• Tidak ada hasil yang ditemukan

AJARAN TASAWUF K.H HAMIM DJAZULI DALAM SEMAAN AL-QUR' Ā N JANTIKO MANTAB

B. Semaan al-Qur’ ā n Jantiko Mantab

Al-Qur’ān bukan sebuah imperium hasil kebudayaan dengan resiko

habis dimakan waktu. Al-Qur’ān adalah kawan dan media transisi spiritual

semua manusia. Gus Miek memandang al-Qur’ān sebagai jawaban dari

jutaan pertanyaan yang tidak ditemukan dalam generalis ilmiah manapun. Ayat di dalamnya hidup dan bercakap-cakap atas segala problem sosial ataupun spiritual, pemberi batasan mana hak kita dan mana hak mereka.

Modernisasi dipandang Gus Miek sebagai sebuah implemen penting, di saat sains dan tekhnologi menjadi pusat sejarah dan peradaban manusia, al-Qur’ān harus tetap menjadi kegemaran umat Islam yang berdiri di atas

segala peradaban. Karena sifat al-Qur’ān adalah kontrol untuk peradaban

manusia, tujuannya supaya peradaban manusia mampu menyampaikan pesan- pesan dalam al-Qur’ān. Faktanya, cita-cita membangun peradaban melalui

pesan-pesan al-Qur’ān masih nol sekian persen, banyak rumah-rumah

masyarakat ber-KTP Islam tidak memiliki al-Qur’ān, jika saja ada al-Qur’ān

itupun bukan untuk dibaca, tapi hanya formalitas bahwa dirinya seorang

6 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Pon di Kediaman Ibrahim Suyoto. Trenggalek, 5 Januari 1990.

Muslim. Hasilnya seperti era Milenium saat ini, jangankan pengaplikasian maksud dan tujuan al-Qur’ān, membacanyapun tidak mampu.

Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab dikonstruksi atas enam kata dari

tiga bahasa, ”SEMAAN” bahasa Jawa: Menyimak/mendengarkan, ”AL- QUR’ĀN” sebagi kitab suci umat Nabi Muhammad SAW, ”JANTIKO”

perpaduan bahasa Arab, Indonesia, dan Jawa: ”JA” Jama’ah dari bahsa Arab (Kumpulan), ”NTI” Anti dari bahasa Indonesia (Berlawanan), dan ”KO”

Koler dari bahasa Jawa (Kemelaratan) digabung JANTIKO, dan terakhir

”MANTAB” maknanya ada dua versi, pertama sebagai kepanjangan dari ”Majelis Tapa Brata,” dan kedua adalah penukilan bahasa Arab kata ”mantaba” (Tempat berkumpulnya orang-orang yang bertaubat). Jadi secara terminologis SEMAAN AL-QUR’ĀN JANTIKO MANTAB adalah kumpulan

ahli al-Qur’ān yang bertaubat dan anti terhadap kemiskinan, baik miskin

spiritual ataupun miskin materi.7 Sedangkan sisi humor arti ”semaan al- Qur’ān Jantiko Mantab” diambil dari kisah santri Gus Miek bernama

‘Umar, ‘Umar memiliki mobil bekas dengan kondisi parah. Gus Miek betanya, ”Kok kendaraanmu tidak diisi bensin yang cukup?,” ‘Umar menjawab, ”Inikan kendaraan anti koler, sama seperti pemiliknya sebagai

Sami’in anti koler, dan Insyaallāh kehabisan bensin masih bisa berjalan (Kere ataupun melarat tetap setia ikut semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab),”

di jalan atas izin Allah SWT dengan bensin sedikit masih sampai di tujuan. Pada tahun berikutnya mobil ‘Umar dipegang oleh Mbah Ra’uf (sahabat Gus Miek), mobil tidak semakin baik melainkan lebih parah, Mbah Ra’uf

jengkel mobilnya sering mogok, sekalian mobilnya diberi nama Jantiko, atas izin Allah SWT meskipun kondisinya lebih parah tetap bisa dikendarai.8

