• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Persamaan Diferensial Order Satu

Dalam dokumen Persamaan Diferensial Biasa Pak Darmo (Halaman 124-135)

(1 + t)e3t, (4 + 3t)e3t¢. Kedua solusi ini bebas linier, oleh karenaya solusi umum sistem persamaan diferensial (5.104)-(??) diberikan oleh

(x, y) = C1(x1, y1) +C2(x2, y2)

= C1¡e3t, e3t¢+C2¡(1 + t)e3t, (4 + 3t)e3t¢. (5.114)

5.3 Sistem Persamaan Diferensial Order Satu

Takhomogen dengan Koefisien Konstan.

Pada bab sebelumnya kita telah menggunakan metode variasi pa-rameter untuk menyelesaikan persamaan diferensial order dua ta-khomogen. Pada bagian ini kita akan menggunakan metode ini un-tuk menyelesaikan sistem persamaan diferensial order satu takho-mogen. Pada dasarnya apa yang telah dilakukan di bab sebelumnya kita kembangkan untuk sistem persamaan diferensial. Untuk mem-perdalam pemahaman kita tentang metode ini dalam menyelesaik-an sistem persamamenyelesaik-an diferensial kita ambil contoh soal (4.60) yaitu

y00− 3y0+ 2y = sin e−x. Misalkan z = y0mendiferensialkan z terhadap

x diperoleh z0 = y00. Menggunakan informasi ini kita peroleh sistem persamaan diferensial order satu berikut

y0= z (5.115)

z0= 3z − 2y + sin e−x. (5.116)

Transformasi ini memungkinkan kita untuk mengembangkan metode-metode yang telah kita gunakan pada persamaan diferensial order dua ke sistem persamaan diferensial order satu.

Sekarang kita kembangkan metode variasi parameter untuk menye-lesaikan sistem persamaan diferensial order satu yang berbentuk

x0= k1(t)x + k2(t)y + F(t) (5.117) y0= l1(t)x + l2(t)y + G(t). (5.118)

Anggaplah pasangan fungsi (x1, y1) dan (x2, y2) merupakan dua solusi yang bebas linier yang berpadanan dengan sistem persmaan homogen

x0= k1(t)x + k2(t)y (5.119) y0= l1(t)x + l2(t)y. (5.120)

Selanjutnya kita akan mencari solusi khusus (xp, yp) yang memenuhi sistem (5.117)-(5.118) yang berbentuk

(xp, yp) = u1(t)(x1, y1) + u2(t)(x2, y2), (5.121)

dimana (u1, u2) akan dicari dengan mensubstitusikan (5.121) ke sis-tem (5.117)-(5.118). Setelah disubstitusikan dan dengan mengingat bahwa (x1, y1) dan (x2, y2) solusi homogen akan kita peroleh sistem persamaan dalam u1dan u2, yaitu

x1u01+ x2u02= F(t) (5.122) y1u01+ y2u2= G(t). (5.123)

Menggunakan aturan dalam teori matrix diperoleh formula untuk u1 dan u2 u01= F(t)y2− G(t)x2 W (t) , u 0 2= G(t)x1− F(t)y1 W (t) , (5.124)

dimana W (t) disebut dan diberikan oleh W (t) = x1y2− x2y1. Proses yang dilakukan di atas dinamakan variasi parameter.

Contoh 5.3.1 Carilah solusi khusus sistem persamaan diferensial

x0= −4x + 2y + 10 (5.125)

y0= −3x + 3y + 5t. (5.126)

Menggunakan metode karakteristik diperoleh bahwa (x1, y1)= (2e−3t, e−3t) dan (x2, y2) = (e2t, 3e2t) merupakan solusi bebas linier dari sistem homogen

x0= −4x + 2y (5.127)

y0= −3x + 3y. (5.128)

Perlu dicatat bahwa Wronskian dari sistem homogen ini adalah W (t) = 5e−t. Sekarang kita asumsikan bahwa solusi khusus sistem (5.125)-(5.126) berbentuk

(xp, yp) = u1(t)(2e−3t, e−3t) + u2(t)(e2t, 3e2t). (5.129)

Menggunakan formula (5.124) menghasilkan

u01= 6e3t− te3t (5.130) u02= 2te−2t− 2e−2t. (5.131)

Mengintegrasikan persmaan (5.130) dan (5.131) dan mengambil kon-stanta integrasi nol diperoleh solusi untuk

u1(t) = µ 19 9 t 3 ¶ e3t, u2(t) = µ t −1 2 ¶ e−2t. (5.132)

Mensubstitusikan solusi untuk u1dan u2 ke persamaan (5.129) di-peroleh solusi khusus sistem (5.125)-(5.126) yang diberikan oleh

xp=85 18 5t 3, yp= 65 18 10t 3 . (5.133) Selanjutnya kita akan memperluas pembahasan sistem persamaan diferensial yang memuat diferensial berorde lebih dari satu, seperti contoh berikut ini.

