PENDEKATAN TEORITIS
2.1.4. Sikap Terhadap Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis
Sikap secara umum diartikan sebagai suatu kecenderungan yang dimilliki oleh individu ataupun kelompok untuk berperilaku. Sikap dapat berupa kecenderungan yang positif maupun negatif. Myers dalam Sarwono (1999) mendefinisikan sikap sebagai “attitude is a favorable or unfavorable evaluative
reaction to ward something or someone, exhibited in one’s belief, feelings or intended behavior”. Definisi tersebut senada dengan definisi sikap yang
dikemukakan oleh Ajzen dalam Sarwono (1999), yaitu: “an attitude is a
disposition to respond favorably or unfavorably to an object, person, institution or event”. Baron dan Byrne (2003) juga mendefinisikan sikap sebagai evaluasi
terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, objek, bahkan makanan penutup. Azwar (1998) memaparkan bahwa para ahli psikologi sosial mutakhir menggunakan dua pendekatan dalam mengklasifiksikan pemikiran tentang sikap, yaitu: (1) sikap dipandang sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap suatu objek (Brehm & Kassin et.al. dalam Azwar, 1998). Ketiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan tricomponent; (2) perlu adanya pembatasan konsep sikap hanya pada aspek afektif saja
(single-component). Sikap dipandang sebagai ‘afek atau penilaian – positif dan negatif –
terhadap suatu objek’. Mar’at (1981) dalam Ridhanova (2009) mendefinisikan sikap sebagai produk dari proses sosialisasi yang mengakibatkan seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya
Dari sekian banyak definisi mengenai sikap tersebut secara keseluruhan semuanya mengemukakan adanya kesamaan pendapat mengenai konsep sikap, yaitu adanya ciri khas: (1) mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda dan sebagainya) dan (2) mengandung penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka) sebagaimana diungkapkan oleh Bem et.al dalam Sarwono (1999).
Berdasarkan semua pengertian dan definisi di atas, dan merujuk pada kesimpulan Sarwono (1999) mengenai definisi sikap maka sikap merupakan suatu kecenderungan berperilaku terhadap suatu objek tertentu yang menunjukkan rasa
suka dan rasa tidak suka, setuju dan tidak setuju serta mengandung tiga komponen yang mengorganisasikan sikap individu tersebut, yaitu:
1. Kognitif
Komponen kognitif terdiri dari pemikiran seseorang mengenai objek tertentu, seperti fakta, pengetahuan dan keyakinan. Sarwono (1999) mengungkapkan bahwa komponen kognitif merupakan komponen pengetahuan atau kesadaran akan suatu objek sikap tertentu.
2. Afektif
Komponen afektif terdiri dari perasaan positif atau negatif yang diasosiasikan dengan objek sikap. Baron dan Byrne (2003) mendefinisikan afeksi sebagai perasaan dan suasana hati yang dirasakan oleh seseorang. Rakhmat (2008) juga mengemukakan bahwa afeksi berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Komponen afektif meliputi bagaimana faktor emosi dan perasaan individu mempengaruhi sikap.
3. Konatif
Komponen konatif merupakan tendensi untuk melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan objek sikap. Azwar (1998) mendefinisikan konasi sebagai komponen sikap yang menunjukkan bagaimana kecenderungan perilaku yang terdapat dalam diri seseorang.
Ketiga komponen tersebut mengorganisasikan sikap secara bersamaan. Azwar (1998) mengemukakan bahwa inferensi atau penyimpulan tentang sikap harus didasarkan pada suatu fenomena yang diamati atau diukur. Fokus dalam penelitian ini, fenomena yang akan diamati adalah mengenai pemanfaatan internet pada pengusaha UKM dalam kegiatan bisnis. Azwar (1998) mengemukakan bahwa apabila salah satu saja di antara ketiga komponen sikap terebut tidak konsisten satu sama lain, maka akan terjadi ketidak-selarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap hingga konsistensi tersebut kembali tercapai. Sikap individu muncul akibat adanya proses tertentu yang bisa muncul dari dalam dan luar lingkungannya. Sikap terbentuk dari adanya interaksi dengan lingkungan sosialnya. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini, dan masa datang yang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 1998). Secara umum dalam penelitian Riyanti (2003), faktor
demografi merupakan faktor yang melekat pada individu wirausaha. Faktor demografi dapat dikatakan sebagai karakteristik individu yang melekat pada diri seseorang. Melalui penelitian ini akan dilihat karakteristik individu yang ditekankan pada komponen usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, suku bangsa serta bidang usaha.