Slank memiliki Slankers sebagai identitas fans sejati, begitupun

semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab, Gus Miek selalu menyebut ”Sami’in

Setia” penyimak/pendengar setia, kata ”Sami’in Setia” adalah nama

fans/santri jama’ah setia semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab. Kata Sami’in

Setia selalu diucpakan Gus Miek sebagai sapaan akrab sebelum pembacaan

doa khotmil al-Qur’ān di setiap acara semaan al-Qur’ān. ”Gus saya sudah

didaftar sebagai Sami’in Setia belum?” ucapan mantan ketua PB. NU. K.H.

‘Abdurrahman Wahid (Gus Dur) setiap berjumpa Gus Miek. Kisah menarik selain memiliki ikatan spiritual dengan Gus Miek, mereka memang sepasang Gus kontroversial dengan sajian kontroversi masing-masing.9

Pertama kali Gus Dur meminta Gus Miek supaya didaftar sebagai

Sami’in Setia adalah saat acara semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Pon

di Blitar, pertemuan Gus Dur dan Gus Miek justru dipertegas pernyataan Gus Dur, ”Biar bagaimanapun saya harus didaftar sebagai Sami’in Setia

semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab.” Gus Miek menjawab, ”Anda sudah

saya daftarkan sebagai pembenah dan pengembang semaan al-Qur’ān

Jantiko Mantab, selain itu juga sebagai Sami’in kehormatan, sebab nanti anda akan menjadi juru bicara semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab.” Saat itupula Gus Miek berkata, ”Gus Dur ini adalah konsultan akhirat,

8 Sisi humor asal-usul kata Jantiko dijelaskan Gus Miek saat ada wartawan interview asal-usul kata Jantiko, kemudian Gus Miek menjelaskan dari sisi humor. Rekaman Ceramah Gus Miek pada semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum'at Wage di Kediaman Mustafa. Sidoarjo, 1 April 1988M.

9 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Pahing. Jember, 5 November 1989.

kedudukannya sebagai Sami’in Setia lebih mulia daripada menjadi ketua PB. NU.”10

Pergerakan selanjutnya Gus Miek menunjuk Gus Farid Wajdi sebagai ketua dari para hafidz al-Qur’ān Jantiko Mantab, dari satu kampung ke

kampung para hafidz dikomando Gus Farid,11 namun setelah semaan al- Qur’ān Jantiko Mantab berkembang pesat diseluruh Jawa tidak

dimungkinkan jika hanya Gus Farid dan grupnya melantunkan al-Qur’ān di

berbagai majelis dalam waktu bersamaan, dan solusinya banyak sekali

hufadz-hufadz al-Qur’ān dalam jajaran hufadz al-Qur’ān Jantiko Mantab

tersebar di berbagai penjuru Indonesia dengan koordinator Gus Farid dan putra-putra Gus Miek.

Pelaksanaan Semaan al-Qur’ān bisa dikategorikan lancar jika

dilakukan dengan beberapa urutan, diawali sholat Subuh berjamaah, kemudian mendengarkan hufadz al-Qur’ān melantunkan al-Qur’ān dari awal

hingga doa khotmil al-Qur’ān.12 Biasanya hufadz al-Qur’ān terdiri sekitar

sepuluh orang dengan melafalkannya secara bergantian. Penyakit terberat dalam pelaksanaan semaan al-Qur’ān adalah konsistensi Sami’in Setia, ada

awalnya penuh sesak, Maghribnya tinggal setengah, begitu sebaliknya, awalnya sepi menjelang Maghrib ramai, ramai karena setelah sholat Maghrib jam makan malam. Ada pula motif penyakit yang berbeda dari

10

Gus Miek menyampaikan niatnya menjadikan Gus Dur sebagai juru bicara semaan al- Qur’ān Jantiko Mantab pada acara resepsi pernikahan putra K.H. Ahmad Siddiq. Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Pahing.

