KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. KAJIAN TEORI 1. Penerjemahan
2. Teori Linguistik 1 Seputar Pragmatik
2.5 Upaya Penghalusan Tuturan (Mitigasi) dan Wujudnya
2.5.1 Upaya Penghalusan Tuturan (Mitigasi) sebagai Wujud Kesantunan Negatif Dalam kajian pragmatik, istilah mitigasi kerap diartikan sebagai sebuah upaya penghalusan atau pelunakan sebuah tindak tutur yang lazim dilakukan untuk menghindari aspek-aspek yang tak diinginkan dari tindak tutur itu sendiri. Danet (1980: 525) menjelaskan mitigasi sebagai “rhetorical devices, which soften the impact of some unpleasant aspect of an utterance on the speaker or the hearer.”
Senada dengan hal itu, Fraser (1980: 344) mengemukakan bahwa tujuan mitigasi itu tak lain ialah “to ease the anticipated unwelcome effect.” Ia kemudian menambahkan bahwa upaya penghalusan tuturan atau mitigasi sekurang-kurangnya harus memenuhi tiga kriteria, yaitu “(i) mitigation only occurs if the speaker is polite (ii) mitigation is not a speech act but modifies the force of speech act (iii) mitigation is not hedging but hedging words can contribute to creating a mitigating effect.”
Martinovsky (2006) memandang upaya penghalusan tuturan atau mitigasi sebagai bagian dari kesantunan negatif yang dilakukan untuk mengurangi efek negatif
yang mungkin muncul dari sebuah tuturan. Ia menggambarkan upaya ini sebagai upaya pelemahan daya ilokusi. Holmes (1984) mengemukakan pendapat yang kurang lebih serupa. Ia mengemukakan bahwa mitigasi merupakan upaya pelemahan daya ilokusi yang merupakan salah satu wujud dari dua upaya pemodifikasian ilokusi yakni attenuation (pelemahan) dan boosting (penguatan). Berkaitan dengan hal ini, Flowerdrew (1991) menganggap mitigasi sebagai sebuah strategi pemodifikasian tindak tutur yang serupa dengan strategi kesantunan dan ketaklangsungan.
Dapat disimpulkan bahwa (1) sebagai sebuah perangkat, mitigasi merupakan perangkat retorik (2) sebagai sebuah upaya, mitigasi merupakan wujud tindak penghalusan tuturan yang dilakukan untuk menghindari dampak negatif yang mungkin muncul dari sebuah tuturan (3) upaya mitigasi bukan merupakan tindak tutur, melainkan pemodifikasi semata (4) merupakan bagian dari strategi kesantunan.
2.5.2 Wujud Upaya Penghalusan Tuturan (Mitigasi)
Keterkaitan antara mitigasi sebagai upaya pemodifikasi ilokusi dengan strategi kesantunan sebagaimana dipaparkan di atas perlu kita cermati lebih lanjut.
Beberapa tokoh seperti Fraser (1980), Holmes (1984), dan Crespo (2005) telah berhasil mengklasifikasikan wujud upaya penghalusan tindak tutur tersebut sebagai salah satu strategi kesantunan. Fraser (1980: 346-349) menyebutkan bahwa cara pertama yang paling mungkin untuk dilakukan ialah dengan membuat tuturan tersebut menjadi tak langsung. Ia mengemukakan, “The first, and certainly the most obvious, is to perform the speech act indirectly”. Upaya seperti ini kerap diterapkan pada ilokusi direktif. Sebuah tindak tutur memerintah langsung “Close the door!”
dapat diubah ke dalam bentuk tak langsung seperti “I need the door closed now” atau
“If the door could be closed we could begin” yang keduanya diwujudkan dalam konstruksi pernyataan (deklaratif). Cara kedua ia namakan sebagai immediacy (penyertaan). Dengan bentuk ini, sebuah tindak tutur memerintah langsung diwujudkan dengan mendekatkan jarak sosial antara si penutur dengan petutur dengan lebih melibatkan si petutur secara langsung. Sebagai contoh, tuturan “John and I went to the movie last night” memiliki kesan positif lebih dekat daripada
tuturan “I went to the movie with John last night”. Fraser mengemukakan beberapa contoh lain, sebagaimana tertuang dalam ungkapan-ungkapan berikut:
[1] I hereby request that you fasten your seat belts.
[2] You are requested to fasten your seat belts.
[3] The pilot requests that you fasten your seat belts.
[4] You are kindly requested to fasten your seat belts.
[5] FAA regulation require that you fasten your seat belts.
[6] FAA regulations require that all passangers fasten their seat belts.
[7] All passangers are required by FAA regulations to fasten their seat belts.
Bentuk ketaklangsungan dan immediacy ini digolongkan sebagai syntactic device dalam pengelompokan mitigasi yang dicetuskan oleh Holmes (1984). Ia menyebutkan:
“There are other syntactic devices which may in appropriate context attenuate the illocutionary force of speech acts. Devices which impersonalize and create social distance, for instance, may function in this way. The passive construction, agent deletion, the use of impersonal pronouns such as ‘it’ and
‘one’, and nominalization are examples of synactic devices, illustrated briefly in Fraser (1980: 347) and in greater detail in Brown and Levinson (1978:195-213), whish may be used to attenuate the force of speech acts.” (Holmes, 1984:
358).
Selain dua buah cara tersebut, Fraser mengemukakan beberapa bentuk penghalusan yang lain: disclaimer, parenthetical verbs, tag question, dan hedges.
Pada kenyataannya, bentuk-bentuk tersebut digolongkan pula dalam konsep dan klasifikasi mitigasi yang dirumuskan oleh Holmes (1984) dan Crespo (2005) meskipun memilki penamaan yang berbeda. Berikut penjelasan mengenai beberapa cara pennghalusan lain selain dua cara pertama yang penulis kemukakan di atas tersebut:
Disclaimer
Bentuk penghalusan ini dapat dikatakan sebagai bentuk pra-ungkapan (pre-sequence) yang mendahului ungkapan utama yang umumnya merupakan bentuk deklaratif. Fraser (1980: 347) mengungkapkan “….in which the speaker prefaces his main thought with the possibility that he may be incorrect in what follows. What follows is nearly always a declarative with the force of claim, judgement….or a similar act, at least in that context, conveys an unwelcome effect.” Initinya, bentuk ini merupakan ungkapan ketidakyakinan atau kesangsian (pessimistic) yang mendahului inti dari ilokusi yang hendak disampaikan yang dapat berorientasi pada penutur atau petutur. Holmes (1984) menggolongkan bentuk penghalusan ini sebagai perangkat leksikal (lexical device) yang dapat saja bertumpu pada si penutur (speaker oriented) ataupun si petutur (hearer oriented). Apabila digunakan untuk menunjukkan ketakyakinan / keragu-raguan penutur atas tuturan yang hendak diungkapkannya maka bentuk ini dikategorikan sebagai penghalus berorientasi penutur (speaker oriented-downtoner). Namun, apabila berfokus pada keleluasaan serta kehendak petutur untuk bekerjasama dengan penutur atas apa yang diungkapkan maka dikategorikan sebagai penghalus berorientasi petutur (hearer oriented-downtoner). Berikut peneliti contohkan beberapa ungkapan yang tergolong dalam bentuk-bentuk penghalusan ini:
Speaker oriented Hearer oriented
If I’m not mistaken, you may…