Model pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang sangat menyenangkan, dimana dua siswa menjadi tamu dan dua siswa menjadi informan. TSTS yang sering
disebut ―dua tinggal dua tamu‖
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada
tahun 1992. Menurut Slavin (Isjoni,
2011:15) ―In cooperative learning methods,
students work together in four member teams
to master material initially presented by the teacher‖. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok- kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil yang saling
bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan‖.
Menurut Lie (2002:60-61) model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar
memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal. Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Menurut Agus Suprijono (2012:93) strategi Two Stay Two Stray atau strategi dua tinggal dua tamu adalah strategi yang dapat mendorong
anggota kelompok untuk memperoleh
konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa.
B.LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TWO STAY TWO STRAY
Model pembelajaran two stay two stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran dan
tingkatan usia siswa. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.
Pembelajaran kooperatif model TSTS
terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing- masing anggota 4 siswa.
2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan
indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran
menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap- tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah
tersebut bersama-sama anggota
kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-
masing kelompok meninggalkan
kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 4.Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan
kelompok lainnya. Kemudian guru
membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSTS.
Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dari hasil
pembelajaran dengan model TSTS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian
penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Kelebihan Dan Kekurangan Model
TSTS
Adapun kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut: (a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan; (b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna; (c) Lebih berorientasi pada keaktifan; (d)
Diharapkan siswa akan berani
mengungkapkan pendapatnya; (e)
Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa; (f) Kemampuan berbicara siswa
dapat ditingkatka; g) Membantu
belajar. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray antara lain, yaitu: (a) membutuhkan waktu yang lama; (b) siswacenderung tidak mau belajar dalam kelompok; (c) bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga); (d) guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas. Untuk
mengatasi kekurangan pembelajaran
kooperatif model TSTS, maka sebelum
pembelajara guru terlebih dahulu
mempersiapkan dan membentuk kelompok- kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki- laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu
kelompok terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya
dari kelompok kemampuan akademis
kurang. Pembentukan kelompok heterogen
memberikan kesempatan untuksaling
mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang
berkemampuan akademis tinggi yang
diharapkan bisa membantu anggota
kelompok yang lain.
C. MOTIVASI BELAJAR
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Menurut Clayton
Alderfer (dalam Nashar,2004:42). Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein, 1991; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (1996) yang dapat kita lakukan
adalah mengidentifikasi beberapa
indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi
kegiatan; 2) Frekuensi kegiatan; 3)
Presistensinya pada tujuan kegiatan; 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan; 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; 7) Tingkat kualifikasi prestasi; 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Santrok (2008:510) bahwa motivasi adalah proses
yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Adapun pendapat
menurut Sardiman (2007:73) adalah daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selanjutnya menurut Mc. Donald (dalam Sardiman:2007:73), motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
―felling‖ dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian motivasi dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan yang memberikan arah dalam kegiatan belajar. Sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan maksimal. Menurut (Azwar, 1995) Perubahan motivasi yang diperoleh berdasarkan pendekatan komunikasi juga dapat dilihat melalui perubahan sikap yang ditimbulkan.
Belajar ada sejak manusia dilahirkan sampai usia lanjut, dalam kehidupan
seharihari manusia banyak melakukan
kegiatan yang sebenarnya merupakan suatu gejala belajar. Menurut Slameto (2010: 2),
―belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya.‖Hal ini menunjukkan
bahwa jika seseorang melakukan gejala belajar dengan baik maka terjadi proses perubahan sebagai hasil belajar dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Dari pengertian motivasi dan belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang terdapat dalam diri siswa yang
mendorong, memantapkan, dan
mengarahkan untuk melakukan aktivitas pada kegiatan belajar siswa sebagai hasil pengalamanya sendiri guna mencapai suatu tujuan
(kebutuhan) dan memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru. Motivasi juga bisa disebut sebagai penumbuh gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Dengan motivasi yang kuat, siswa akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar dan mencapai prestasi yang
tinggi. Siswa yang motivasi
berprestasinyatinggi akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila: a) Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keinginannya untuk berhasil; b) Tugas-tugas di dalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberi kesempatan untuk berhasil.
D. MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR IPS MELALUI MODEL