• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unless I heard it incorrectly, …

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil temuan dan pembahasan yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya akan peneliti kemukakan beberapa hal penting yang menjadi simpulan akhir penelitian terjemahan ini. Berikut beberapa hal pokok yang menjadi simpulan akhir tersebut.

1. Bentuk Mitigasi pada Tindak Tutur Memerintah (Commanding) dalam Dua Seri Novel Harry Potter

Bentuk mitigasi yang peneliti temukan dalam kajian ini diterapkan pada 108 buah data tindak tutur memerintah (commanding) dengan frekuensi penerapan sebanyak 155 kali. Bentuk-bentuk mitigasi tersebut ialah: (1) Indirectness (Ketaklangsungan), diterapkan sebanyak 6 kali atau 3, 9% (2) Immediacy (Penyertaan), diterapkan sebanyak 10 kali atau 6, 4% (3) Conditional (Pengandaian), diterapkan sebanyak 13 kali atau 8, 4% (4) Disclaimer (Kesangsian/Penyangkalan), diterapkan sebanyak 10 kali atau 6, 4% (5) Relevance Hedge (Klausa Pertentangan), diterapkan sebanyak 2 kali atau 1, 3% (6) Hedging Modal Verb (Kata Kerja Bantu Penghalus), diterapkan sebanyak 31 kali atau 20, 0% (7) Mitigating Hedge (Adverbia/Interjeksi Penghalus), diterapkan sebanyak 33 kali atau 21, 3% (8) Identitiy Marker (Sapaan), diterapkan sebanyak 44 kali atau 28, 4% (9) Tag Question (Penegasan), diterapkan sebanyak 6 kali atau 3, 9%.

Dalam realisasi penerapannya, bentuk-bentuk mitigasi yang peneliti temukan ini diterapkan pada masing-masing wujud tindak tutur memerintah, baik sebagai penghalus tunggal atau diterapkan bersama-sama perangkat penghalus lain dalam pola penerapan kombinasi.

2. Teknik Penerjemahan yang Digunakan dalam Menerjemahkan Bentuk Mitigasi pada Tindak Tutur Memerintah (Commanding) dalam Dua Seri Novel Harry Potter

Terdapat 14 buah teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan bentuk mitigasi tuturan pada tindak tutur memerintah (commanding) pada dua seri novel Harry Potter yang peneliti kaji ini, yang terdiri dari 11 teknik tunggal dan 3 varian ganda. Teknik yang paling banyak digunakan ialah teknik literal dengan frekuensi penggunaan sebanyak 58 kali atau 37, 4%. Kemudian teknik peminjaman murni di urutan kedua dengan frekuensi penggunaan sebanyak 29 kali atau sekitar 18, 7%. Teknik modulasi di urutan ketiga dengan frekuensi penggunaan sebanyak 17 kali atau 11, 0%. Berturut-turut menempati posisi keempat dan kelima ialah teknik kompensasi dengan frekuensi penggunaan sebanyak 15 kali atau 9, 7%

dan teknik reduksi sebanyak 13 kali atau 8, 4%. Sementara itu, 9 buah teknik lain termasuk di dalamnya 3 buah teknik ganda, memiliki frekuensi penggunaan dibawah sepuluh kali. Teknik-teknik tersebut ialah teknik kompresi linguistik dengan frekuensi penggunaan 8 kali atau 5, 2%, teknik variasi sebanyak 3 kali atau 1, 9%, teknik peminjaman alami, teknik amplifikasi, dan teknik transposisi masing-masing 2 kali penggunaan atau 1, 3%, dan tenik generalisasi sebanyak 1 kali atau 0, 6%. Dalam varian ganda, teknik amplifikasi-literal dan teknik literal-modulasi masing-masing digunakan sebanyak 2 kali atau 1, 3%. Sementara itu, teknik peminjaman alami-murni hanya digunakan sebanyak 1 kali saja atau 0, 6%.

