• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sawar Darah Otak Tikus pascacedera Kepala ABSTRAK

HASIL DAN ANALISIS

4.5 Status Oksidan MDA dan MPO Jaringan Otak

Pemeriksaan kadar MDA jaringan otak dilakukan dengan metode T- BAR yang diperiksa dengan sistem colotimetrik. Rerata dan SD kadar MDA jaringan tiap kelompok dapat dilihat dari Tabel 4.2.

Kelompok CK

Tabel 4.2 Rerata Uji Anova Kadar MDA Jaringan Otak

Kelompok Rerata kadar

MDA (µmol/L) SD (µmol/L)

p- value KONTROL 0.52922 0.129309 0,000 CK 2.50311 0.523366 CK + MELATONIN 0.95444 0.559810

Keterangan: Dengan menggunakan uji ANOVA, tampak bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar MDA (µmol/L) jaringan otak pascacedera kepala dengan pemberian Melatonin. Kelompok kontrol menunjukkan kadar MDA jaringan otak tikus tanpa pemberian apapun.

Kadar MDA total jaringan otak pascacedera kepala, dengan menggunakan analisis ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingan dengan cedera kepala+Melatonin, sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok perlakuan Melatonin akan memeberikan efek yang baik dalam menurunkan kadar MDA jaringan otak pascacedera kepala

.

Gambar 4.12 Gambar histogram rerata kadar MDA (µmol/L) jaringan otak pascacedera kepala dan setelah pemberian Melatonin. Tampak bahwa terdapat penurunan rerata kadar MDA (µmol/L) jaringan otak pascacedera kepala yang

Kelompok CK

mendapatkan paparan Melatonin secara signifikan (p<0.05).

Pemeriksaan MDA, dalam penelitian ini, juga dilakukan menggunakan metode imunohistokimia sekitar area cedera kepala. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat ekspresi MDA sel mikroglia jaringan otak model cedera kepala dengan paparan Melatonin.

Gambar 4.13 Gambaran imunohistokimia ekspresi MDA sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala (B) dan pemberian Melatonin (B). Tampak bahwa terdapat penurunan ekspresi MDA sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala yang mendapatkan paparan Melatonin (tanda panah). Gambar A, merupakan gambaran irisan jaringan otak, kelompok kontrol (normal) tanpa mendapatkan apupun. 1 skala = 0.01mm. MDA tampak terdistribusi pada mikroglia (Gambar 4.14), dengan menggunakan teknik imunostaining tampak bahwa paparan Melatonin pada tikus model cedera kepala akan menurunkan jumlah sel mikroglia yang mengekpresikan MDA (tanda panah).

Gambar 4.14 Gambar histogram rerata ekspresi MDA pada sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala dan pemberian Melatonin. Tampak bahwa terdapat penurunan ekspresi MDA pada sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala yang mendapatkan paparan melatonin secara signifikan (p<0.05).

Pemeriksaan MPO pada mikroglia, menggunakan teknik yang sama dengan MDA. Pemeriksaan MPO menggunakan antibodi spesifik terhadap MPO, yang divisualisasi menggunakan cromogen DAB. Hasil pembacaan menggunakan mikroskop, tampak bahwa sel-sel mikrogila pasca paparan cedera kepala menunjukkan ekspresi yang tinggi (Gambar 4.15).

Kelompok CK

Gambar 4.15 Gambaran imunohistokimia ekspresi MPO sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala (b) dan pemberian Melatonin (c). Tampak bahwa terdapat penurunan ekspresi MPO jaringan otak pascacedera kepala yang mendapatkan paparan Melatonin (tanda panah). Gambar A, merupakan gambaran irisan jaringan otak, kelompok kontrol (normal) tanpa mendapatkan apupun. 1 skala = 0.01mm.

Pada tampilan grafik, tampak bahwa dengan menggunakan analisis varian menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok. Dimana pemberian Melatonin pada kelompok paparan cedera kepala menunjukkan penurunan yang signifikan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa Melatonin dapat dikatakan menurunkan ekspresi MPO pada sel glia. Ekspresi ini akan menurun secara signifikan setelah pemberian Melatonin (Gambar 4.16).

