, ucapan seorang syeikh kepada muridnya : ― Aku ijazahkan kepadamu untuk meriwayatkan dari padaku Shahîh

al-Bukhârî.‖ Dalam metode ijazah biasanya tidak dibacakan atau dibacakan

sebagian saja dari isi kitab tersebut. Metode Ijazah ini memiliki beberapa syarat, di antaranya seorang murid ahli atau layak menerima Ijazah, adanya kemampuan memahami apa yang diijazahkannya, dan naskah murid hendaknya dipaparkan sesuai dengan aslinya.

4. Metode

ْ

Al-Munawalah (

ةلوانلما

)

Maksud metode ini adalah seorang Syeikh memberikan sebuah lembaran/ catatan/ sebuah kitab yang berisikan Hadis kepada muridnya

(28)

Siap UN Hadis Keagamaan 28

tanpa ada perintah meriwayatkan. Misalnya seorang Syeikh hanya mengatakan :

a.

ْْيثيِدَحْْنِمْْاذى

= Ini dari Hadisku atau

b.

ٍْفلاػفْنػعِْتَِعاػََسمْْنػِمْاذػى

= Ini dari apa yang saya dengar dari si

Fulan. Lantas diriwayatkan oleh muridnya.

Hukum periwayatan metode Munâwalah yang disertai dengan Ijazah boleh-boleh saja, bahkan bentuk Ijazah yang paling tinggi dan tingkatannnya di bawah setelah metode Samâ` dan Qirâ‟ah `ala

al-Syeikh. Sedangkan periwayatan Munâwalah yang tidak disertai Ijazah

menurut pendapat yang shahih tidak diperbolehkan. 5. Al-Mukatabah (

ةبتاكلما

)

Maksud metode ini ialah seorang Syeikh menulis apa yang ia dengar untuk murid yang hadir atau yang tidak hadir di majlis dengan tulisan Syeikh sendiri atau dengan perintahnya, untuk dikirim kepadanya melalui orang yang terpercaya. Hukum metode Mukâtabah yang disertai Ijazah dapat diterima dan sama dengan tingkatan metode Munâwalah berijazah dalam kualitas dan keabsahannya. Adapun Mukâtabah yang tanpa Ijazah terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama, di antara mereka melarang dan yang lain memperbolehkannya. Menurut pendapat yang shahih diperbolehkan, yaitu pendapat mayoritas ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin, karena tulisan seorang Syeikh dengan sesamanya atau kepada muridnya memberikan isyarat makna ijazah. 6. Al-I‟lam (

ـلاعلإا

)

Maksudnya, seorang syeikh memberi informasi kepada muridnya bahwa Hadis ini atau kitab ini yang ia dengar atau yang ia riwayatakan, tanpa memberikan ijazah secara eksplisit. (jelas tegas tidak berbelit-belit)

(29)

Siap UN Hadis Keagamaan 29

Hukum periwayatan metode ini diperselisihkan para ulama, di antara mereka ada memperbolehkan, dengan alasan informasi seorang syeikh secara inplisit mengandung ijazah dalam periwayatan. Seorang syeikh yang tsiqah dan amanah tidak mungkin mengaku menerima Hadis yang ia tidak mendengar, informasi syeikh kepada muridnya tentang periwayatan menunjukkan adanya indikasi rida dari syeikh terhadap tahammul dan adâ‘ al-Hadîts. Di antara mereka ada yang melarang, yaitu pendapat yang shahih, karena terkadang syeikh menginformasikan bahwa Hadis ini periwayatannya, tetapi tidak boleh diriwayatkan karena adanya cacat, kecuali jika disertai ijazah.

7. Al-Washiyyah (

ةّيصولا

)

Metode al-Washiyah ialah seorang Syeikh ketika akan pergi jauh atau sebelum matinya berpesan agar kitab yang ia riwayatkan atau yang ia susun diberikan kepada seseorang yang wajar dipercaya baik dekat atau jauh.