11

“KH. ACHMAD SHIDDIQ,” artikel diakses pada 13 Agustus 2011 dari http://www.pondokPesantren.netponprenindex.phpoption=com_content&task=view&id=35&Itemi d=71

12 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di Pesantren Miftahul Huda. Malang, t.t.

penjelasan di atas, namun sama tidak berartinya dengan penyakit di atas, tipe ini adalah orang-orang tua yang merasa terganggu kegaduhan anak-anak dalam majelis semaan al-Qur’ān, karena jengkel terganggu kekhusuannya

akhirnya cari teman ngobrol, ”Rumahmu sudah panen apa kang?.” penyakit seperti ini harus diubah, agar semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab istiqamah

sampai kiamat.13

Gus Miek memiliki cita-cita bijaksana dalam pelaksanaan semaan al- Qur’ān Jantiko Mantab, beliau menginginkan kelak acara semaan al-Qur’ān

Jantiko Mantab dilaksanakan diawali dengan puasa bersama. Gus Miek mencontohkan,14 ”Kita itu tidak seberapa lapar, jika dibandingkan dengan

ulama Yūsuf al-Harqāni, semenjak aqil baligh makan seminggu sekali.

Untuk itu jika merasa ingin bertemu orang-orang seperti beliau harus betah lapar.”15 Metode penerapan puasa adalah salah satu dari tiga tujuan

dan konsentrasi identitas Sami'in Setia Jantiko Mantab, meliputi pertama

setiap jama'ah Dzikrul Ghōfilīn dan sema’an al-Qur’ān Jantiko Mantab

menjadi individu-individu tahan banting dengan tidak mudah mengeluh, apapun resiko hidup harus gemar mengucap al-hamd lillāh, karena ukuran senang bukan semata-mata dilihat dari banyaknya materi, melainkan bagaimana kita mensyukuri nikmat Allah SWT dengan mengucap al-hamd

lillāh,16 tujuan kedua jama'ah Dzikrul Ghōfilīn dan sema’an al-Qur’ān

13

Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Muhammad Abbas. Sidoarjo, 17 Maret 1989.

14 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Pahing. 15

Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Ahad Pon di Kediaman Dahnan. Trenggalek, 22 Agustus 1988.

16 Gus Miek berpesan, ciri-ciri orang yang tidak sering mengucap al-hamd lillāh adalah pekerjaan tukang demo, seandainya dari masyarakat bawah sampai pemimpin belajar ikhlas, pasti negeri ini akan bebas dari kaum fakir. Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān

Jantiko Mantab harus memiliki rasa nasionalisme berbangsa Indonesia, bisa dimulai dengan hal-hal sederhana dicerminkan dengan taat pada peraturan lalu lintas, dan memasang bendera saat hari nasional,17 tujuan ketiga Jika puasa perut/lapar berhasil diatasi, maka tahap selanjutnya ditingkatkan pada puasa batin, puasa batin adalah tahapan untuk menggiring nafsu mungkar pada kebaikan.18

Tujuan utama kegiatan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab sesuai

prediksi Gus Miek melihat tahun 2000M. Dunia akan sulit dijinakkan, bukan karena evolusinya tidak dapat diminimalisir, melainkan karena manusia mulai malas menghadapi persoalan dunia. Sedangkan metode pengamalan al-Qur’ān seperti Jantiko Mantab termasuk trobosan ideal

membudayakan nilai-nilai moral dan spiritual pada al-Qur’ān, sistem

penerapan hanya dengan metode listening memberi jalan keluar atas problematika dasar bagi individu-indivu Muslim yang tidak melek terhadap al-Qur’ān. Sehingga semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab bisa menjadi hiburan

generasi abad 21M. dan sesudahnya.19 Melihat tekhnologi dan sains menjadi kegemaran baru intelektualisme manusia, sisi negatifnya sifat dan sikap anak manusia ikut berubah sesuai revolusi budaya. Gus Miek mendefinisikan tiga ciri anak di era Milenium. pertama anak masa Kuno, kedua anak masa Jantiko Mantab Ahad Pahing., dan Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Muhammad Abbas.

