• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANATOMI KURIKULUM

A. Anatomi Kurikulum

3. Strategi Pelaksanaan Kurikulum

Komponen kurikulum yang ketiga menurut Tyler adalah, “How can these educational experiences be effec-tively organized?” yaitu bagaimana semua itu dapat di-organisir dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Sedangkan Meller dan Siller (1985:175), menyebutnya dengan teach-ing strategies/learnteach-ing experiences. Menurut Hasan (1988 komponen ini sebagai kegiatan (proses), dan sebagai hasil belajar. Mengacu pada pendapat tersebut, tampaknya strategi pelaksanaan kurikulum dapat dimasukan pada tataran konsep kurikulum sebagai kegiatan (proses). Hal ini sejalan dengan penjelasan Hasan (1988:34) bahwa pada hakekatnya dilihat dari sudut pengembangan kurikulum, kurikulum sebagai proses sebenarnya adalah implementasi kurikulum sebagai rencana.

Pandangan bahwa ilmpelentasi kurikulum sebagai proses dapat juga dilihat dari berbagai pengertian implementasi kurikulum yang dikemukakan oleh bebertapa pakar. Beaucham (1975:164) menyatakan bahwa implementasi kurikulum adalah: “putting the curriculum to work”. Pengertian membawa kurikulum ke dalam bentuk kerja tersebut tidak lain adalah merupakan penerapan atau pelaksanaan konsep kurikulum. Fullan (1982: 54) lebih

tegas sebagaimana definisi implementasi kurikulum yang dikemukakannya, bahwa “implementation as the process of putting into the practice an idea, program, or set of activities new to the people attempting or expected to change”. Dalam definisi ini Fullan memandang implementasi sebagai sebuah “proses” menerapkan sebuah ide atau program baru dengan harapan akan terjadi sebuah perubahan. Pandangan yang senada dikemukakan oleh Leithwood (1982:253), ia mendefinisikan implementasi sebagai “a pro-cess of behavioral change in direction suggested by the innova-tion, occurring in stages, over time, if obstacles to such growth are overcome”. Di samping itu ia menjelasakan bahwa implementasi kurikulum: “involves reducing the differences between exiting practices and practices suggested by the inno-vation”.

Dalam tataran praktis makna implementasi kurikulum dimaknai oleh Sylor dan Alexander (1974:245) sebagai kegiatan pembelajaran (instruction). Hal ini sebagaimana definisi Pembelajaran (instruction) yang dikemukakannya, yakni: “the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student-teacher interaction in school setting”.

Beberapa definisi di atas menyatakan bahwa im-plementasi disamping dipandang sebagai sebuah proses, implementasi juga dipandang sebagai penerapan sebuah inovasi dan senantiasa melahirkan adanya perubahan ke arah inovasi atau perbaikan, implementasi dapat ber-langsung terus menerus sepanjang waktu, implementasi harus dapat menyelesaikan perbe-daan antara praktek yang diharapkan dengan kenyataan.

Berangkat dari berbagai pengertian implementasi kurikulum , Miller & Seller (1985:246-247) menyimpulkan,

bahwa pada dasarnya ada tiga pendekatan dalam men-definisikan istilah “implementation”, yakni: Pertama, Implementasi didefinisikan sebagai sebuah perstiwa (event). Peristiwa itu terjadi, sebagai sebuah aktivitas pengembangan profesional, ketika sebuah dokumen pro-gram baru didistribusikan kepada guru; Kedua, im-plementasi dipandang sebagai proses interaksi antara pe-ngembang kurikulum dengan para guru. Proses interaksi itu berlangsung ketika pengembang kurikulum ingin melaksanakan sebuah konsep baru dan meminta kepada para guru untuk mengujicobanya dan memberikan masukan guna menyempurnaan konsep kurikulum baru tersebut; Ketiga, implementasi kurikulum dipandang sebagai komponen yang terpisah dalam siklus kurikulum. Dalam rangka pengembangan dan adopsi sebuah program baru, diperlukan sebuah perencanaan yang terorganisir, yang memerlukan pengkajian terhadap berbagai alternatif, sumber dan strategi. Sebuah program baru pertama kali digambarkan dan dijabarkan, kemudian dipresen-tasikan kepada guru dalam bentuk dokumen.