Sebagian mutaakhkhirin berpendapat bahwa metode wasiat mengandung makna izin periwayatan seperti halnya metode munâwalah di atas. Sebagian ulama salaf juga melakukan metode tahammul ini, seperti yang dilakukan Abu Qilâbah Abdullah bin Zayd al-Jurumiy (w. 104 H) sebelum wafatnya berpesan agar kitab-kitabnya buat al-Sukhtiyaniy (w. 131 H), kitab-kitab itu diserahkan kepadanya dan sebagai pengganti transportasinya ia menyerahkan uang lebih 10 dirham. Bentuk ungkapan adâ‟ al-Hadîts :

a.

ْْاذكبٌْفلافّْلَاْىصْو

أ

= Si Fulan berwasiat kepadaku begini, b.

ًْةيػصوٌْْفلاػفْ ثّدػح

= Si Fulan memberitakan kepadaku dengan

wasiat. (metode al-washiyah bercampur dengan metode al-samâ)

(30)

Siap UN Hadis Keagamaan 30

Maksud metode ini seseorang mendapatkan sebuah atau beberapa tulisan Hadis yang diriwayatkan seorang Syeikh yang ia kenal, tetapi ia tidak mendengar dan tidak ada ijazah dari padanya. Atau seorang murid mendapatkan sebuah kitab tulisan seorang yang hidup semasa dan dikenal tulisannya, baik ia pernah bertemu atau tidak, atau tulisan orang yang tidak semasa tetapi diyakini benar bahwa kitab tersebut tulisannya dengan bukti-bukti kuat, seperti persaksian ahli ilmu, popularitas kitab bagi pemiliknya, adanya sanad yang kuat, dan lain-lain maka ia boleh meriwayatkannya secara bercerita (hikayah). Misalnya :

“Aku temukan dalam kitab si Fulan begini…., atau si Fulan berkata begini dalam kitabnya” tidak dengan cara mendengar secara langsung..

(31)

Siap UN Hadis Keagamaan 31

1. Tahammul Hadis berasal dari kata مًست yang artinya…. B. mengandung makna yang dalam

C. membawa atau memikul dengan berat D. menyampaikan

E. meriwayatkan F. memberi

2.

ِْلُّمَح تلاْ ِؽُرُطْْنِمٍْقْيِرَطِبِْخْيّشلاِْنَعِْوْي قَلَػتَْوِْْثْيِدَْلْاُْذْخَأ

Makna yang paling tepat untuk definisi di atas adalah ….

A. Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh dengan cara

tertentu dari beberapa cara penerimaan.

B. Meriwayatkan dan menerima Hadis dari seorang syeikh harus dengan

cara tertentu dari beberapa cara penerimaan.

C. Memindah Hadis dari seorang syeikh dengan beberapa cara - cara

penerimaan.

D. Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh dengan cara yang

disyahkan agama.

E. Mengambil dan menerima Hadis dari seorang syeikh adalah cara

seseorang menjadi perawi

3. Methode Tahamul yang paling tinggi diantara 8 methode yang lain adalah .... A. Metode Al-Sima‘ B. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl C. Metode Al-Ijazah D. Metode Al-Munawalah E. Al-Mukatabah 4.

ْ،وظفلْفوعمسيْروضلْاوْ،ْباتكْنمْوأْوظفحْنمْثيدلْاْخيشلاْأرقيْفأ

هيْغلْـأْءلاملإلْسللمجاْفاكأْءاوس

adalah metodhe tahamul ....

(32)

Siap UN Hadis Keagamaan 32 B. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl C. Metode Al-Ijazah D. Metode Al-Munawalah E. Al-Mukatabah 5.

