• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. HIDUP DOA DAN KARYA KERASULAN

A. Pengertian

3. Sifat doa

a. Doa merupakan perjumpaan

Doa merupakan perjumpaan dengan Allah yang dinamis. Dalam hal ini Allah sendiri yang berinisiatif dan manusia menanggapi tawaran Allah. Manusia membiarkan Allah bertindak atas kehendak-Nya dan menyerahkan diri seutuhnya kepada-Nya yang telah lebih dulu mencintainya.

Dalam perjumpaan, orang mengungkapkan segala pengalaman yang dialami dalam hidup. Pengalaman hidup itu bermacam-macam: kegembiraaan, kegelisahan, ketenangan, pengalaman menjadi orang yang lemah, gagal, kuat, sehat maupun sakit dan lain sebagainya. Semua pengalaman tersebut membuat orang makin mampu untuk berdoa. Pemahaman dan penghayatan doa berkembang sejalan dengan situasi yang dialami dalam hidup sehari-hari. Sebagaimana pengalaman itu menempa kepribadian demikian juga pengalaman hidup rohani. Dengan demikian doa bergerak secara dinamis (Darminta, 1983: 39).

Relasi perjumpaan dengan Tuhan memberikan kekuatan, kemampuan serta pandangan yang selalu baru di dalam memaknai hidup setiap waktu. Relasi dengan Tuhan hanya terjadi jika orang memiliki di dalam dirinya sendiri suatu semangat untuk berdoa atau berjumpa dengan Tuhan secara terus-menerus. Dengan demikian kita percaya bahwa doa seperti obat yang mampu memberikan tubuh suatu kesegaran dan kesembuhan, kegembiraan, kedamaian, kekuatan dan kemampuan yang baru. Kebutuhan jiwa kita tidak lain adalah relasi atau hubungan dengan Tuhan setiap waktu (Djono Moi, 2008:83).

b. Doa sebagai suatu misteri

Doa dikatakan sebagai suatu misteri karena di dalamnya kita berjumpa dengan Tuhan yang sulit dipahami dan dimengerti secara penuh rencana dan tindakan-Nya. Sulit untuk diungkapkan arti yang paling tepat. Ia memperkenalkan diri-Nya dengan kebesaran. Setiap kali manusia berusaha untuk mengenal-Nya, setiap kali pula pengenalan akan Diri-Nya menjadi sesuatu yang selalu baru tak

pernah habis. Allah terlalu ajaib, tak tergapai oleh manusia yang hanya ciptaan saja (Mzm 139:1-6). Pengenalan akan Allah tak pernah habis, sebab Allah itu sendiri misteri. Dan setiap kali manusia sadar akan perjumpaan dengan Allah, ia selalu berhadapan dengan misteri yang tak kunjung habis untuk dipahami (Jacobs,2004:59).

Jacobs, (2004:59-61) menekankan bahwa ”misteri di sini berarti rencana dan tindakan Tuhan, rahasia Allah (1Kor 4:1). Pada dasarnya rahasia adalah misteri Kristus (Ef 3:4).” Dengan demikian, misteri merupakan karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam Kristus dan diwartakan dalam injil. Doa adalah karya keselamatan Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus yang ditanggapi manusia. Dengan doa manusia menempatkan diri dalam arus rahmat yang menghubungkan dirinya dengan Allah. Dengan doa manusia menggabungkan diri dengan sejarah keselamatan yang meliputi umat manusia. Dalam hal ini doa berarti ambil bagian dalam gerakan yang menghubungkan dunia dengan surga.

c. Doa bersifat eksklusif

Doa disebut eksklusif karena dalam doa terjadi perjumpaan manusia secara pribadi dan mesra dengan Allah. Perjumpaan pribadi itu selalu berarti Allah yang lebih dahulu menjumpai manusia. Dalam perjumpaan tersebut ada saling menyapa. Dalam perjumpaan yang pribadi itu orang memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi tawaran pengenalan akan Allah. Hubungan ini terjadi hanya antara Allah dengan pribadi orang yang bersangkutan, sehingga dalam pejumpaan

tersebut orang bisa mengungkapkan pengalaman hidupnya dengan hati yang bebas dan terbuka (Martini,1987:12).