Menurut Zimmerer dan Scarbough dalam Riyanti (2003), sebagian besar wirausaha di Amerika Serikat memulai usahanya pada usia 30 dan 40 tahun. Namun, banyak peneliti menemukan bahwa tidak ada batas usia dalam memulai karir sebagai wirausahawan (Riyanti, 2003). Bervariasinya usia seseorang ketika menjadi dunia wirausaha menjadi salah satu pertimbangan dalam penelitian ini sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap. Hurlock (2005) menyebutkan bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, dikelompokkanlah usia pengusaha UKM menjadi tiga kelompok berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Hurlock sebagai berikut:
1. Usia dewasa awal (18-40 tahun)
Masa dewasa awal sangat terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Ada sebagian orang dewasa yang telah mempersiapkan diri untuk mencapai karirnya di masa depan. Namun, sebagian orang dewasa awal juga mengalami kebingungan untuk memilih karir yang sesuai dengan minatnya. Situasi ini juga dapat terjadi pada pengusaha UKM yang berada pada rentang usia dewasa awal ini.
2. Usia dewasa madya (40-60 tahun)
Masa usia dewasa madya bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Pada usia ini, kebanyakan orang mencapai prestasi puncak. Hal tersebut dapat tercapai karena kebanyakan orang pada usia dewasa madya telah merasa mantap dengan pilihan kariernya serta memiliki pengalaman yang cukup.
3. Usia dewasa akhir (di atas 60 tahun)
Pada masa ini, seseorang mulai mengurangi kegiatan karirnya atau berhenti sama sekali. Usia ini juga disebut sebagai usia pensiun. Namun, bagi pengusaha atau wirausahawan tidak menutup kemungkinan bahwa pada usia ini masih aktif untuk mengelola dan mengembangkan karir dan usahanya.
Faktor pendidikan juga diduga berpengaruh pada sikap pengusaha UKM terhadap pemanfaatan internet. Riyanti (2003) mengemukakan bahwa pendidikan memainkan peranan penting pada saat wirausaha mencoba mengatasi masalah-masalah dan mengoreksi penyimpangan dalam praktik bisnis. Begitu pula hal tersebut berdampak pada pembentukan sikap yang akan diambil oleh pengusaha UKM terhadap pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis. Pendidikan formal dianggap menjadi dasar yang baik sebagai sumber pengetahuan awal yang dapat berpengaruh terhadap sikap individu. Seringkali dalam berbagai studi mengenai sikap, perbedaan jenis kelamin akan memunculkan sikap yang berbeda pula. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga akan dikaji apakah faktor jenis kelamin juga mempengaruhi sikap terhadap pemanfaatan interenet pada wirausahawan.
Kebudayaan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Begitu pula kebudayaan berpengaruh besar pada pembentukan sikap seseorang (Azwar, 1998). Skinner dalam Azwar (1998) sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kebudayaan telah menjadi bagian dalam diri seseorang dan menanamkan garis pengarah sikap seseorang terhadap berbagai masalah.
Bagi sebagian suku di Indonesia, berdagang merupakan satu kebudayaan dan kebiasaan tersendiri. Beberapa suku di Indonesia terkenal dengan kelihaiannya untuk berdagang. Suku Bugis dan Banjar rata-rata memiliki pekerjaan berdagang, begitu pula dengan Etnis Tionghoa. Geertz (1981) mengemukakan bahwa sektor dagang di Indonesia sejak zaman dahulu banyak dikuasai oleh orang Cina, Arab dan India. Di Sumatera, orang Minangkabau (biasanya merupakan pedagang keliling) dan orang Batak merupakan suku bangsa yang berorientasi dagang. Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini akan dilihat kemungkinan perberdaan sikap terhadap internet yang dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebudayaan yang dimiliki masing-masing etnis dan suku bangsa.
Pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis diduga akan bergantung pada bidang usaha yang dimiliki oleh pengusaha UKM. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat kepentingan dan kebutuhan penggunaan internet pada usaha yang dimiliki oleh pengusaha UKM. Bidang usaha UKM binaan UPP-UKM LPPM IPB secara keseluruhan dibagi ke dalam lima bidang usaha, yaitu: (1). Bidang jasa boga dan
penjualan aneka makanan dan minuman meliputi catering, rumah makan, kantin, warung makan, penjualan aneka makanan ringan dan kue, aneka masakan dan minuman, coklat; (2). Bidang perdagangan dan home industry meliputi aneka kerajinan handycraft, bunga kering, bunga plastik, souvenir, sendal dan tas; (3). Bidang perdagangan meliputi usaha sembako, tanaman hias, sayuran, aneka olahan ikan/daging sapi/ayam, alat elektronik dan logam, bahan bangunan, suku cadang, pakaian, kosmetik dan obat-obatan serta mainan; (4). Bidang jasa meliputi salon dan rias pengantin, bengkel dan tambal ban, digital print dan fotografi, pembuatan kusen, sewa kost dan rental; (5). Bidang perikanan, pertanian dan peternakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji mengenai sikap pengusaha UKM dengan melihat komponen-komponen sikapnya serta dihubungkan dengan karakteristik individu pengusaha UKM tersebut. Karakteristik individu yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi komponen usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, suku bangsa dan bidang usaha. Penelitian ini akan mengkaji karakteristik individu yang diduga memiliki hubungan dengan sikap pengusaha UKM terhadap internet dalam kegiatan bisnis.