Dalam praktek penerapan kurikulum di Indonesia strategi implementasi adalah merupakan sejumlah pedoman penjabaran atau pengembangan kurikulum di bawahnya. Dengan demikian pengembangan kurikulum pada tataran instruksional dalam bentuk pengembangan desain perencanaan pembelajaran adalah merupakan bentuk implementasi dari kurikulum setiap mata pelajaran. Penjabaran kurikulum dalam bentuk mata pelajaran adalah merupakan bentuk implementasi kurikulum tingkat institutsional. Begitu juga pengembangan kurikulum pada tingkat institusional adalah merupakan pengembangan atau impelementasi dari kurikulum tingkat nasional.

Pada dekade terakhir ini kita mengenal KTSP yang pada dasarnya adalah bentuk implementasi atau pen-jabaran dari kurikulum kurikulum tingkat nasional yang dirumuskan dalam bentuk “standar komopetensi” dan “standar isi/materi”, dan “stadar hasil/evaluasi” serta “kompetensi-komtensi dasar” yang terdapat dalam setiap materi pelajaran. Dalam hal ini, sesuai dengan namananya (KTSP), maka strategi implementasi kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisional masing-masing satuan pendidikan di mana kurikulum tersebut dilaksnakan. Akan tetapi, meskipun demikian, strategi implementasi yang dikembangkan di satuan pendidikan manapun, secara umum harus tetap mengacu pada kaedah-kaedah, konsep-konsep dan teori-teori yang dipandang tepat untuk setiap kondisi jenjang dan jenis pendidikan yang bersangkutan.

Syaodih (1980), Joni (1995) mengemukakan bahwa dalam proses implementasi setidaknya ada tiga tahapan atau langkah yang harus dilaksanakan, yaitu: tahap peren-canaan, pelaksanaan, dan evaluasi kulminasi. Sedangkan Joni (1995) juga mengemukakan tiga tahapan atau langkah yang harus dilakukan, yaitu: tahap perencanaan, pe-laksanaan, dan kulminasi. Kedua pendapat ini meskipun memiliki istilah yang berbeda untuk tahapan ketiga, namun pada intinya dilihat dari segi maksud dan isinya tidak berbeda, sebab dalam kulminasi kegiatan utamanya adalah evaluasi dan evaluasi pada hakekatnya merupakan kegiatan kulminasi.

Realisasi aspek-aspek perencanaan di atas dapat diwujudkan dalam bentuk perencanaan tertulis dan tidak tertulis. Perencanaan tidak tertulis adalah perecanaan dalam bentuk kesiapan mental dan ilmu pengetahuan (baik

berupa ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan materi pembelajaran maupun ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan berbagai ilmu terkait sebagai wawasan). Sedangkan persiapan tertulis adalah persiapan yang berbentuk dokumen tertulis yang secara praktis persiapan tertulis yang harus dipersiapkan untuk penerapan kurikulum meliputi menurut pedoman proses pembelajaran meliputi: pembuatan Analisis Materi Pembelajaran (AMP), Rencana Pembelajaran, dan berbagai perangkat pembelajaran, seperti lembar kerja siswa dan lembar evaluasi. Atau berdasarkan tuntutan kurikulum KBK sekarang, setidaknya harus direncanakan mulai dari rekayasa silabus, pengembangan skenario pembelajaran, dan prangkat pembelajaran lainnya, seperti lembar kerja siswa dan lembar evaluasi. Pelaksanaan adalah merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang ditempuh, baik me-nyangkut pengaturan penyampaian informasi, pengaturan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Sebagai tahapan terakhir dari kegiatan implementasi kurikulum dituntut adanya ketuntasan aktivitas dan keterukuran hasil yang dicapai. Oleh karena itu pada tahap ini diperlukan adanya kegiatan evaluasi.