ْ،حّحصمْلباقمْباتكْنمْوأْوظفحْنمْامإْخيشلاْىلعْدحاوْأرقيْفأْيىو

ْيغصيْخيشلاو

إ

ولصأْىلعْوأْوظفحْىلعْادمتعمْويل

pengertian dari methode tahamul .... A. Metode Al-Sima‘ B. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl C. Metode Al-Ijazah D. Metode Al-Munawalah E. Al-Mukatabah 6.

يْنيعمْصاخشلْوأْصخشلْةنيعلماْوتايورمْ عبْةياوربْلِاعلا

ْ

فذإْوىو

adalah pengertian dari methode tahamul ....

A. Metode Al-Sima‘ B. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl C. Metode Al-Ijazah D. Metode Al-Munawalah E. Al-Mukatabah

7. ْ

ْيثي

ِْد

َْح

ْْنْ

ِْمْْاذى

= Ini dari Hadisku adalah kalimat yang digunakan dalam

methode …. A. Metode Al-Sima‘ B. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl C. Metode Al-Ijazah D. Metode Al-Munawalah E. Al-Mukatabah

8. Seorang Syeikh memberikan sebuah lembaran/ catatan/ sebuah kitab yang berisikan Hadis kepada muridnya tanpa ada perintah meriwayatkan disebut methode tahamul ….

(33)

Siap UN Hadis Keagamaan 33

B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah

E. Sama'

9. Seorang Syeikh menulis apa yang ia dengar untuk murid yang hadir atau yang tidak hadir di majlis dengan tulisan Syeikh sendiri atau dengan perintahnya, untuk dikirim kepadanya melalui orang yang terpercaya disebut methode tahamul …. A. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah E. Sama' 10.

ْبلاطلْ،وثيدحْ عبْونعْبتكيْفأبْهَيْغْفّلكيْوأْ،وطبخْلِاعلاْبتكيْفأ

ْوبْقثيْنمْعمْويلإْباتكلاْلسريوْونعْبئاغْصخشلْوأْهدنعْرضاح

adalah metode .... A. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah E. Al-I‟lam

11. Seorang syeikh memberi informasi kepada muridnya bahwa Hadis ini atau kitab ini yang ia dengar atau yang ia riwayatakan, tanpa memberikan ijazah secara eksplisit. (jelas tegas tidak berbelit-belit) adalah methode ....

A. Al-Qirâ‘ah / Al-'Ardl B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah

(34)

Siap UN Hadis Keagamaan 34 12.

ْصخشلْوتايورمْنمْباتكبْوتومْلبقْو

أ

ْهرفسْلبقْلِاعلاْيصويْفأْيىو

ونعْوتياورب

A. Al-Washiyyah B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah E. Al-I‟lam

13. Seorang Syeikh ketika akan pergi jauh atau sebelum matinya berpesan agar kitab yang ia riwayatkan atau yang ia susun diberikan kepada seseorang yang wajar dipercaya baik dekat atau jauh adalah methode ...

A. Al-Washiyyah B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah

E. Al-I‟lam

14. ازكت ٌٌلاف ّٗنا ٗص ْٔ أ = Si Fulan berwasiat kepadaku begini,adalah conth kalimat yang digunakan dalam method tahammul …

A. Al-Washiyyah B. Metode Al-Ijazah C. Metode Al-Munawalah D. Al-Mukatabah

E. Al-I‘lam

15. Seseorang mendapatkan sebuah atau beberapa tulisan Hadis yang diriwayatkan seorang Syeikh yang ia kenal, tetapi ia tidak mendengar dan tidak ada ijazah dari padanya, disebut methode....

A. Metode Al-Munawalah B. Metode Al-Ijazah C. Al-Mukatabah D. Al-Wijadah E. Al-I‘lam

(35)

Siap UN Hadis Keagamaan 35

Standar Kompetensi Lulusan

2. Memahami cara menerima dan menyampaikan hadis

Indikator

2.2 Menentukan syarat yang harus dipenuhi oleh penerima dan

periwayat hadis

Sebelum membahas tentang lafal-lafal yang digunakan untuk meriwayatkan Hadis (yang disebut dengan adâ‟ al-Hadîts) terlebih dahulu dibahas tentang pengertian adâ‟ dan syarat-syaratnya sehingga adâ‟ diterima. Kata Adâ‟ (

ْءادَأْ(

ْْ

berasal dari kata

ْْءادَأوْْةَيدأتْْىِدؤُيْىّدأ

ْ

= melaksanakan suatau pekerjaan

pada waktunya, membayar pada waktunya, atau menyampaikan kepadanya.

Misalnya melaksanakan salat atau zakat dan atau puasa pada waktunya di sebut

adâ‟ sedangkan melaksanakannya di luar waktunya disebut qadhâ‟. Secara

terminology adâ‟ diartikan :

ٍْْةَصْوُصَْمٍَْغَيِصِبِْهيْغلُْْوُغْػيِلْبَػتوِْْثيدلْاُْةياور

ْ

Meriwayatkan Hadis dan menyampaikannya kepada orang lain dengan menggunakan bentuk kata tertentu.

Definisi lain dikemukakan dalam Ilmu Mushthalah al-Hadîts :

ُْءادلا

ْ

ُْغيلبتْوىْ:

ْ

ْْلْا

ِْثيد

ْ

َْدأْو

ُْئاُْو

ْ

ْ

ُْءادأ

ْ

ِْثيدلْا

:

ُْغلابإ

ُْوْ

ِْيْغلاْلَإ

ُْػيوَْ

ؤْ د

ْي

َْثيدلْا

ْْ

َِْسمْامك

َْعُْو

ْ

ْ تِح

ِْصْفيْ

َْيِْغ

ْْْا

َْل

َْدِْءا

ْلافْ،

ُْدبي

ُْؿ

ْ

ْ دحْ:

َْػبخأبْنيث

َْر

ُْتعسمْوأْنِ

ْ

ُْونحْوأ

ِْؼلاتخلْاى

ْ

َْنعم

ُْنْ،حلاطصلاْفيْاىا

ِْق

َْلْ

َْد أْـاملإاْنع

ْ

ْ اْ:ؿاقْونأ

ِْبت

ْْعْ

َْظفل

ْ

ْ شلا

ِْخي

ْ

ْ دحْ:ولوقْفي

ْ دحوْ،نيث

ُْتعسموْ،انث

َْبَخأوْ،

ػىاْ.هُدْعَػتْلوْ،ان

Adâ‟ adalah menyampaikan Hadis dan meriwayatkannya Sedangkan Adâ‟ al-Hadîts adalah menyampaikan Hadis kepada orang lain dan meriwayatkannya sebagainana ia mendengar sehingga dalam bentuk-bentuk

(36)

Siap UN Hadis Keagamaan 36 lafal yang digunakan dalam periwayatan. Tidak boleh lafal

نيث

ْ دح

diganti dengan

َْرنِ

َْػبخأ

atau

ُْتعسم

atau persamaannya karena berbeda makna dalam istilah. Diriwayatkan dari Imam Ahmad, ia berkata : Ikutilah lafalnya syeikh yang digunakan dalam periwayatan pada perkataan

نيث

ْ دح

,

انث

ْ دح

,

ْ

ُْتعسم

, dan

انبَخأ

jangan engkau lewatkan.

Dalam adâ‟ harus disebutkan ungkapan atau bentuk kata yang digunakan penyampaian Hadis, karena ungkapan ini mempunyai makna tersendiri bagi para peneliti Hadis yang menunjukkan validitasnya. Tidak boleh menggantikan lambang-lambang periwayatan yang telah dipakai oleh guru-gurunya, tidak boleh kata haddatsanâ diganti dengan akhbaranî dan seterusnya.