Lebih ditegaskan lagi oleh Djono Moi, O.Carm (2008 : 43-44) bahwa doa bermula dari relasi yang personal antara manusia dengan Allah sebagai Bapa. Relasi ini yang memungkinkan pengenalan akan pribadi Allah sebagai Bapa, sehingga mendorong manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya. Tanpa pengenalan akan Allah manusia tidak mungkin mampu mengadakan doa kepada Allah. Ini diawali dengan membuka diri, menerima dan mencintai. Dengan demikian doa merupakan komunikasi yang sangat pribadi dengan Allah. Komunikasi ini bisa berjalan dengan baik bila didukung oleh suasana hati yang tenang dan berada dalam kesunyian. Manusia berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan baik melalui kata-kata maupun tanpa kata-kata. Dengan kata-kata ia mengungkapkan isi hati dan keinginannya kepada Tuhan. Dengan tanpa kata-kata ia membiarkan diri di hadapan Tuhan dalam keheningan.

Hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari Tuhan. Tuhan yang menciptakan manusia dan berusaha untuk berkomunikasi dengannya. Setiap orang diminta untuk terus-menerus berelasi dengan Dia melalui doa. Dalam doa, manusia dan Tuhan saling bertemu, menyapa dan mendengarkan. Kita menyapa Tuhan dan menyampaikan segala kebutuhan dan Tuhan sendiri siap mendengarkan. Komunikasi dengan Tuhan terjadi bila kita sungguh percaya, terbuka, mencintai dan membiarkan diri disemangati oleh cinta Tuhan. Doa merupakan ayunan hati pribadi pada Tuhan, ungkapan hati pribadi pada Tuhan, dan suatu percakapan pribadi dengan Tuhan.

d. Doa sebagai suatu rahmat

Doa merupakan suatu rahmat yakni berawal dari inisiatif dari Allah sendiri yang menyapa manusia. Inisiatif Allah bersifat cuma-cuma dan tertuju hanya demi kebaikan manusia. Inisiatif Allah ini disebut rahmat. Dilihat dari segi isinya, inisiatif Allah merupakan pemberian diri dan hidup Allah yang disertai dengan segala berkat dan rahmat yang menunjang manusia agar mampu menerima. Dilihat dari segi tujuan konkretnya, inisiatif Allah dimaksudkan untuk mencipta dan menyelamatkan manusia. Dari segi tujuan akhirnya, inisiatif Allah menuju kesatuan dan persatuan hidup dengan Allah. Dari segi realisasinya, inisiatif Allah menyampaikan sabda baik eksternal maupun internal, agar manusia mendengar, mentaati dan menghayati (Darminta,1983: 34).

Rahmat adalah Tuhan yang mendekati manusia dan ingin bersatu hidup dengannya. Sikap kasih Allah itulah rahmat. Allah menyelamatkan manusia bukan karena perbuatan baik yang telah dilakukannya, tetapi karena rahmat-Nya. Dalam permandian, manusia dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Roh Kudus membuat pertemuan manusia dengan Allah menjadi kesatuan yang sungguh-sungguh. Roh Kudus bersaksi bersama dengan roh manusia bahwa manusia adalah anak-anak Allah. Rahmat Allah berarti Roh Kudus yang tinggal dalam diri manusia. Rahmat sendiri memampukan orang untuk menanggapi pemberian rahmat-Nya. Dalam pertemuan dengan Allah, manusia diangkat supaya dapat menanggapi pemberian dari Allah.

Dalam Perjanjian Lama ditekankan bahwa Allah itu selalu mengambil inisiatif yang keluar dari diri-Nya. Atas inisiatif Allah, Abraham dipanggil dan berjanji. Orang Israel pun diselamatkan atas inisiatif Allah. Pengalaman para nabi juga menunjukkan bahwa mereka mengalami Allah yang berinisiatif dalam hidup mereka. Peritiwa Yesus juga dilihat dari inisiatif Allah (Darminta, 1983:34).

Inisiatif disebabkan karena Allah berkenan dan menaruh hati kepada manusia. Dasar dari inisiatif Allah tidak lain adalah cinta dan kesetiaan dan persekutuan hidup dengan manusia. Dia selalu berinisiatif untuk merealisasikan agar perjanjian menjadi kenyataan dalam hidup manusia. Allah selalu mencari bila manusia tersesat. Allah berinisiatif memperbaharui perjanjian-Nya bila perjanjianNya diingkari dan dikhianati manusia (Darminta,1983: 34-35).

Tanpa adanya rahmat manusia tidak dapat mengenal Allah. Tanpa rahmat dan anugerah Roh Kudus, manusia tidak mampu untuk berdoa. Rohlah yang mengajar bagaimana manusia harus berdoa (Rm 8: 26).

Dokumen terkait