17

Taat pada peraturan lalulintas sesuai permintaan Lettu Sukarmin dan Kapten Untung Surajab, keduanya adalah Sami'in Setia kehormatan dari POLRI dan TNI. Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Muhammad Abbas.

18

Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di Pesantren Miftahul Huda., dan Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Muhammad Abbas.

19 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman H. Nafi’. Sidoarjo, 26 Februari 1988.

Modern, dan terakhir anak Masyaallāh. Anak tipe pertama jika diajarkan kebaikan, ”Ayo nak ke masjid, ayo nak ke majelis,” jawabnya, ”kuno pak,” anak tipe kedua maunya hal-hal Modern, dari pada baca al-Qur’ān lebih

mementingkan televisi dan game, sedangkan anak tipe ketiga adalah frusatasi orang tua akibat anaknya terjangkit dua penyakit tersebut, dan satu-satunya ucapan orang tua hanya ”masyaallāh.” Gus Miek mengajarkan pada kita cinta terhadap al-Qur’ān.20 Majelis al-Qur’ān tidak semata-mata

tempat protes, ”Saya sudah ikut semaan tujuh kali kok masih saja susah,” Gus Miek menekankan keikhlasan dalam mengikuti semaan al-Qur’ān

Jantiko Mantab, jika perlu sekali-kali dibalik, ”Saya sudah ikut sepuluh

tahun tetapi rasanya baru sekali,” karena dengan ikhlas Allah SWT dekat

dengan doa-doa hambanya.21 Ikhlas tidak semata-mata untuk Samiin Setia, tapi ikhlas dari tiga unsur, yaitu pendengar, pelantun al-Qur’ān, dan tuan

rumah penyelenggara semaan. Hufadz al-Qur’ān dituntut ikhlas, ikhlas tidak

mengharap upah layaknya ceramah mengharap ongkos ojek.22 Tuan rumah demikian, jika masa awal Sami’in Setia jumlahnya dua puluh orang, banyak berebut pada Gus Miek agar kediamannya ditunjuk dijadikan acara semaan al-Qur’ān, sedangkan sekarang jumlah Sami’in Setia sudah ratusan ribu,

semua diam tidak satupun menawarkan kediamannya digunakan sebagai tempat semaan al-Qur’ān,23 karena penyakit tidak ikhlas mulai tumbuh,

20 Rekaman Ceramah Gus Miek pada Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman H. Muhaimin. Sidoarjo, t.t.

21 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab di Kediaman Hj. Fatimah, t.tp., t.t.

22

Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Muhammad Abbas., dan Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Pon di Kediaman Ibrahim Suyoto.

23 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab. Jember, 31 Desember 1987.

tumbuh akibat bingung memberikan makan ratusan ribu Sami’in Setia, untuk itu salah satu tujuan puasa dalam acara semaan al-Qur’ān adalah

solusi meringankan beban tuan rumah.

Tujuan lain semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab adalah mengentaskan

kemiskinan sebagai problem pengganggu ibadah, faktor materi membuat ibadah tidak tulus semata-mata karena Allah SWT, melainkan ada sikap pamrih Tuhan memberi materi lebih. Harapan adanya kegiatan semaan al- Qur’ān Jantiko Mantab kemiskinan bisa diatasi atas ridha Allah SWT,

melalui cara apa?, melalui muasarah/berteman dengan orang-orang baik pada majelis al-Qur’ān. Banyak jam’ah semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab

teratasi masalah ekonominya atas izin Allah SWT hasil muasarah dengan sama-sama Samiin.24 Gus Miek bersumpah, jika masih ada Sami’in Setia

semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab dalam keadaan fakir, maka beliau tidak

hidup makmur, ”Sebelum Hamim Djazuli keluar dari kemiskinan, kalian

semua harus terlebih dahulu keluar dari kemiskinan, ini sumpah saya, namun jika di dunia tetap melarat, akhirat kita tidak demikian, sebab telah memiliki asuransi dengan ikut melestarikan al-Qur’ān dengan cara hadir

pada semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab.”25

24 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman Mustafa.

