• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAWAH SADAR

4. Senang/rakus

Setali tiga uang dengan bahasan sebelumnya, yang satu ini pun banyak diluncurkan melalui telepon, modus operandinya yaitu menghubungi dan menyatakan bahwa korban memenangkan hadiah tertentu dengan besaran yang cukup fantastis, namun untuk bisa mendapatkannya mereka harus mengirim sejumlah uang sebagai biaya administrasi.

Salah satu ciri kehendak bebas pasif dari pikiran bawah sadar adalah rasa malas dan ‘ingin mudah’. Dalam kondisi emosi senang akan adanya hadiah instan yang bisa mereka dapatkan dengan mudah maka logika pun terbelengu, tak heran banyak orang yang meski terpelajar sekali pun bisa kena oleh jebakan ini.

5. Bersalah

Tidak nampak seperti hipnosis, namun cukup sering digunakan untuk ‘menggoyang’ logika seseorang dan memunculkan sisi emosionalnya agar mudah dipengaruhi.

Biasanya pelaku akan berakting seolah ia dirugikan oleh korban, bisa dengan berpura-pura tertabrak atau berpura-pura menjadi sosok yang pernah dianiaya dulu. Dengan perasaan terkejut dan takut sebagai media mengakses emosi ini, korban pun tidak berdaya dan sering kali memasrahkan dirinya pada pelaku.

Bagaimana, sudah cukup jelas akan penggunaan prinsip-prinsip emosi untuk penipuan? Hal inilah yang ketika tidak dipahami oleh orang awam maka dianggap sebagai hipnosis, apalagi ketika mereka yang menjadi korban merasa takut kalau-kalau mereka disalahkan atau dianggap ceroboh. Namun bukankah ada juga peristiwa dimana seseorang menjadi korban dari perampokan dimana korban tidak menyadari apa yang dialaminya?

Biasanya hal ini terjadi di keramaian dimana seseorang menepuknya atau mengajaknya berkomunikasi lalu ia seperti kehilangan kesadaran dan menyerahkan harta-bendanya pada pelaku.

Terus terang saja untuk yang satu ini memang bukan untuk dibedah dari sisi emosi dan psikologi semata, melainkan melibatkan faktor lain, yaitu penggunaan keilmuan gaib tertentu yang disalahgunakan (meski hal ini pun tetap bisa dijelaskan secara logis, hanya saja akan menyita bahasan tersendiri yang cukup panjang, maka bahasannya tidak akan dibahas komprehensif dalam buku ini).

Kondisi dimana seseorang seperti kehilangan kesadaran, tidak mampu mengingat yang terjadi dan kehilangan kendali diri sudah menyatakan indikasi bahwa yang dialaminya bukanlah kondisi hipnosis. Hal ini biasanya bersinggungan dengan keilmuan mistis berbasis pengendalian energi tertentu dimana pelakunya dengan teknik tertentu ‘mengacak’ medan energi korban sampai-sampai hal ini membuat kesadaran korban ikut terpengaruh karenanya, inilah yang sering kali dikenal sebagai ‘kehilangan kesadaran’ dan bukan termasuk dalam fenomena ‘perpindahan kesadaran’ hipnosis yang sedang kita bahas.

Meskipun demikian, penggunaan keilmuan ini pun bukan untuk dilakukan pada sembarang orang, biasanya pelakunya memiliki metode tertentu untuk menyaring calon korbannya sampai mereka menemukan kriteria yang tepat, mulai dari mereka yang mudah dibujuk, lemah fokus, kurang cermat menganalisa dan banyak lagi aspek lainnya.

Fenomena ini memang tak urung mencemarkan nama baik keilmuan hipnosis, maka sebagai orang yang sudah memahami fenomena ini dengan lebih komprehensif, saya mengajak Anda menjadi seorang praktisi yang turut meluruskan miskonsepsi yang beredar di masyarakat.

Menjadi sebuah ironi bagi saya ketika sebuah keilmuan dengan segudang manfaat justru dipandang sebelah mata dan dianggap sesat hanya karena pemahaman yang kurang tepat dan tidak ada yang meluruskannya.

Tak terasa, bahasan kita semakin jauh dan meningkat, semoga di titik ini pemahaman Anda akan hipnosis-hipnoterapi semakin terbentuk dengan lebih solid. Mengawali bahasan kita di Bab 3 ini, saya ingin mengajak Anda sejenak melakukan beberapa aktivitas:

▪ Ingat-ingatlah saat dimana Anda melamun, entah memikirkan suatu hal atau memang tanpa sengaja melakukannya.

▪ Ingat-ingatlah saat dimana Anda sedang berkendara menuju suatu tempat dan tanpa sadar Anda salah mengambil jalan yang bukan seharusnya Anda ambil namun Anda melewatinya karena dalam beberapa kesempatan Anda terlanjur terbiasa melewatinya.