Menurut mayoritas ulama anak kecil yang belum baligh boleh atau syah menerima Hadis, asal sudah mumayyiz ( paham berkomunikasi ) Sebagaimana yang dilakukan para sahabat dan tabi`in menerima periwayatan dari sahabat yang masih kecil seperti Hasan Husain, Ibn `Abbas, dan lain-lain. Pendapat yang kuat anak sudah mumayyiz artinya sudah terampil dalam berkomunikasi dan mampu menjawab ketika ditanya sekalipun usianya di bawah 5 tahun. Ibnu Katsir dalam bukunya al-Ba‘its al-Hatsits fi Ikhtishar ‗Ulûm al-Haîtis 1/13 mengungkapkan sebagai berikut :

َْي

ػػػِص

ُّْحْ

ػػػُّمتَ

ُْلْ

ػػػ صلا

ِْراغ

ْ

َْةداهػػػشلا

ْ

َْراػػػبخلاو

ْ

ػػػ فكلاْكلذػػػكو

ُْراْ

ُّْدأْاذإ

ْْو

ِْ ْاػػػمْا

ػػػُلْْوُْه

ْ

ْفي

ِْؿاػػػػح

ْْ

ػػػػَمك

ِِْلا

ْْم

ُْـلاتػػػػحلاْوػػػػىوْ،

ْ

ُْـلاػػػػسلإاو

ْ.

َْػيوْْن

َْبػػػػِغ

ْْلاْي

َْم

ُْةاراػػػػب

ْ

ػػػػَْسمإْلَإ

ِْعا

ْ

ِْفادػػػػلولا

ْ

َْثيدلْا

ْ

ْ يوبنلا

ُْةداعلاوْ.

ْ

ْ طلما

ِْرَْدُْة

ْ

ِْلىأْفي

ْ

ِْراصعلاْهذى

ْ

َْػقْامو

ْْبَْهل

ُِْبْا

ْ دٍْة

ُْْم

ِْواطت

ٍْةل

ْ:

َْيْغػػػصلاْفأ

ُْْي

ػػػَتك

ُْب

ْ

ٌْروػػػضحْوػػػل

ْ

ِْـاػػػتمْلَإ

ْ

ِْسػػػخم

ْ

ِْنػػػس

َْْيْ

ْ

ُْعْنػػػم

ػػػْمِْر

ْكػػػلذْدػػػعبْثمْ،ه

ُْي

ْ مس

ََْسمْى

ْْساوْ،ًاعا

َْتْْأَْن

ُْس

ِْثيديْكلذْفيْاو

ْ

ٍْدوػممُ

ْ

ِْنػب

ْ

ُْوػنأْ:عػيبرلا

ْ

ػَقع

ًْةػ مجْل

ْ

ْاػه مج

ُْؿوػػسر

ْ

ػػِهجوْفيْملػػسوْوػػيلعْللهاْىلػػصْللها

ػػِمْو

ْْنْ

ٍْوػػلد

ْ

ِْرادْفي

ػػِى

ْْمْ

ُْنػػباْوػػىو

ْ

ِْسػػخم

ْ

ِْنس

َْيْ

ْ.

(

يراخبلاْهاور

)

ْ

(37)

Siap UN Hadis Keagamaan 37

Sah saja anak-anak kecil menerima persaksian dan pemberitaan

(khabar), demikian juga orang-orang kafir. Mereka menyampaikan apa yang diterimanya pada saat kesempurnaan mereka yaitu sudah baligh dan beragama Islam. Sayogyanya ada dorongan kepada anak-anak mendengarkan Hadis Nabi. Tradisi yang berlaku pada masa-masa ini dan sebelumnya pada masa yang panjang, bahwa anak kecil ditulis kehadirannya ketika telah mencapai usia 5 tahun, setelah itu didebut Samâ‟ (menerimna Hadis dengan cara mendengar). Mereka berpedoman pada Hadis Mahmud bin al-Rabî‟; bahwa ia ingat Nabi saw meludahkan sekali ludah di mukanya dari air timba di rumah mereka, sedang ia berusia lima tahun.” (HR. al-Bukhari)

Mayoritas ulama Hadis, ulama Ushul, dan ulama Fikih sepakat bahwa syarat-syarat penyampaian Hadis (Adâ‟ al-Hadîts) sebagai berikut : 1. Muslim (beragama Islam).