25

Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab dikatakan sukses dan berhasil saat semua telah terang, tidak ada fakir, tidak ada kelaparan, dan semua memiliki pekerjaan. Tapi harus diingat materi bukan ukuran kebahagian, karena bahagia letaknya pada kalimat al-hamd lillāh, sesuai sikap Nabi Muhammad seumur hidup tidak pernah mengeluh. Rekaman Ceramah Gus Miek dalam

Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman H. Nafi’. Rekaman Ceramah Gus

Miek pada Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum'at Wage di Kediaman Mustafa., dan Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Pon di Kediaman Ibrahim Suyoto.

Sekitar tahun 1988M. Gus Miek sering mengkritik penerapan kegiatan semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab, kritik tersebut difokuskan pada

rutinitas jam terbang pelaksanaannya. Semaan al-Qur’ān semacam Jantiko

Mantab termasuk lambat, karena dilaksanakan hanya dalam waktu satu hari dengan sekali khatam melantunkan al-Qur’ān, pelaksanaannyapun tidak

setiap hari, melainkan tiga puluh lima hari sekali diadakan semaan al- Qur’ān Jantiko Mantab. Kritik Gus Miek dilatar belakangi kisah adaptip

Ulama Syeīkh Madyan, beliau dalam sehari semalam mampu

mengkhatamkan al-Qur’ān 70.000 kali, sedangkan Syeīkh ʻAlī al-Murshibi

mampu mengkhatamkan al-Qur’ān 160.000 kali dalam waktu sehari semalam.

Sedangkan pelaku semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab sehari semalam hanya

mampu mengkhatamkan al-Qur’ān satu kali, oleh sebab itu semaan

semacam Jantiko Mantab tergolongan pemalas terhadap al-Qur’ān.26

Solusinya dimulai dari cara sederhana, dengan mengajak keluarga seperti anak istri, saudara, tetangga, dan musuh jika punya untuk mengikuti kegiatan al-Qur’ān, baik dia faham tentang al-Qur’ān ataupun tidak mengerti

huruf alif ba ta sama sekali, lebih baik datang, karena pembaca dan pendengar memiliki pahala sama.27

Awalnya kapan juga kurang jelas, semenjak Dzikrul Ghōfilīn

digabungkan dalam semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab menjadi sangat

diminati dan diterima masyarakat luas, sehingga berhasil menjaring masa hingga keluar Jawa. Penggabungan keduanya berdampak pada

26 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab. Jember, 31 Desember 1987.

27 Rekaman Ceramah Gus Miek dalam Semaan al-Qur’ān Jantiko Mantab Jum’at Wage di Kediaman K.H. Nafi’.

pelaksanaannya, jika sebelum Dzikrul Ghōfilīn digabung dalam semaan al-

Qur’ān Jantiko Mantab setelah sholat maghrib diteruskan membaca al-

Qur’ān, namun setelah ada penggabungan Dzikrul Ghōfilīn setelah sholat

maghrib digunakan untuk membaca Dzikrul Ghōfilīn hingga waktu sholat

Isya’, baru setelah sholat Isya’ diteruskan membaca al-Qur’ān hingga selesai

dan ditutup doa khotmil al-Qur’ān. Penggabungan keduanya bukan berarti Dzikrul Ghōfilīn hanya dilaksankan saat semaan al-Qur’ān, namun secara

individu Sami’in Setia tetap mengamalkan Dzikrul Ghōfilīn diluar acara

semaan al-Qur’ān. Hanya saja Gus Miek mempertegas, apapun macam

tharīqah anda, pasti guru-guru tharīqah menyetujui bahwa zikir paling ampuh adalah al-Qur’ān, termasuk Dzikrul Ghōfilīn juga tidak seberapa jika

dibanding zikir dengan al-Qur’ān . 28