▪ Ingat-ingatlah saat dimana Anda mencari sebuah barang dan Anda tak kunjung menemukannya, Anda menanyakan keberadaan barang itu pada orang lain dan ketika ditunjukkan ternyata barang itu ada di tempat yang Anda cari tadi, anehnya sebelumnya barang itu seolah tidak ada di sana.

Masih ada lagi satu aktivitas yang mungkin tidak semua orang pernah alami namun tidak ada salahnya kita bahas, pikirkanlah saat-saat dimana Anda pernah terluka secara fisik (tergores, tersayat dll) dan Anda tidak menyadarinya, bahkan tidak merasakan sakitnya. Beberapa waktu berselang barulah Anda menyadari ada luka di bagian tubuh Anda dan barulah merasakan sakitnya - sambil terheran sendiri mengapa sedari tadi

Bagaimana, sudah memikirkannya? Bisa saja hal itu terjadi sudah lama dalam hidup Anda atau bisa jadi juga masih baru, yang jelas hal apa yang bisa Anda simpulkan dari kesemua fenomena itu? Yang paling penting, apakah semua fenomena itu terasa aneh bagi Anda atau terasa wajar adanya dan biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari?

Meski sekedar dugaan, tebakan saya akan jawaban Anda adalah semua fenomena itu merupakan sebuah fenomena yang wajar dan biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita, entah itu terjadi langsung pada diri kita atau pun pada orang lain di sekitar kita.

Lalu apa istimewanya? Apa maksud dari semua aktivitas dan pertanyaan ini? Tak lain dan tak bukan untuk menyadarkan Anda bahwa hipnosis adalah sebuah fenomena yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari hanya saja tidak kita sadari.

Tunggu dulu, apa maksudnya? Begini, semua pemaparan fenomena

yang Anda temukan di atas tadi pada dasarnya adalah merupakan bagian dari fenomena dan kondisi hipnosis.

Dalam posisinya sebagai sebuah ‘kondisi’ sebagaimana dijelaskan di Bab 2 sebelumnya, kondisi perpindahan kesadaran Hipnosis inilah yang lebih umum dikenal sebagai trance.

Semua fenomena yang diulas sebelumnya di atas tadi adalah beberapa contoh dari kondisi trance dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, sebenarnya ada berbagai situasi dan fenomena dalam hidup kita dimana kondisi trance ini kita alami tanpa kita sadari dan bahkan tidak kita ketahui merupakan bagian dari hipnosis.

Di mata orang awam hipnosis identik dengan situasi dimana seorang penghipnosis menerapkan teknik hipnosis pada orang lain sebagai subjek dan subjek ini kemudian memasuki kondisi trance yang terlihat seperti

tidur atau kehilangan kesadaran, padahal dalam kenyataannya kondisi

trance bukanlah sesuatu yang asing, bahkan sering kita alami dalam

keseharian kita tanpa kita sadari.

Pemahaman inilah yang harus menjadi acuan mendasar bagi Anda sebagai seorang pembelajar dan praktisi hipnosis-hipnoterapi sebelum memulai pembelajaran berikutnya, yaitu memahami fenomena perpindahan kesadaran hipnosis (trance) secara komprehensif.

Jika Anda mengingat kembali, di bagian sebelumnya ada kutipan dari William S. Kroger, bahwa hipnoterapi adalah proses terapi yang dilakukan dalam kondisi hipnosis (trance). Bisa ditegaskan bahwa yang membuat proses terapi ini menjadi berbeda adalah karena prosesnya dilakukan dalam kondisi hipnosis yang mengakses langsung pikiran bawah sadar dimana akar masalah tersimpan.

Wajib hukumnya bagi seorang praktisi hipnosis untuk memahami kondisi trance ini secara komprehensif, tak lain dan tak bukan karena salah satu keahlian utama yang wajib dimiliki seorang hipnoterapis adalah keahlian untuk memfasilitasi proses perpindahan kesadaran dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar, yang dikenal dengan nama teknik induksi (induction), namun tak cukup sampai disitu, hipnoterapis harus memiliki kepiawaian untuk memandu kliennya sampai berada di level trance yang ideal untuk menjalani terapi.

Level trance yang ideal? Apa lagi maksudnya? Sabar dulu, semua ini akan kita ulas dengan seksama, sehingga akan lebih mudah bagi Anda mempraktekkan teknik hipnosis dasar yang akan dikupas nanti.

Pertama-tama, mari pahami kondisi trance ini sebagai sebuah fenomena. Dalam kedudukannya sebagai sebuah fenomena ‘perpindahan kesadaran’, trance juga sering kali disebut sebagai ‘altered state of

consciousness’ dalam bahasa Inggris, yang jika diterjemahkan bermakna

‘kondisi perpindahan/pergeseran (level) kesadaran’.

Dalam bahasan sebelumnya di Bab 1, kita sudah mengulas sedikit tentang gelombang otak, tanpa bermaksud mengulasnya terlalu akademis (jika dibahas dari perspektif akademis, bahasan gelombang otak ini akan membutuhkan waktu tersendiri yang menyita lebih banyak lagi tulisan dalam buku ini) mari pahami bahwa dalam aktivitas sehari-hari kita mengalami fluktuasi gelombang otak ini dari waktu ke waktu.

