• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Eklektisisme dalam Berbagai Perspektif

2. Sejarah Metode Eklektisisme

117

2. Sejarah Metode Eklektisisme

Metode eklektik merupakan suatu upaya yang dilakukan para pakar Barat untuk menyempurnakan metode audio lingual yang sangat popular pada tahun 1960 M.145 Pada saat itu, metode eklektik adalah istilah yang kadang-kadang digunakan bagi praktik pemakaian ciri-ciri beberapa metode yang berbeda dalam pengajaran bahasa.146 Munculnya metode ini merupakan kreatifitas seseorang yang mengajar bahasa Arab untuk mengefektifkan proses belajar mengajar bahasa asing. Metode ini juga memberi kebebasan untuk menciptakan variasi metode.147

Kehadiran metode eklektik dalam pengajaran bahasa, berawal dari ketidakpuasan seseorang terhadap metode lain atau metode sebelumnya. Awalnya metode ini digunakan dalam metode pembelajaran bahasa Arab. Banyak sekali metode-metode dalam pembelajaran bahasa Arab yang memiliki perbedaan antara yang satu dengan lainnya, yang diakibatkan adanya teori-teori bahasa yang berbeda, jenis-jenis diskripsi yang beragam, dan ide-ide yang bermacam-macam.

Metode eklektik yang memiliki definisi menggabungkan dan memilih metode yang terbaik, dapat dilakukan dengan menyajikan bahan pelajaran bahasa asing melalui bermacam-macam kombinasi berbagai metode, baik itu metode

direct, metode grammar-translation, maupun metode reading dalam pembelajaran bahasa Arab. Proses pengajaran lebih banyak ditekankan pada kemahiran berbicara, menulis, membaca, dan memahami tentang berbagai hal

145 Henry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran dan pembelajaran Bahasa (Bandung: Angkasa, 1993), 116.

146 Richard Jack, Jhon Platt, and Heidi Weber, Language Dictionary of Opplied Languistics (London: Longaran, 1987), 89.

147 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 196.

118

tertentu. Metode ini juga lahir sebagai bentuk usaha pemilihan dan penggabungan berbagai metode yang sudah ada, yaitu metode tata bahasa, terjemah, metode langsung, dan metode audio lingual.

Dengan metode eklektik, diharapkan seseorang dapat melatih diri dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Arab, baik secara individu maupun kelompok, dengan orang lain sesuai perbendaharaan kata-kata yang dikuasai. Tentunya, metode ini harus diterapkan dengan persiapan yang baik, sistematis, dan sungguh-sungguh dalam mempraktekkannya,148 sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi sangat variatif dan tidak hanya terfokus pada satu kegiatan.

Pembelajaran bahasa Arab menghadapi kondisi objektif yang berbeda-beda antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu lembaga dengan lembaga yang lain, dan antara satu kurun waktu dengan kurun waktu yang lain. Kondisi objektif ini meliputi tujuan pembelajaran, kondisi, keadaan, sarana, prasarana, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, metode eklektik diharapkan memacu kegiatan seseorang dalam belajar bahasa Arab dengan baik sesuai dengan konsep dasar metode eklektik149 dan langkah-langkah penggunaanya,150 walau dalam penerapannya tentu masih ada sisi kelebihan dan kelemahannya.151

148 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2009), 111.

149 Konsep dasar metode elektik ini berpijak pada beberapa argumentasi, yaitu [a] setiap metode mempunyai kelebihan dalam pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran bahasa asing; [b] tidak ada metode yang sempurna atau tidak ada metode yang salah, tetapi semuanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan itu dapat digunakann untuk mengefektifkan pembelajaran; [c] setiap metode memiliki latar belakang, karakteristik, dan dasar pikiran yang berbeda. Bahkan, metode itu muncul karena karena menolak metode sebelumnya. Jika metode-metode tersebut digabungkan, maka menjadi sebuah kolaburasi yang saling menyempurnakan; [d] tidak ada suatu metode yang sesuai dengan semua tujuan, semua peserta pembelajaran, dan semua program pengajaran bahasa asing; [e] Yang terpenting dalam pengajaran adalah memberi perhatian kepada peserta pembelajaran dan memenuhi kebutuhannya; [f] setiap pengajar mempunyai kebebasan untuk menggunakan langkah-langkah dan tehnik-tehnik dalam menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan para peserta pembelajaran yang sesuai dengan

119

Metode eklektik berkaitan erat dengan subjektifitas seseorang (pengajar), yang seringkali dihadapkan dengan keharusan memilih prosedur yang paling esensial dalam pembelajaran dengan efisien. Dalam hal ini, seseorang diharapkan untuk melukiskan secara tepat hal-hal yang berkaitan erat antara eklektisisme dengan subjektivisme, sehingga semua aspek metode yang berbeda dapat diseleksi dan dikombinasikan, dapat dipilih dan digabungkan.

Metode eklektik dapat menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh penguasaan yang memadai terhadap berbagai macam metode. Seseorang tersebut dapat mengambil secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode yang bermanfaat dan efektif, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan program pembelajaran yang diampunya, lalu menerapkannya dengan proporsional.152

kemampuannya. Muh}ammad ‘Alī al-Khawlī, Asālīb Tadrīs al-Lūghah al-‘Arabīyah (Riyad: Dār al-‘Ulūm, 1989), 25-26.

150 Langkah-langkah metodis penerapan metode eklektik, yaitu [a] pendahuluan; [b] memberikan materi; dialog-dialog pendek yang rileks, dengan tema aktifitas sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi-dramatisasi maupun gambar-gambar; [c] diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog, dan menirukannya dengan baik dan lancer; [d] dibimbing untuk mempraktekkan dialog-dialog tersebut dengan orang lain secara bergiliran; [e] setelah lancar menerapkan dialog-dialog tersebut, maka seseorang memberi teks bacaan yang temanya berkaitan dengan dialog-dialog tersebut, selanjutnya memberi contoh cara membaca yang baik dan benar, diikuti orang lain yang mendengarnya secara berulang-ulang; [F] jika terdapat kosa kata yang sulit, awalnya seseorang menggunakan isyarat, gerakan, gambar, atau lainnya. Jika tidak mungkin, maka harus menerjemahkannya ke dalam bahasa popular; [g] seseorang mengenalkan beberapa struktur yang penting dalam teks bacaan, lalu membahas secukupnya; [h] seseorang menyuruh orang lain menelaah teks bacaan, lalu mendiskusikan isinya; [I] penutup. Jika diperlukan, ada evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan, yang bisa dilaksanakan secara individual atau kelompok sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika tidak memungkinkan dengan waktu, maka perlu ada tugas yang dapat dikerjakan di rumah. Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, 198-199.

151Kelebihan metode eklektik, yaitu [a] kegiatannya lebih bervariasi; [b] kemampuan peserta lebih merata. Sedangkan kelemahannya adalah: [a] alokasi waktu, kesediaan peserta harus terencana dengan baik; [b] belum tentu semua orang menggunakan metode ini, sebab metode ini membutuhkan seseorang yang energik dan serba bisa. Kegiatan yang monoton, terasa membosankan, dan harus bervariasi; [c] butuh waktu yang lama, padahal waktu untuk materi pelajaran bahasa Arab relatif terbatas, kecuali lembaga-lembaga tertentu. Wa Muna, Metodologi

Pembelajaran Bahasa Arab (Yogyakarta: Teras, 2011), 100.

152 S{alāh ‘Abd al-Majīd al-‘Arabī, Ta‘allum al-Lughah: al-H{ayāh wa Ta‘līmuhā (Beirut:

120

Tidak ada metode yang ideal, karena setiap metode memiliki aspek kekuatan dan kelemahan. Sebuah metode lahir karena adanya ketidakpuasan terhadap metode sebelumnya, namun metode yang baru pun akan mengalami hal yang sama, dikritik dan dianggap tidak lagi mampu memuaskan kepentingan pengajaran pada masanya. Lahirnya metode baru harus dilihat sebagai penyempurnaan, bukan penolakan. Berbagai metode datang silih berganti dengan kekuatan dan kelemahan yang datang silih berganti pula.

Oleh karena itu, eklektisisme tidak hanya digunakan dalam bidang pemikiran dan pengajaran bahasa saja. Ia juga bisa diadopsi dalam setiap diskursus yang membutuhkan sebuah metode, termasuk hal ini adalah penafsiran al-Qur’ān. Bahkan dalam dunia arsitektur pun mengenal teori ekletisisme, di mana hal ini tampak dalam arsitektur atau model bangunan dalam abad modern. Sebagaimana terdapat dalam arsitektur Belanda pada abad 20 yang membangun vila-vila dengan model gaya romantisme abad 18. Namun hal itu tidak berlangsung lama, model bangunan itu kemudian diganti menyesuaikan dengan iklim tropis dengan gaya Indo Eropa yang sudah ada. Gaya bangunan di Hot Springs Arkansas juga menggunakan teori ekletisisme yang menggabungkan gaya klasik dengan gaya modern.153

Dalam wacana penafsiran ayat-ayat al-Qur’ān, tentu juga tidak bisa dilepaskan dari metode dan pendekatan yang dipakai dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’ān. Hal ini dikarenakan, metode dan pendekatan penafsiran merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam sebuah penafsiran. Peran suatu

153 P. Nas, Martien de Vletter, Masa Lalu dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2002), 133.

121

metode dan pendekatan sangat besar dalam membentuk keberhasilan seseorang dalam penafsiran. Dengan kata lain, tepat dan tidaknya seseorang dalam menggunakan metode dan pendekatan penafsiran merupakan salah satu penentu kesuksesan dalam penafsiran.

Menurut Nashruddin Baidan, metode tafsir merupakan salah satu substansi yang tak terpisahkan dan merupakan bagian yang integral dari ‘Ilm

al-Tafsīr. Posisi metode tafsir dalam diskursus ‘Ilm al-Tafsīr ini sebagai media atau jalan yang harus ditempuh untuk sampai pada tujuan instruksional dari suatu penafsiran, yaitu corak penafsiran. Ini berarti, dalam bentuk apapun penafsiran dilakukan, bi al-ma’thūr atau bi al-ra’y, niscaya tidak dapat melampaui salah satu corak penafsiran tanpa memakai salah satu dari empat metode penafsiran itu, sedangkan untuk dapat mengoprasionalkan metode tafsir, seseorang dituntut secara mutlak agar menguasai ilmu metode tersebut.154