Contoh 5.3.2 Selesaikanlah sistem persamaan diferensial x00− 4x + y0= 0,

−4x0+ y00+ 2y = 0. (5.134)

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem iniadalah sebagai berikut: pertama notasi derivatif dirubah kelambang Leibniz yaitu µ d2 dt2− 4x +dy dt = 0, −4dx dt + µ d2 dt2+ 2 ¶ y = 0. (5.135)

Pandanglah sistem (5.135) sebagai persamaan aljabar biasa kemudian diselesaikan dengan metode eleminasi, yaitu persamaan pertama kita

kalikan dengan suku (operator) 4dtd dan suku kedua dengan ³ d2 dt2− 4 ´ . Langkah selanjutnya kedua persamaan terakhir ini kita jumlahkan un-tuk mendapatkan persamaan

d4y dt4 + 2d

2y

dt2− 8y = 0. (5.136)

Persamaan karakteristik dari persamaan diferensial terakhir ini dibe-rikan oleh

r4+ 2r2− 8 = 0. (5.137)

Solusi persamaan pangkat empat diberikan oleh r1=2, −2, 2i, dan −2i. Berdasarkan solusi persamaan karakteristik ini diperoleh so-lusi umum persamaan diferensial (5.136), yaitu

y = C1e 2t+C2e −2t+ Ae2it+ Be−2it = C1e

2t+C2e−2t+ A(cos 2t + i sin 2t) + B(cos 2t − i sin 2t) = C1e

2t+C2e−2t+ (A + B) cos 2t + i(A − B) sin 2t = C1e

2t+C2e

−2t+C3cos 2t +C4sin 2t. (5.138)

Mensubstitusikan solusi untuk y ini ke persamaan ke dua dari sistem (5.135) didapatkan persamaan diferensial untuk x, yaitu

dx dt = C1e 2t+C2e −2t1 2C3cos 2t − 1 2C4sin 2t. (5.139) Solusi umum persamaan diferensial (5.139) diberikan oleh

x =√1 2C1e 2t−√1 2C2e −2t1 4C3sin 2t − 1 4C4cos 2t +C5. (5.140) Perlu kita perhatikan dengan cermat bahwa solusi untuk x memuat 5 buah konstanta, sedangkan order persamaan diferensial adalah 4. Se-pintas lalu, hal ini bertentangan dengan teorema yang telah kita bahas pada bab sebelumnya yang mengatakan bahwa solusi harus memuat paling banyak 4 konstanta. Jika kita substitusikan solusi x dan y ke sis-tem awal akan diperoleh C5= 0, yang berarti solusi untuk x memuat 4 konstanta.

Soal-soal latihan

5.1.Selesaikanlah sistem persamaan diferensial berikut.

a). x0= −x, y0= −y. b). x0= 3e−t, y0= x + y. c). x0= tx, y0= t2y. d). x0= 2t, y0= 3x + 2t. e). x0= et, y0=x−yt . f). x0= t2− t, y0= t − y. g). x0= 3x + 2e3t, x0+ y0− 3y = sin 2t. h). x0= y, y0= −x + 2y. i). 3x0+ 3x + 2y = et, x0− y0+ y = 2 cos 2t. j). x0− 4x − 2y0+ y = t, 2x0+ x + y0= 0. k). 2x0+ y0− x = et, 3x0+ 2y0+ y = t. l). x0− x + y0+ y = − cos 2t, 2x0− y0− y = 0. m). x0− y0= 1 − t, x0+ 2y0= 4et+ x. n). x0− x + y0+ y = 0, x0+ 2x + y0+ 2y = 0. o). x0+ y0+ y = t, x0+ y0+ x + y = t2.