Orang kafir tidak diterima dalam menyampaikan Hadis sekalipun diterima dalam tahammul. Dalam menerima Hadis bagi ortang kafir syah saja karena hanya menerima tidak ada kekhawatiran kecurangan dan pendustaan, berbeda dengan penyampaian.

2. Baligh (dewasa)

Pengertian dewasa maksudnya dewasa dalam berpikir bukan dalam usia umumnya. Dewasa di sini diperkiraan berusia belasan tahun yang disebut remaja dalam perkembangan anak. Usia remaja adalah usia kritis dalam berpikir dan lebih konsisten dalam memelihara Hadis. Berbeda usia anak kecil yang ditakutkan bohong. Anak kecil terkadang suka bohong, karena tidak ada hukuman bagi anak kecil yang menyimpang. Kecuali jika milieu sosial dan keluarganya terbina baik dengan pembiasaan kejujuran. Setelah anak dewasa baharu ada penerapan hukum perintah dan larangan.

(38)

Siap UN Hadis Keagamaan 38

Syarat berakal sangat penting dalam penyampaian Hadis, karena hanya orang berakallah yang mampu membawa amanah Hadis dengan baik. Periwayatan seorang yang tak berakal, kurang akal, dan orang gila tidak dapat diterima. 4. `Adâlah (adil)

Adil adalah suatu sifat pribadi taqwa, menghindari perbuatan dosa (fasik) dan menjaga kehormatan dirinya (murû‟ah). Sebagai indikatornya seorang yang adil dapat dilihat dari kejujurannya, menjauhi dosa-dosa besar dan kecil, seperti mencuri minum dan lain-lain. Tidak melakukan perbuatan mubah yang merendahkan kehormatan dirinya, seperti makan di jalanan, kencing berdiri dan bercanda yang berlebihan.

5. Dhâbith (kuat daya ingat)

Arti dhâbith adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan mengingat apa yang ia dengar. Seorang perawi mampu mengingat atau hapal apa yang ia dengar dari seorang guru pada saat menyampaikan Hadis. Atau jika dhabith dalam tulisan, tulisannya terpelihara dari kesalahan, pergantian, dan kekurangan.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini memperlihatkan bahwa CSR sebagai sebuah kebijakan manajemen akan selalu terkait dengan konsep etika dan moral dari manajemen perusahaan tersebut, dimana apabila etika

mampu member penilaian secara proses Yang harus diperhatikan berkaitan kondidi siswa : a.. kondisi, minat, dan

Dari definisi di atas, maka judul analisis preferensi konsumen terhadap penggunaan jasa transportasi Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng (studi kasus BRT Trans Jateng

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pembelajaran model Problem Posing mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Hukum-hukum dasar kimia kelas X2

Hasil serangkaian uji dan evaluasi kestabilan yang dilakukan pada sediaan lipstik ekstrak kulit buah ruruhi, maka dapat disimpulkan bahwa warna sediaan yang

Untuk itu perlu bimbingan keluarga mendampingi anak agar anak tidak ambil langkah yang salah dalam mencari tahu sesuatu yang

Prinsip dasar pengobatan asma pada ibu hamil adalah memberikan terapi optimal sehingga dapat mempertahankan asma yang telah terkontrol bertujuan untuk mempertahankan kesehatan

a) Game edukasi yang dibuat menarik dan interaktif, sehingga dapat membantu meningkatkan antusiasme para siswa autis dalam belajar di sekolah Rumah Pintar Salatiga. b) Game