• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semaan al-Qur’ ā n Jantiko Mantab di Keraton Jogja

AJARAN TASAWUF K.H HAMIM DJAZULI DALAM SEMAAN AL-QUR' Ā N JANTIKO MANTAB

C. Semaan al-Qur’ ā n Jantiko Mantab di Keraton Jogja

Seting history masuknya ajaran Dzikrul Ghōfilīn dan semaan al-

Qur’ān Jantiko Mantab di Keraton Jogja adalah salah satu setrategi Gus

Miek mengemas ajaran tasawuf pada kalangan elit politik, Gus Miek secara sengaja memperkenalkan semaan al-Qur’ān Jantiko mantab pada Keraton

Jogja. Dimulai dari persahabatan erat antara Gus Miek dengan K.H. Dardiri Lempuyangan, K.H. Dardiri Lempuyangan adalah Kyai kepercayaan Keraton Jogja sekaligus juru bicara antar Ulama pada keluarga Keraton Jogja. Kepercayaan keluarga Keraton terhadap Kyai Dardiri didukung dua faktor,

28 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di Pesantren Miftahul Huda.

pertama Kyai Dardiri dianggap Ulama yang tidak gemar politik, kedua

Kyai Dardiri tidak mampu membedakan uang seribu atau sepuluh ribu, bahasa tegasnya tidak mata duitan.29 Kepercayaan luar biasa keluarga Keraton pada Kyai Dardiri memudahkan membawa Gus Miek pada abdi Keraton Jogjakarta dengan perwakilan G.B.P.H. Haji Joyokusumo Gusti Bandoro Pangeran Haryo Joyokusumo. Kekaguman secara pribadi pada sosok Gus Miek mampu membuka jalan untuk meningkatkan spiritual Gusti Joyokusumo.30

Dimulai dari pembicaraan Gus Miek secara pribadi dengan Kyai Dardiri diteruskan pada diskusi ringan bersama Gusti Pangeran Haryo Joyokusumo, alhamd lillāh setelah mendapatkan izin dari keluarga Keraton Jogja untuk melaksanakan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab dan Dzikrul

Ghōfilīn Gus Miek berpesan, bahwa semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab

harus bersih dari organisasi politik, dan namanya tidak boleh diubah, harus tetap sama dengan nama semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di Jogja, yaitu

semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Legi meskipun dilaksanakan di

dalam regional Keraton Jogjakarta.31

Tepat sekitar tahun 1989M. Gus Miek meluncur ke Jogja untuk pertama kalinya diselenggarakan acara semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di

dalam Keraton Jogja,32 bertepatan dengan perayaan ulang tahun Keraton

29

Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Muhammad Abbas.

30 “Orang-orang di Jalan Islam,” artikel diakses pada 9 September 2011 dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1992/04/11/AG/mbm.19920411.AG8829.id.html

31 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Pon di Kediaman Ibrahim Suyoto.

32 Dengan diantar Mas Nur sebagai supir pribadi Gus Miek. Wawancara Pribadi dengan Mas Nur.

Jogja, dihadiri ketua umum Muhammadiyah pusat, para penegak hukum TNI/POLRI, dan semua abdi dalem Keraton Jogja termasuk masyarakat Jogja. Adanya semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di Keraton menyedot

respon masyarakat, sehingga kesan mistis pada Keraton luntur berubah pada nilai-nilai religius. Hasil positif menggiring masyarakat Jogja pada nilai-nilai religius membuat keluarga Keraton berinisiatif mengadakan kegiatan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab rutin setiap tahun, khususnya memperingati ulang

tahun Keraton Jogjakarta.33

Pada masa awal pelaksanaan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di

Keraton tidak jauh berbeda dengan kegiatan lain di Jawa Timur, diawali dari sholat Subuh berjamaah hingga ditutup dengan doa khotmil al-Qur’ān pasca sholat Isya’. Belakangan semenjak tahun 1990M. Kertaon Jogja memberikan waktu lebih panjang pada rangkaian semaan al-Qur’ān,

terhitung sehari semalam, dimulai pasca sholat Isya’ hari pertama dan selesai pasca sholat Isya’ hari kedua. Penerapannya, pasca sholat Isya’ hari pertama membaca amalan Dzikrul Ghōfilīn, disambung dengan ceramah,

baik ceramah dari abdi Keraton, pemerintahan Jogja, ataupun dari tokoh agama, kemudian melantunkan gending Jawa (syair-syair berbahasa Jawa) bertemakan tentang Islam dan Ketuhanan, hingga selesai kurang lebih jam 24.00 WIB. Pasca istirahat kegiatan diteruskan dengan sholat Subuh berjama’ah diteruskan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab hingga Maghrib,

setelah sholat Maghrib membaca Dzikrul Ghofilin untuk kedua kalinya sampai masuk waktu Isya,’ pasca sholat Isya’ berjamaah dilanjutkan

33 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Pon di Kediaman Ibrahim Suyoto.