B

C

Gambar 4.16 Gambar histogram rerata ekspresi MPO sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala dan pemberian Melatonin. Tampak bahwa terdapat ekspresi ekspresi MPO sel mikroglia jaringan otak pascacedera kepala yang mendapatkan paparan Melatonin secara signifikan (p<0.05).

Kelompok CK

BAB V PEMBAHASAN

Cedera kepala adalah penyebab utama kematian di bawah usia 40 akibat kecelakaan. Setiap tahunnya di negara-negara maju. Sekitar 10 juta orang berada di rumah sakit akibat cedera kepala, di seluruh dunia. Cedera kepala merupakan penyebab utama cedera mekanik sel otak dan juga memprakarsai kerusakan sekunder yang terjadi setelah terjadi kerusakan primer. Cedera nonmekanik sekunder bersifat progresif dan berlangsung dari jam pertama hari pertama setelah cedera kepala. Penelitian ini akan mengkaji penggunaan bahan Melatonin dalam mereduksi status oksidan dan hambatan pembentukan edema serebri pada model cedera kepala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah terdapat peran perbaikkan oleh Melatonin terhadap berbagai parameter terkait ekspresi MDA, MPO, VEGF dan AQP-4 serta gambaran histologis pada tikus model cedera kepala.

Hewan coba pada penelitian ini adalah Rattus norvegicus strain

Sprague Dawley, dengan rata-rata berat badan 290,07 (+10,48) gram dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap sebaran berat badan hewan model. Dengan demikian perbedaan ekspresi berbagi variabel terikat diharapkan merupakan pengaruh dari induksi cedera kepala maupun paparan Melatonin. Konsep cedera kepala merupakan jejas atau perlukaan jaringan otak bukan karena proses degeneratif atau bawaan

lahir, melainkan akibat dorongan dari luar yang dapat mengakibatkan penurunan ataupun perubahan status kesadaran.

Penelitian ini menggunakan model cedera kepala dengan cara Marmarou (Marmarou et al, 2009). Secara histologis, dilakukan pengamatan kondisi perdarahan, distribusi sel imunokompeten. Pemberian Melatonin dilakukan terhadap kelompok hewan model selama 3 kali dengan masing-masing dosis 2,5mg/kgBB pada 1 jam setelah induksi cedera kepala dan diulang setelah 12 jam kemudian sehingga dosis total 7,5mg/kgBB.

Hasil pemulasan rutin hematoxilen-eosin menunjukkan gambaran penurunan terhadap distribusi sel imunokompeten. Demikian juga gambaran dari luasan perdarahan menjadi mengecil setelah pemberian Melatonin pada model cedera kepala. Sebagai antiinflamasi, Melatonin diketahui mengurangi molekul adhesi dan sitokin pro-inflamasi serta menurunkan parameter awal inflamasi serum respon, ditandai dengan peningkatan bermakna TNF-α dan IL-1 dan IL6 oleh makrofag teraktivasi. TNF-α dan IL-1 serta IL6 dipercaya sebagai biomarker dari kejadian inflamasi. Hasil penelitian sejalan dengan hal tersebut. Pada pemulasan rutin didapati bahwa distribusi sel-sel imunokompeten area induksi cedera kepala terjadi penurunan.

Cedera kepala dapat memicu terjadinya berbagai mekanisme sehingga menyebabkan perlukaan sekunder yaitu edema serebri (Cooper,1985). Edema serebri adalah peningkatan akumulasi cairan otak

intraselular dan atau ekstraselular (Klatzo, 1967). Keadaan ini ditandai dengan pembengkakan jaringan otak sesuai dengan peningkatan progresif kadar cairan otak yang dapat terjadi karena iskemia (Ribeiro et al., 2006), trauma (Zador et al., 2007), tumor (Saadoun et al., 2002), dan inflamasi (Papadopoulos dan Verkman, 2005). Dengan menggunakan analisa area luka, menunjukkan penurunan yang berbeda (Gambar 4.1) pada kelompok induksi cedera kepala tanpa Melatonin dibandingkan dengan kelompok induksi cedera kepala yang diberi Melatonin.

Dokumen terkait