HEAD TOGETHER) TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA PADA ANAK USIA DIN
PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATEMATIKA MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA
Rissa Prima Kurniawati, S.Pd., M.Pd.
IKIP PGRI Madiun
rissaprimakurniawati14@gmail.com
Abstrak
Matematika seringkali dianggap sebagai pelajaran yang kurang diminati oleh beberapa siswa. Akibatnya siswa tersebut kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Seperti pada siswa kelas satu sekolah dasar, mereka seringkali mengalami kesulitan membilang, menjumlahkan, dan mengurangkan bilangan. Untuk itu, kita sebagai guru harus memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan karakter positif yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, kemampuan, dan ketrampilan siswa, seperti permainan ular tangga. Melalui permainan ular tangga ini, guru dapat mengajarkan karakter positif dan menyampaikan pesan moral serta secara langsung atau tidak langsung akan melahirkan kepekaan terhadap semua input yang masuk pada siswa. Hal ini memiliki pengaruh yang besar untuk menumbuhkan karakter siswa agar mampu berfikir dan bersikap. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji tentang pendidikan karakter dan pesan moral pada pelajaran matematika melalui permainan ular tangga.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Matematika
Abstract
Mathematics is often considered as subjects less attractive to some students. As a result, these students do not understand the material being taught by the teacher. As in the first grade students of elementary school, they often have difficulty counting, adding , and subtractnumbers. For that, we as teachers need to provide a fun learning and to grow positive character by using interesting learning media, stimulate the mind, feelings, concerns, abilities, and skills of the students, like a game of snakes and ladders. Through these snakes and ladders game, the teacher can teach positive character and moral message, directly or indirectly, will give birth to a sensitivity to all of the inputs to the applicant. It has a great influence to foster students' character to be able to think and behave. Therefore, this paper will examine about character education and moral message to math instruction through the game of snakes and ladders.
Keywords: Character Education, Mathematic Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terus
berkembang pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak
pada masyarakat. Dalam rangka
memujudkan masyarakat yang berkualitas maka perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi haruslah diimbangi dengan
peningkatan kualitas di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sarana untuk membangun masyarakat menjadi lebih baik lagi. Pendidikan juga merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan siswa-siswi yang memiliki
membangun peradaban yang unggul. Sehingga peningkatan kualitas di bidang pendidikan harus terus dilakukan oleh pemerintah, guru, dan masyarakat serta
elemen-elemen pendidikan.Peningkatan
kualitas pendidikan tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga pada aspek pendidikan karakter siswa. Upaya ini dilakukan untuk
mengurangi perilaku-perilaku yang
menyimpang yang dilakukan oleh siswa. Banyak siswa sering melakukan perilaku yang jelek seperti seks bebas, tawuran, membuat geng-geng seperti geng motor, narkoba, minuman keras, dan lain-lain. Perilaku-perilaku yang jelek ini cenderung merugikan siswa lain dan masyarakat. Kenyataan ini sudah cukup menjadi bukti untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Penanaman karakter yang baik pada diri siswa harus dilakukan secara terus- menerus oleh semua elemen sekolah seperti guru matematika.
Matematika memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan suatu sarana untuk membangun karakter bangsa. Matematika penting bagi siapa saja. Setiap orang dari berbagai profesi memerlukan matematika, karena bidang matematika berkaitan dengan bidang studi lain, misalnya ekonomi dan
fisika. Sujono mengemukakan bahwa
matematika merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik (Fathani, 2009:19). Selain
itu, matematika adalah ilmu tentang
penalaran dan masalah yang berhubungan dengan bilangan serta ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide. Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan tentang penalaran dan berhubungan dengan bilangan.
Matematika seringkali dianggap
sebagai pelajaran yang kurang diminati oleh beberapa siswa. Akibatnya siswa tersebut kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru. Seperti pada siswa kelas satu sekolah dasar, Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah, biasanya guru hanya menerangkan materi dan memberikan soal, serta jarang menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan, serta dapat memberikan karakter yang baik bagi siswa. Selain memerlukan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan, guru dalam
mengajar juga memerlukan media
pembelajaran yang dapat memberikan
pendidikan karakter yang lebih baik bagi siswa. Media pembelajaran ini berguna
untuk mempermudah siswa dalam
memahami materi matematika. Untuk itu, kita sebagai guru harus memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan karakter positif yaitu dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, kemampuan, dan ketrampilan
siswa, seperti permainan ular tangga.