5.2.Tuliskanlah masing-masing persamaan diferensial order dua ber-ikut sistem persamaan diferensial yang ekuivalen dengannya.

a). 4y00− 16y0+ 2y = 0.

b). 4y00− 16y0+ 2y = e2t, dengan y(0) = 1, y0(0) = −2.

c). 4y00+ 16y0(1 − y2) = y0.

d). Persamaan massa-pegas teredam mx00+ px0+kx = 0 dengan x(0) =

xidan x0(0) = vi.

e). Persamaan massa-pegas tak-teredam dengan gaya luar mx00+ kx =

A sinωt.

f). Rangkaian Seri RLC Rq00+ Rq0+ q/C = E(t).

g). Persamaan pendulum LΘ00+ pΘ = 0 denganΘ(0) =Θi,Θ0(0) =

ωi.

h). Persamaan pendulum teredam LΘ00+ pΘ0+ g sinΘ = 0.

i). a2y00+ a1y0+ a0y = h(t). j). y00= f (t, y, y0)

k). Ujilah bahwa persamaan diferensial order dua a2(t)y00+ a1(t)y0+

a(0)y = h(t) ekuivalen dengan sistem persamaan diferensial order satu

y0= z

a2(t)z0= a0(t)y − a1(t)z + h(t). dengan cara sebagai berikut

Anggapalah y(t) merupakan solusi persamaan diferensial order dua. Tunjukkan bahwa (y, y0) penyelesaian sistem persamaan diferensial order satu.

Anggaplah (y, z) menyelesaikan sistem persamaan diferensial linie order satu. Tunjukkanlah bahwa y menyelesaikan persa-maan diferensial order dua.

5.3.Klasifikasikanlah masing-masing persamaan berikut setelah di-konversikan ke sistem persamaan diferensial:

a). 4y00− 16y0+ 2y = 0. b). 4y00− 16y0+ 2y = e2t. c). 4y00− 16y0(1 − y2) = y0. d). mx00+ px0+ kx = 0. e). mx00+ px0+ kx = A sinωt. f). mx00+ kx = A sinωt. g). Sistem mangsa-pemangsa F0= −(dFαR)F R0= (bRβF)R h). Sistem pendulum teredam

Θ0

Lω0= −g sinΘ− pω

i). Persamaan pendulum dengan gaya luar

LΘ00+ pΘ0g sinΘ = A sinπ/t

5.4.Tentukanlah solusi umum sistem persamaan diferensial yang me-menuhi nilai awal.

a). x0= 2x + 4y, y0= −4x + 2y dengan x(0) = 2, y(0) = −2.

b). x0= −x + 3y, y0= 3x − y dengan x(0) = 0, y(0) = 4.

d). x0= 5x/2 + 33y/2, y0= 33x/2 − y/2 dengan x(0) = 6, y(0) = 0.

e). x0= −4x − 5y, y0= x − 2y dengan x(0) = 0, y(0) = 0.

f). x0= −4x − 5y/2, y0= x − 2y dengan x(0) = 1, y(0) = −6.

g). x0= x/2 +3y/2, y0=3x/2 − y/2 dengan x(0) = 6, y(0) = 4.

h). x0= y, y0= x dengan x(0) = 1, y(0) = 0.

i). x0= y, my0= −kx dengan x(0) = xi, y(0) = 0. j). x0= y, my0= −kx dengan x(0) = 0, y(0) = yi.

k). x0= y, my0= −kx − py dengan x(0) = xi, y(0) = 0. l). x0= −x2, y0= −y.

m). x0= y + t, y0= x − 1 dengan x(0) = 2, y(0) = 1.

n). 3x0+3x = −2y+et, 4x−3y0+3y = 3t dengan x(0) = 1, y(0) = −1.

o). x0+ y0= 4y + 1, x + y0− 3y = t2dengan x(0) = 2, y(0) = −2.

5.5.Tunjukanlah bahwa pasangan fungsi berikut saling bebas linier.

a). (et, et) dan (e−2t, −e−2t).

b). (e3t, e3t) dan ((1 + t)e3t, (4 + 3t)e3t).

c). (et, 0) dan (e−2t, −e−2t).