3. Kualitas Keakuratan dan Keberterimaan Terjemahan Bentuk Mitigasi pada Tindak Tutur Memerintah (Commanding) dalam Dua Seri Novel Harry Potter

Hasil akhir kualitas kekauratan dan keberterimaan terjemahan ini didapat dari hasil evaluasi terhadap keseluruhan hasil penilaian yang terkumpul dari 6 orang rater (masing-masing 3 rater untuk tiap aspek). Dari hasil evaluasi tersebut dapat dirumuskan bahwa 128 data atau sekitar 82, 7% dikategorikan sebagai terjemahan yang akurat, 24 data atau 15, 5% kurang akurat, dan 3 buah data atau 1, 9% sebagai terjemahan yang tidak akurat. Sementara itu, dari aspek keberterimaannya, 121 data atau 78, 1% dikategorikan sebagai terjemahan yang berterima dan 34 data lainnya

atau 21, 9% dianggap sebagai terjemahan yang kurang berterima. Dari rumusan akhir tersebut dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari aspek keakuratan dan keberterimaannya secara keseluruhan terjemahan bentuk mitigasi pada tindak tutur memerintah (commanding) dalam dua seri novel Harry Potter ini memiliki kualitas yang baik.

4. Dampak Pergeseran dan Teknik Terjemahan terhadap Kualitas Terjemahan Bentuk Mitigasi pada Tindak Tutur Memerintah (Commanding) dalam Dua Seri Novel Harry Potter

Meski secara umum terjemahan bentuk mitigasi pada tindak tutur memerintah ini dikatakan memilki kualitas terjemahan yang baik ditinjau dari tingkat keakuratan dan keberterimaannya, pergeseran terjemahan yang terjadi pada 27 buah data berdampak negatif terhadap kualitas keakuratan terjemahan. Hal ini terjadi karena dalam data yang bergeser, jumlah terjemahan yang dinilai akurat memiliki prosentase lebih kecil daripada gabungan terjemahan yang kurang dan tidak akurat yakni 37, 0%

berbanding 63, 0%, dengan rincian 10 terjemahan dinilai akurat, 14 terjemahan dikategorikan kurang akurat dan 3 terjemahan lainnya tidak akurat. Sementara itu, pada aspek keberterimaan, pergeseran yang terjadi masih dapat dikatakan berdampak positif terhadap kualitas keberterimaan karena jumlah terjemahan yang berterima lebih banyak daripada yang tidak berterima. Kecuali teknik reduksi dan variasi, seluruh teknik terjemahan yang digunakan peneliti anggap memberikan dampak positif bagi kedua aspek kualitas terjemahan. Teknik reduksi cenderung memberikan dampak negatif terhadap kualitas keakuratan karena sebagian pesan penghalusan dihilangkan, sementara teknik variasi cenderung berdampak negatif pada tingkat keberterimaan karena menghasilkan terjemahan dengan pilihan padanan yang kurang baku.

B. Saran

Setelah merumuskan beberapa simpulan akhir pada bagian di atas, pada bagian ini akan peneliti kemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya berfokus pada terjemahan bentuk mitigasi yang diterapkan pada tindak tutur memerintah (commanding) saja. Terjemahan bentuk mitigasi pada jenis-jenis tindak tutur yang lain dapat dilakukan. Selain itu, memungkinkan juga untuk mengalihkan fokus penelitian pada terjemahan upaya pemodifikasi tindak tutur yang lain yakni penguatan (booster) yang merupakan kebalikan dari upaya penghalusan (attenuation).

2. Karena beberapa keterbatasan yang ada, penelitian ini belum dilakukan secara holistik karena tidak melibatkan penerjemah secara langsung. Akan lebih menarik apabila penelitian terjemahan serupa ke depan melibatkan penerjemahnya secara langsung.

3. Upaya mitigasi yang diterapkan pada sebuah tindak tutur memerintah (commanding) tentulah dilatarbelakangi oleh alasan yang kuat dari si penulis.

Penghilangan ataupun pengubahan bentuk-bentuk mitigasi tertentu dengan teknik-teknik penerjemahan tertentu pula terkadang mengaburkan serta mengganggu keutuhan pesan penghalusan yang sedianya hendak disampaikan. Penerjemah sebaiknya lebih cermat dan berhati-hati lagi dalam menentukan teknik yang paling tepat untuk digunakan sehingga tak hanya pesan ilokusinya saja yang dialihkan tetapi juga pesan penghalusannya.