Sehingga pembelajaran matematika
diharapkan tidak hanya mampu
mengantarkan siswa untuk meningkatkan keberhasilan belajar matematika, tetapi juga adanya perubahan sikap dan karakter siswa. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba mengkaji tentang pendidikan karakter dan pesan moral pada pelajaran matematika melalui permainan ular tangga.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sekarang ini telah menjadi isu dalam bidang pendidikan. Dengan memberikan pendidikan karakter diharapkan siswa mampu bersaing, beretika, bermoral, memiliki sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat. Karakter
adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebijakan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Hasan dkk, 2010:3). Dalam pandangan ini, karakter dapat dikatakan sebagai sebuah dasar pijakan dari segala hal sebagai pedoman dan sumber dalam cara berpikir, bersikap, maupun bertindak dan melakukan keputusan tertentu.
Zubaedi (2011:11) berpendapat
bahwa Character is the sum of all the
qualities that make you who you are. It‘s
your values, your thoughts, your words,
your actions. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan watak, yaitu sifat batin
manusia yang mempengaruhi segenap
pikiran dan tingkah laku atau kepribadian. Dengan demikian, karakter dapat disebut sebagai tabiat atau watak seseorang yang telah terbentuk dalam proses kehidupan oleh sejumlah nilai-nilai etis dimilikinya, berupa
pola pikir, sikap, dan perilakunya.
Pengembangan karakter dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai etika dasar (core ethical values) sebagai basis bagi karakter yang baik. Tujuannya adalah terbentuknya karakter yang baik. Indikator karakter yang baik terdiri dari pemahaman dan kepedulian pada nilai-nilai etika dasar, serta tindakan atas dasar inti nilai etika yang murni.
Menurut Megawangi (2007: 93), pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik siswa agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan
mengaplikasikan hal tersebut dalam
kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka dapat memberikan nilai yang positif kepada lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah suatu usaha untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai karakter pada
siswa yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter dimaknai
sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai- nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang relegius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Pendidikan karakter merupakan
sebuah upaya untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berkarakter kuat Pekerti luhur dan berwatak bangsa yaitu sesuai dengan falsafah Pancasila.
Zuhriyah (2008: 19) mengatakan bahwa pendidikan karakter sama dengan pendidikan budi pekerti. Dimana tujuan budi pekerti adalah untuk mengembangkan watak
atau tabi‘at siswa dengan cara menghayati
nilai-nilai keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, dan kerjasama yang menekankan ranah efektif (perasaan, sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir
rasional) dan ranah psikomotorik
(ketrampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat dan kerjasama).
Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika terlah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan dalam hidupnya. Tujuan Pendidikan karakter yang pertama adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Tujuan pendidikan karakter yang kedua adalah mendorong lahirnya siswa yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak- anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup.
Seluruh pendidikan di Indonesia harus menyisipkan nilai-nilai pendidikan berkarakter kepada para siswa dalam proses
pendidikannya. Beberapa nilai-nilai
pendidikan karakter (Syaifudien, 2014), yaitu:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, saling menghormati terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
k. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
l. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
m. Peduli Lingkungan dan Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, serta selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
n. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Dengan belajar, kita
mendapatkan berbagai informasi dan
pengetahuan. Slameto (1991:2),
mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan perubahan dalam jangka waktu yang panjang. Belajar melibatkan perubahan kognitif yang direfleksikan dalam perubahan tingkah laku. Belajar tidak hanya sekedar merupakan proses pertumbuhan, tetapi
melibatkan perubahan kognitif yang
terefleksi pada perubahan perilaku.