Perubahan gelombang otak pada dasarnya akan mempengaruhi cara kita berperilaku, disinilah keunikan terjadi, ada kalanya gelombang otak terkondisikan di level tertentu dimana kesadaran kita terkondisikan ke dua jenis fenomena, yang juga menjelaskan beberapa fenomena di bagian pembuka Bab 3 ini:

Pertama, kondisi dimana pikiran sadar menjadi non-aktif, inilah yang terjadi ketika kita sedang melamun, dimana atensi kita sebenarnya terserap ke suatu hal (absorped attention) namun tanpa disadari dan kita larut di dalamnya. Pikiran bawah sadar tidak melakukan hal apa pun secara signifikan, seolah kita hanya berada dalam kondisi kesadaran ‘kosong’.

Kedua, yaitu kondisi dimana pikiran bawah sadar muncul ‘beririsan’ dengan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar menjalankan fungsinya untuk ‘mengambil alih’ perilaku, ini yang terjadi contohnya ketika kita sedang berkendara menuju suatu tempat dan tanpa sadar kita salah mengambil jalan yang bukan seharusnya kita ambil namun kita melewatinya karena dalam beberapa kesempatan kita terlanjur terbiasa melewatinya. Kondisi ini muncul biasanya mengacu kepada kebiasaan yang sudah tersimpan di

pikiran bawah sadar, atau juga bisa dipicu oleh hal lain yang memicu insting reflek kita.

Masih berhubungan dengan kondisi dimana pikiran bawah sadar beririsan, salah satu fenomena lain yang tak jarang muncul adalah negative

hallucination (bukan halusinasi sebagai gangguan psikologis), yaitu

fenomena dimana kita sebenarnya melihat sebuah benda namun pikiran bawah sadar kita karena satu dan lain hal ‘menghilangkan’ benda itu dari pandangan kita sehingga kita menganggapnya tidak ada karena kita ‘merasa tidak melihatnya’.

Dalam hubungannya dengan tubuh fisik, ketika atensi kita terserap ke hal tertentu dan gelombang otak terkondisikan di level tertentu yang sejalan dengannya maka salah satu fenomena lain bisa muncul, yaitu kondisi dimana kita tidak merasakan sakit (anesthesia) dan baru merasakan sakit justru setelah menyadarinya. Bukan berarti rasa sakitnya tidak ada, hanya saja otak terkondisikan untuk ‘mengabaikan’ rasa sakit itu.

Kondisi-kondisi tersebut dimana perpindahan kesadaran terjadi pada dasarnya adalah bagian dari kondisi trance. Bisa kita simpulkan bahwa seseorang bisa memasuki kondisi trance secara tidak sengaja dan tidak disadari, dalam hipnosis hal ini sering dikenal sebagai highway hypnosis.

Kondisi trance dalam Highway Hypnosis sering dikenal juga dengan istilah

non-formal trance, artinya trance yang terjadi tanpa harus melalui teknik

hipnosis formal. Bagi yang memahami prinsipnya, kondisi ini bisa dimunculkan untuk terjadi dalam sesi percakapan biasa, menjadi yang disebut conversational hypnosis, teknik ini biasa dipakai oleh para komunikator dan penjual yang ahli dalam mempengaruhi, teknik-teknik ini

juga yang banyak diajarkan di keilmuan Neuro-Linguistic Programming (NLP) dan Ericksonian Hypnosis.

Kebalikannya dari non-formal trance adalah formal trance, yaitu kondisi trance yang terjadi karena memang sengaja dikondisikan untuk itu, hal ini biasa terjadi dalam sesi hipnosis atau sesi hipnoterapi, ciri khusus

trance yang muncul dari proses ini biasanya sangat jelas karena terjadi

melalui stimulus tertentu dan kedalamannya (bahasan tentang ‘kedalaman

trance ini akan dibahas kemudian) pun bisa diukur atau diperkirakan

dengan teknik tertentu.

Pertanyaan yang muncul adalah mengapa trance ini menjadi penting adanya dan menjadi bagian vital dari hipnoterapi? Jawaban sederhananya adalah karena trance merupakan kondisi dimana pikiran bawah sadar, sebagai ‘bank data’ dan ‘mesin’ penggerak perilaku serta perasaan kita menjadi aktif dan bisa diajak berkomunikasi. Kondisi aktifnya pikiran bawah sadar dalam kondisi trance inilah yang mengefektifkan jalannya sesi terapi dan perubahan.

Seorang tokoh hipnosis-hipnoterapi kenamaan, Michael D. Yapko, mengungkapkan beberapa ciri dan keistimewaan psikologis trance, beberapa di antaranya yang berhubungan langsung dengan konteks trance formal dan manfaatnya dalam sesi terapi adalah: