• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAKARTA 2007 A. Latar Belakang Berdirinya Bamus Betawi

C. Peta Sosial Politik DKI Jakarta

Momentum reformasi yang bergulir secara nasional tampaknya juga memiliki impilikasi yang cukup signifikan dalam perkembangan politik di

7

http://www.jakarta.go.id, diakses pada tanggal 15 Desember 2010.

8

http://www.bps.co.id, berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000, diakses pada tanggal 10 November 2010.

daerah khususnya di DKI Jakarta. Membicarakan perihal DKI Jakarta sebagai pusat perpolitikan bagi politik Indonesia, dimana kegiatan politik didaerah-daerah berkaitan dengan peta politik di DKI Jakarta.

Uraian diatas menunjukan banyaknya partai politik yang menjadikan DKI Jakarta sebagai pusat kegiatan misalnya, terdapat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai politik seperti tergambar dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Nama Partai Politik dan Alamat Sekretaris di Tingkat Pusat.

No Urut Nama Partai Politik Alamat Dewan Pimpinan Pusat

1. Partai Demokrat (PD) Jl. Pemuda No. 712 Jakarta Timur.

Telp. 021 4755146.

2. Partai Golkar Jl. Anggrek Neli Murni, Slipi,

Jakarta Barat. Telp 021 5481618. 3. Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI P)

Jl . Lenteng Agung Jakarta Selatan. Telp 021 5416713.

4. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Jl. Anggrek Nelly Murni XI A Slipi Jakarta Barat. Telp 0215302222.

5. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Jl. Sukabumi No.23 Menteng Jakarta Pusat. Telp : 021 3155138. 6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jl. Mampang Prapatan Raya No.98

D, E, F Jakarta 12720.

7. Partai Amanat Nasional (PAN) Jl. Warung Buncit Raya No.17. Jakarta Selatan. Telp : 021 7975588.

8. Partai Hanura Jl. Proklamasi 69 Menteng, Jakarta

Pusat. Telp. 021 3921785.

9. Partai Gerindra Jl. Brawijaya IX No.1 Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan. 10. Partai Damai Sejahtera (PDS) Jl. Tirtayasa Raya No. 20

Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Telp: 021- 7220725.

Dari tabel data, kelihatan banyak partai politik yang menempatkan DKI Jakarta sebagai pusat pimpinannya saja. Kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia, dapat juga dikatakan sebagai barometer dan roda perputaran politik Indonesia.9 Selain DKI Jakarta memiliki fungsi kebijakan politik dan sekaligus sebagai Ibukota Propinsi, tidak mengherankan kalau banyak masyarakat daerah yang bermukim DKI Jakarta untuk mencari lapangan pekerjaan. Dalam sensus tahun 2000 tercatat sebanyak 8.324.707 jiwa,10 yang bermukim di DKI Jakarta ada mereka terdiri dari beberapa etnis, selain etnis Betawi antara lainnya terdapat etnis Jawa, Sunda, China, Batak, Minangkabau, Melayu, Bugis, Madura, Banten, Banjar dan lain-lain.

Mengingat banyaknya etnis yang menetap sebagai penduduk di DKI Jakarta, maka masing-masing etnis berbicara dengan bahasa etnisnya sendiri. Etnis Jakarta menggunakan bahasa Betawi, bahasa tersebut digunakan sebagai percakapan sehari-hari oleh etnis tersebut. Bahasa Betawi mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia, bahasa Betawi merupakan salah satu rumpun bahasa Melayu. Banyak istilah Melayu Sumatera ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam bahasa Betawi, seperti kata "niari" artinya untuk hari ini.11 Namun untuk berkomunikasi antara mereka digunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan antara etnis tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36, yang menyatakan.12

9

Lihat, ketika Pemilu 1997 kemenangan yang diraih oleh PPP sebagai pemenang dengan pemilih terbanyak setelah Golkar. Kemudian pada Pemilu 2004, PKS juga memperoleh urutan kedua setelah Golkar.

10

http://www.bps.co.id, berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000, diakses pada tanggal 10 November 2010.

11

http://myquran.com, diakses pada tanggal 5 Februari 2011.

12

Lihat UUD 45 Pasal 36, tentang Bahasa (Yogyakarta: Penerbit New Merah Putih, 2009), h. 46.

”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Dari ungkapan diatas membantu fungsi bahasa Indonesia adalah untuk mempermudah komunikasi antara etnis yang berasal dari daerah yang menggunakan bermacam-macam bahasa daerahnya. Pengertian etnis ialah segolongan masyarakat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.13 Pendapat lain dikemukakan Frederich Bart yang dikutip dari Rahmawati Harmen bahwa, istilah etnis menujukkan pada suatu kelompok tertentu yang kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut.14 Terkait pada sistem nilai budayanya, kelompok etnis ialah kelompok orang sebagai suatu populasi yang didalamnya populasi kelompok mereka tersebut, maupun melestarikan kelangsungan dengan cara berkembang biak yang mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akankebersamaan.

Dalam sistem sosial etnis mempunyai arti kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, bahasa dan sebagainya. Suatu kelompok etnis memiliki kesamaan dalam hal sejarah, bahasa, sistem nilai adat istiadat dan tradisi.

Banyaknya ragam jenis bahasa tersebut menjadi potensi tersendiri sebagai hasil dan potensi budaya masing-masing.

Sementara itu, bila ditinjau dari aspek agama yang dipeluk oleh masyarakat DKI Jakarta, mereka secara mayoritas beragama Islam. Namun ada juga yang memeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dalam masyarakat DKI Jakarta terdapat suatu tatanan masyarakat yang senantiasa mengembangkan semangat kebersamaan. Untuk memperkuat tali persaudaraan

13

Muhajir. Bahasa Betawi, sejarah dan perkembangannya (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000), h. 7.

14

Rahmawaty Harmen. Diskriminasi Etnis Minoritas di Malaysia (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002), h. 22.

individu-individu maupun dalam konteks komunitas masyarakat yang lebih besar, mereka tidak pernah membatasi diri dalam hal pergaulan. Termasuk diantaranya dalam hal hubungan antara berbagai penganut agama. Fenomena tersebut dapat dilihat dari masyarakat DKI Jakarta yang majemuk (Pluralisme), seperti disamping etnis Betawi, ada juga etnis dari berbagai daerah yang berdomisili di daerah tersebut dan masyarakat DKI Jakarta dinilai berdasarkan kebudayaan (Kulturalisme), seperti banyaknya etnis penduduk di DKI Jakarta tetapi mereka saling menjaga kebudayaannya masing-masing. Hal ini tercemin pada acara-acara pernikahan dan upacara kematian misalnya.

Keadaan tersebut membuat komunikasi antara masing-masing agama dan kebudayaan, berlangsung dengan damai tanpa adanya saling curiga mencurigai. Sehingga dengan demikian memungkinkan terciptanya kehidupan yang dinamis tanpa adanya konflik dalam bermasyarakat dan berpolitik. Sudah barang tentu semangat untuk saling bertoleransi diwujudkan dalam bentuk nyata, demikian juga dengan adanya Forum Lintas Agama, sehingga upaya untuk meredam konflik dapat diatasi.

Dokumen terkait