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari
pengalaman (Hitipeuw, 2008:1). Yang dimaksud perubahan perilaku dalam diri seseorang adalah suatu proses menjadi lebih baik. Perubahan tersebut dapat diamati hasilnya dalam bentuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Gagne
(dalam Sagala, 2006:13), ―belajar adalah
sebagai suatu proses dimana suatu
organisma yang berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman‖. Sedangkan
menurut Jersild (dalam Sagala, 2006:12),
―belajar adalah modification of behaviour through experience and training yaitu
perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena
pengalaman dan latihan atau karena
mengalami latihan‖. Sehingga belajar dapat dikatakan perubahan tingkah laku dalam dirinya dan perubahan itu dapat diamati dan berlangsung lama. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu yang relatif lama itu disertai usaha siswa tersebut sehingga siswa tersebut dari yang tidak mampu
mengerjakan sesuatu menjadi mampu
mengerjakannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu
merupakan proses belajar, sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri
merupakan hasil belajar. Dengan demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
Sujono (dalam Fathani, 2009:19)
mengemukakan beberapa pengertian
matematika, diantaranya, matematika
diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang eksak dan terorganisir secara
sistematik. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide dan matematika itu keharmonisan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
matematika pada hakekatnya merupakan
ilmu yang berkenaan dengan ilmu
sistematik, ide-ide, aturan-aturan, struktur- struktur yang logik, serta penalaran logik.
Pembelajaran didefinisikan sebagai suatu proses interaksi antara siswa dan guru, yang berada dalam situasi pendidikan yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu tujuan pembelajaran, guru yang mengajar, peserta didik yang diajar, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran (Hamalik, 1993:104).
Pembelajaran juga merupakan upaya
sistematis untuk membuat peserta didik melaksanakan kegiatan belajar agar mereka mengubah, mengembangkan sikap, dan perilaku mereka menjadi lebih baik. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dan guru, guru melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan mendorong dan
memotivasi siswa, serta menyediakan
fasilitas dan lingkungan yang kondusif agar siswa lebih giat serta semangat dalam belajar.
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman dan penalaran tentang konsep dan pengertian pada pelajaran
matematika. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melalui
pengalaman tentang sifat-sifat dari
sekumpulan objek. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi
tentang konsep dan pengertian pada
pelajaran matematika.
Permainan Ular Tangga
Permainan ular tangga merupakan bagian dari permainan tradisional di Indonesia. Permainan ini ringan, sederhana,
mendidik, menghibur, dan sangat
berinteraktif jika dimainkan bersama – sama. Permainan ular tangga adalah permainan anak-anak yang terbuat dari papan atau karton yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa
kotak digambar sejumlah ―tangga‖ atau ―ular‖ yang menghubungkannya dengan kotak lain. Untuk bermain ular tangga diperlukan sebuah dadu. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila bukan angka 6 yang didapat, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.
Manfaat permainan ular tangga adalah mengenal kalah dan menang, belajar
bekerja sama dan menunggu giliran, mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan, merangsang anak belajar matematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular tangga dan menghitung titik-titik yang terdapat pada dadu, dan belajar memecahkan masalah. Keunggulan dari permainan ular tangga adalah media permainan ular tangga dapat
dipergunakan di dalam kegiatan
belajar mengajar karena kegiatan ini
menyenangkan sehingga anak tertarik
untuk belajar sambil bermain, anak dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara langsung, permainan ular tangga
dapat dipergunakan untuk membantu
mengembangkan kecerdasan logika
metematika anak, permainan ular tangga dapat merangsang anak belajar memecahkan masalah sederhana tanpa disadari oleh anak, permainan ular tangga dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan membantu siswa dalam belajar berhitung.
Adapun kelemahannya antara lain
pnggunaan media permainan ular tangga memerlukan banyak waktu, kurangnya pemahaman aturan permainan oleh anak dapat menimbulkan kericuhan, dan untuk anak yang kurang menguasai materi dengan baik akan mengalami kesulitan dalam bermain.
Pendidikan Karakter Pada Matematika Melalui Permainan Ular Tangga
Matematika merupakan ilmu abstrak. Terkadang masih ada siswa yang merasa
kesulitan dalam belajar matematika
misalnya dalam konsep penjumlahan
bilangan dan menjumlahkan bilangan.
Berkaitan hal tersebut, siswa mulai
mengenal membilang dan konsep
penjumlahan serta pengurangan ketika berada di kelas 1 di sekolah dasar. Siswa belajar untuk membilang, penjumlahan, dan mengurangkan bilangan 1 hingga 50. Sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pertanyaan ini secara langsung karena masalah ini masih dalam bentuk yang abstrak. Guru harus mengubahnya menjadi konteks nyata yang mudah bagi siswa untuk mengerti. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang nyata dan mengasyikkan, misalnya permainan ular tangga.