5.6.Tentukanlah solusi umum sistem persamaan diferensial yang me-menuhi nilai awal.

a). x0= −4x+2y+15t, y0= −3x+3y−20 dengan x(0) = 3, y(0) = 4.

b). x0= −x + 3y − 8e−2t, y0= 3x − y + 12 dengan x(0) = 0, y(0) = 4.

c). x0= 2x + 4y − 2, y0= −4x + 2y + 4 dengan x(0) = 2, y(0) = −2.

d). x0= 4x + 4y − 24t, y0= 3x − 4y8 cos 2t dengan x(0) = 4, y(0) = 1.

e). x0= 52x +323y + 4, y0=323x −12y − 6t dengan x(0) = 6, y(0) =

0.

f). x0= −4x −52y + 1, y0= x − 2y − 1 dengan x(0) = 1, y(0) = −6.

g). x0= −4x +52y + 1, y0= x − 2y − 1 dengan x(0) = 0, y(0) = 0.

h). x0= y, my0= −kx + F sinωt dengan x(0) = xi, y(0) = 0. i). x0= y, my0= −kx + F sinωt dengan x(0) = 0, y(0) = yi.

j). x0= y, my0= −kx − py + Fe−t dengan x(0) = xi, y(0) = 0. k). x0= y, Ly0= −gx + 2 cosπt dengan x(0) = xi, y(0) = 0.

5.7.Selesaikanlah sistem persamaan diferensial berikut menggunakan teknik seperti pada contoh (5.3.2)

b). x00− 4x − 2y0+ y = t, 2x0+ x + y00= 0. c). 2x0+ y0− x = et, 3x0+ 2y0+ y = t. d). x00+ x − y00− y = − cos 2t, 2x0− y0− y = 0. e). x00− y0= 1 − t, x0+ 2y0= 4et+ x. f). x00− x + y0+ y = 0, x0+ 2x + y0+ 2y = 0. g). x0+ y0+ y = t, x00+ y00+ y0+ x + y = t2

Bab 6

Transformasi Laplace.

6.1 Definisi Dasar

Transfomasi L ( f ) dari fungsi f (t) didefinisikan oleh

L ( f ) =

Z

0 f (t)e−stdt (6.1)

untuk semua nilai s sedemikian hingga integral taktentu terdefinisi. Pada pelajaran kalkulus, integral taktentu (6.1) ini diselesaikan de-ngan pendekatan limit, yaitu

Z

0 f (t)e−stdt = lim m→∞

Z m

0 f (t)e−stdt (6.2)

Transformasi laplace yang didefinisikan di atas merupakan yakni jika fungsi f dan g memepunyai dan a, b konstanta sebarang maka berlaku

L (a f + bg) = aL ( f ) + bL (g). (6.3)

Selanjutnya, kita akan membahas dari contoh-contoh yang akan di-sajikan berbagai macam fungsi dan transfomasi Laplace-nya.

Contoh 6.1.1 Carilah transformasi Laplace dari fungsi a dengan a konstanta. Menggunakan definisi transfomasi Laplace diperoleh

L (a) = Z 0 ae−stdt (6.4) = a lim m→∞ Z m 0 e−stdt 123

= lim m→∞a se −sm+a s = a s, s > 0. (6.5) Contoh 6.1.2 Carilah transformasi Laplace dari fungsi eat dengan a konstanta. Menggunakan definisi transfomasi Laplace diperoleh

L (eat) = Z 0 eate−stdt (6.6) = lim m→∞ Z m 0 e(a−s)tdt = lim m→∞ Ã e(a−s)m a − s 1 a − s !

Limit persamaan terakhir tidak ada (limitnya menuju takhingga) untuk

a > s. Olehkarenanya, di atas terdefinisi untuk s > a. Jadi L (eat) = 1

s − a, s > a. (6.7) Contoh 6.1.3 Tentukanlah transformasi Laplace fungsi sin at dengan a konstanta.

Anggaplah s > 0, menerapkan definisi transformasi laplace untuk fungsi f (t) = sin at dan menggunakan teknik integral parsial meng-hasilkan

L (sin at) = lim m→∞ Z m 0 e−stsin atdt (6.8) = − lim m→∞ e−smsin at s + a sm→∞lim Z m 0 e−stcos atdt = − lim m→∞ ae−smcos at s2 + a s2a 2 s2 lim m→∞ Z m 0 e−stsin atdt = a s2a 2 s2L (sin at).

Persamaan terakhir ini menyatakan bahwa

L (sin at) = a

Dalam dokumen Persamaan Diferensial Biasa Pak Darmo (Halaman 124-135)

Dokumen terkait