membaca al-Qur’ān hingga doa khotmil al-Qur’ān, sebelum acara ditutup

ada sambutan-sambutan dari lapisan tokoh masyarakat Jogja dan abdi dalem Keraton.34

Panitia pelaksana tidak hanya dari abdi dalem Keraton, melainkan kerjasama dari berbagai cabang pengamal Dzikrul Ghōfilīn dan semaan al-

Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Legi Jogja, baik dari kawasan Bantul, Sleman,

Kulon Progo, Gunung Kidul dan daerah-daerah lain se-DI. Jogja, dengan komando Gusti Pangeran Haryo Joyokusumo. Untuk kesehariannya jama’ah Dzikrul Ghōfilīn dan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab regional Jogja

diimami oleh beberapa Ulama, diantaranya Gus Baqa’ putra Kyai Dardiri Lempuyangan dan menantunya K.H. Misbahun Mundzir yang dibantu oleh beberapa Ulama seperti K.H. Sayyid Abdillah dari Bantul Jogjakarta.35

34 Wawancara Pribadi dengan K.H. Sayid Abdillah. Jogjakarta, 2 Mei 2011M. 35 Wawancara Pribadi dengan K.H. Sayid Abdillah.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Ajaran tasawuf Gus Miek menggunakan dua metode, pertama melalui Dzikrul Ghōfilīn dan kedua melalui semaan al-Qur’ān Jantiko

Mantab. Dalam perkembangannya banyak versi sejarah kedua ajaran tersebut, baik latar belakang perumus Dzikrul Ghōfilīn, dan inspirasi Gus

Miek mendirikan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab hingga pergerakannya

ke elit politik Keraton Jogja.

Untuk Dzikrul Ghōfilīn ada tiga argumentasi perumus Dzikrul

Ghōfilīn, pertama karya orisinil dari Gus Miek, karena sebelum bertemu

dengan K.H. Ahmad Shiddiq Gus Miek telah mengamalkan zikir Lyliyah, dan isinya sama dengan Dzikrul Ghōfilīn. Argumentasi kedua mengatakan

Dzikrul Ghōfilīn adalah karya tiga ulama, yaitu Gus Miek, K.H. Ahmad

Shiddiq, dan K.H. Hamid Pasuruan, bukti ini diambil dari rekaman pidato K.H. Ahmad Shiddiq tertanggal 25 oktober 1986M. yang menjelaskan lahirnya aurat Dzikrul Ghōfilīn. Argumentasi ketiga bersifat netral, tidak

terlalu perduli dengan argumentasi pertama ataupun kedua, karena memandang Dzikrul Ghōfilīn sebagai amalan baik, melihat Gus Miek, K.H.

tanpa keraguan, dan paling penting perdebatan perumus Dzikrul Ghōfilīn

telah selesai setelah putra Gus Miek dinikahkan dengan putri K.H. Ahmad Shiddiq (Agus Tijani Robert Syaifun Nawas Hamim Djazuli dengan Ning Nida Dusturia Shiddiq), dan putra K.H. Ahmad Shiddiq dinikahkan dengan putri Gus Miek (Agus Hisyam Rifqi Shiddiq dengan Ning Tahta Alfina Pagelaran Hamim Djazuli).

Gus Miek piawai membuat syair-syair doa, kemudian syair-syair tersebut dijadikan doa dalam Dzikrul Ghōfilīn, meskipun prosesnya tidak

langsung urut seperti dalam Dzikrul Ghōfilīn, tetapi pembuatannya secara

sepontanitas dari panggung ceramah satu ke panggung ceramah lainnya, dari makam satu ke makam lain, seperti gubahan syair Gus Miek pada makam Tambak.

Sedangkan untuk semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab adalah karya

orisinil Gus Miek tanpa campur tangan Ulama manapun, kecuali dalam hal pengembangan dan penyebarannya. Jantiko Mantab dimulai dari kota Kediri, pelaksanaannya oleh sepuluh orang pelantun al-Qur’ān secara bergantian

melantunkan al-Qur’ān, sedangkan Sami’in Setia menyimak, dimulai dari

sholat Subuh berjamaah, pelantunan al-Qur’ān sampai selesai dan ditutup

doa khotmil al-Qur’ān, namun setelah semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab

digabungkan dengan Dzikrul Ghōfilīn, pasca sholat Maghrib di isi dengan

membaca Dzikrul Ghōfilīn sampai waktu sholat Isya’. Pasca sholat Isya’

diteruskan melantunkan al-Qur’ān hingga ditutup dengan doa khotmil al- Qur’ān.

Pada tahun 1989M. semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab merambah

Keraton Jogja, karena mendapat respon positif dari keluarga keraton, dan animo masyarakat sangat apresiatif, keluarga Keraton meminta acara semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghōfilīn diadakan setiap tahun

sebagai doa kesejahteraan Keraton Jogja dan masyarakat Jogja.