Permainan ular tangga adalah
permainan yang dapat dimainkan oleh dua sampai empat orang siswa. Setiap siswa memiliki bidak, dan dia mendapatkan
kesempatan secara bergiliran untuk
mengocok dadu. Setiap angka yang keluar dari mata dadu, maka siswa diperbolehkan melangkah maju sejumlah angka tersebut. Jika bidak mereka berada di dasar tangga maka bidak tersebut akan menaiki tangga dan berhenti di posisi berakhirnya tangga tersebut. Sebaliknya jika saat melangkah, bidak tersebut berhenti di ekor ular maka harus turun kebawah sampai di tempat kepala ular. Jadi mereka akan menggunakan
proses matematika dalam permainan ini
yaitu membilang, penjumlahan, dan
pengurangan. Berikut contoh permasalahan dalam permainan ular tangga
1. Bidak seorang siswa berada di angka 14, kemudian dia melempar dadu dan mendapat angka 4, maka ia
menggerakkan bidak maju 4
langkah. Di angka berapa bidak tersebut akan berhenti?
Maka siswa tadi akan menjumlahkan angka 14 dan 4, sehingga bidak siswa tadi berada di angka 18.
2. Bidak seorang siswa berada di angka 20, kemudian dia melempar dadu dan mendapat anggka 3, jadi ia
menggerakkan bidak maju 3
langkah. Ternyata siswa tersebut berhenti pada anak tangga sehingga
bidaknya menaiki anak tangga
hingga di angka 44. Jadi berapa angka yang menjadi bonus bagi siswa tersebut?
Maka siswa tadi akan menjumlahkan angka 20 dan 3, sehingga bidak siswa tadi berada di angka 23. Dari permasalahan tersebut siswa mendapatkan bidaknya berhenti pada angka 23. Namun bidak tersebut berada pada anak tangga maka harus naik ke angka 44.
Sehingga angka yang menjadi bonus bagi siswa tersebut adalah 44−23 = 21.
3. Bidak seorang siswa berada di angka 34. Kemudian ia melepar dadu dan
mendapatkan angka 4. Namun bidak siswa tersebut berhenti pada ekor ular sehingga bidak tersebut harus kembali turun sampai angka 24. Jadi berapa banyak angka yang terbuang?
Dari permasalahan tersebut, langkah
pertama siswa akan menjumlahkan 34 dan 4, hasilnya 38. Kemudian bidaknya berhenti pada angka 38. Namun karena bidak tersebut berhenti pada ekor ular maka bidak tersebut harus turun kembali ke angka 24. Langkah kedua siswa akan mengurangkan angka 38 dengan 24, sehingga angka yang terbuang 38−24 = 14.
Permaian ular tangga diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep membilang, penjumlahan, dan pengurangan bilangan. Hal ini akan lebih menarik bagi siswa karena mereka dapat melakukan aktivitas matematika, selain itu semua siswa
akan aktif dalam aktivitas belajar.
Permainan ular tangga sangat tepat untuk media pembelajaran dalam mengkontruksi pengalaman belajar siswa dan cocok dalam
mengembangkan karakter siswa yaitu
pertama nilai kejujuran, permainan ini melatih siswa untuk melakukan tindakan yang sportif tanpa memanipulasi dan menipu. Kedua disiplin, dalam permainan ular tangga melatih siswa untuk disiplin, taat, dan patuh pada tata tertib permainan. Ketiga kerja keras, untuk mendapatkan kemenangan pada permainan ular tangga ini, siswa harus bekerja keras dalam mengatasi
berbagai hambatan. Keempat toleransi, permainan ini melatih siswa untuk saling menghormati dan menghargai antar siswa. Selain itu dapat melatih siswa dalam
menghadapi sebuah kegagalan dan
kemenangan.
Kesimpulan
Pendidikan karakter sangat penting dalam menciptakan generasi penerus yang berbudi luhur. Dengan pendidikan karakter diharapkan siswa mampu bersaing, beretika, bermoral, memiliki sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam hal ini, peran seorang guru sangat penting dalam
mengembangkan karakter pada siswa,
terutama pada pelajaran matematika. Untuk
mempermudah dalam mempelajari
matematika, maka diperlukan suatu media pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai