HEAD TOGETHER) TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA PADA ANAK USIA DIN
PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ASRAMA
Mempertimbangkan signifikansi dari sistem pendidikan asrama yang telah
disebutkan, faktor penentu yang
berkontribusi kepada model pendidikan asrama layak untuk dibahas lebih lanjut. Mari pertama kita melirik pada penelitian oleh Takahashi & Majima, berfokus pada aspek sosial yang dijelaskan sebagai berikut.
Takahashi & Majima (1994)
melakukan penelitian yang meneliti
bagaimana kerangka awal pembentukan
hubungan sosial dari individu siswa
mempengaruhi penyesuaian transisi dari rumah ke asrama kampus. Berdasarkan pengukuran awal, 23 siswa yang dominan bersama dengan orang yang berusia sama
dan 14 siswa yang lebih cenderung bersama keluarga dipilih dan dibandingkan dalam hal bagaimana hubungan sosial baru mereka
terbentuk dan bagaimana penyesuaian
mereka didukung oleh pembentukan awal dan atau hubungan baru. Seperti yang diperkirakan, siswa yang dominan bersama
orang yang seumuran lebih mudah
mengembangkan hubungan dengan orang baru yang juga seumuran dan dilaporkan bahwa mereka tidak terlalu mengalami kesulitan dalam membuat transisi daripada
rekan-rekan mereka yang cenderung
bersama keluarga.
Dari hasil penelitian, tidak dapat
diragukan lagi bahwa manajemen
pendidikan asrama merupakan suatu hal yang penting untuk membangun hubungan sosial antara siswa yang tinggal di satu asrama. Dengan kata lain,model pendidikan asrama menunjukkan hubungan sosial di antara peserta didik, yang bisa didapatkan dengan merancang kegiatan atau program untuk pelajar di mana mereka dapat terlibat . Selain itu, program ini harus menuntut peserta didik untuk memenuhi persyaratan ini: siswa saling mengenal satu sama lain, siswa belajar untuk saling menghormati, warga belajar untuk berkomunikasi satu sama lain dan berinteraksi secara positif. Dengan demikian, tujuan untuk membangun komunitas yang positif akan terjadi.
Proses pendidikan atau pembelajaran tidak akan berfungsi dengan baik jika guru
tidak mampu berkomunikasi dengan peserta didik. Oleh karena itu, guru harus memiliki
kemampuan untuk berasosiasi atau
berkomunikasi dengan siswa. Guru juga harus mampu berkomunikasi dengan sesama pendidik, staf, orang tua atau wali murid,
dan masyarakat. Kemampuan tersebut
adalah apa yang sering disebut kompetensi sosial guru. Sanusi (1991) mengungkapkan
bahwa "kompetensi sosial mencakup
kemampuan untuk beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan dan lingkungan sebagai guru". Menurut Permendiknas 16, 2007 seorang guru yang memiliki kompetensi sosial harus mampu; berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi
fungsional, berinteraksi secara efektif dengan siswa, sesama guru, staf, dan orang tua atau wali siswa, berinteraksi dengan sopan dengan masyarakat sekitarnya dan, dan bersimpati. Contoh aktivitas yang
membantu calon guru memperoleh
kompetensi sosial mereka adalah out-bound
atau mengikuti program yang dapat
membangun kerja sama tim dan kompetensi sosial lainnya. Program lain adalah Asosiasi asrama, Badan Eksekutif Mahasiswa, dan lain lain. Organisasi ini akan memberikan
kesempatan kepada mereka untuk
mendapatkan jiwa kepemimpinan. Selain itu juga membuka peluang mereka untuk bersosialisasi secara luas dan membantu dalam perencanaan acara kampus. Menjadi
bagian dari sebuah organisasi, mereka akan
bertemu orang-orang dengan berbagai
karakter. Ini membantu mereka untuk belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan berbagai macam karakter orang. Seorang guru yang baik harus mampu berkomunikasi secara efektif kepada siswa , rekan-rekan , dan masyarakat . Di kelas , guru memiliki beberapa peran yaitu sebagai motivator , pengorganisasi , fasilitator , informatory , dan konselor . Mengenai
peran-peran penting , guru harus
mempanyuai cara yang tepat untuk
berkomunikasi dengan orang lain .
Membangun keterampilan komunikasi
bukanlah hal yang mudah bagi semua orang . Disini , pendidikan berbasis asrama
menawarkan program seperti diskusi
mingguan , ekstrakurikuler debat bahasa Inggris dan kompetisi skill berkomunikasi ( story telling , lomba pidato , debat ) antara ruang dalam asrama. Selanjutnya ,
pendidikan asrama akan memberikan
pelatihan dan workshop untuk menjadi pembicara publik yang baik . pendidikan asrama juga akan mengadakan program amal setahun sekali . Dalam program ini , calon guru diminta untuk pergi ke sekolah di daerah terpencil , kemudian mengajar siswa , memberi mereka makanan dan peralatan
sekolah . Tindakan ini baik untuk
membangun sensitivitas mereka kepada orang lain .
Kedua, mengarah tentang
perkembangan kepribadian guru, sistem
pendidikan asrama yang baik harus
memberikankegiatan yang padat, namun
konstruktif, menantang, menarik.
Sehinggacalon guru dapat membangun sikap kemandirian , tanggung jawab, berpikiran terbuka , kepemimpinan , dll.Salah satu contoh yang telah diterapkan oleh Universitas Harvard, salah satu universitas
terbaik di dunia untuk keberhasilan
akademis dan keunggulan sistem asramanya .
"Dengan lebih dari 400 organisasi mahasiswa resmi termasuk ekstrakurikuler,
ko-kurikuler dan olahraga, mahasiswa
Harvard aktif di dalam dan di luar kampus. Apakah di bermain di lapangan stadion Harvard atau bersorak pada pertandingan olahraga di Harvard, menjadi relawan
melalui organisasi seperti PBHA ,
mendorong kegiatan kewirausahaan di laboratorium inovasi Harvard , menulis atau mengedit Harvard Crimson atau Harvard Lampoon , atau meneliti di salah satu dari banyak laboratorium." (Web-5)
Siswa Harvard terus belajar dan sibuk di sebagian besar waktu mereka. Kegiatan mereka pasti akan memberikan kesempatan yang akan menantang dan mendukung pengembangan setiap siswa karena mereka akan matang secara bertahap di pikiran dan tindakanmereka. Terinspirasi oleh ini, pendidikan asrama di Indonesia
yang disiapkan untuk guru bahasa Inggris di masa depan dapat mengatur setiap kegiatan yang membantu mereka mengembangkan karakter, seperti: mengatur bazaar tahunan
yang mengajarkan mereka bagaimana
menjadi kreatif, berani mengambil
risiko,dan menjadi individu yang inovatif . Ketiga, pendidikan berbasis asrama harus memiliki ketua pengurus asrama dan staf pengajar. Peran mereka sangat penting
karena siswa asrama membutuhkan
pengawasan serta pemantauan. Sebagaimana dinyatakan oleh Briggs (2012) dukungan
pengelola asrama bisa meningkatkan
keberhasilan akademis siswa. Penulis juga percaya bahwa dengan memberikan otoritas, calon guru akan dapat mengembangkan
kedisiplinan, kejujuran, integritas,
pengalaman spiritual, dan lain sebagainya. Keempat Guru sering dianggap
sebagai seseorang yang memiliki
kepribadian yang ideal. Oleh karena itu, guru sering dianggap sebagai model yang harus dipatuhi dan ditiru. Sebagai contoh, guru harus memiliki kompetensi yang terkait
dengan pengembangan kepribadian
(kompetensi personal), termasuk: (1)
kemampuan yang terkait dengan
pengalaman dalam keyakinan agama
mereka; (2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama; (3)
kemampuan untuk berperilaku sesuai
dengan norma-norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat; (4)
mengembangkan kualitas terpuji sebagai guru seperti sopan santun dan; (5) menjadi demokratis dan terbuka untuk reformasi dan kritik. Sayangnya, tidak semua guru di Indonesia memiliki kompetensi personal yang baik. Salah satu kasus adalah kurangnya disiplin. Rendahnya kualitas guru juga disebabkan oleh disiplin kurangnya guru. Misalnya, guru datang terlambat ke kelas, meninggalkan kelas sebelum waktu berakhir, bahkan tidak datang untuk mengajar para siswa. kebiasaan buruk ini dapat mempengaruhi hasil belajar dan secara tidak sadar ia memberi contoh kepada siswa menjadi orang yang tidak disiplin. Agar
calon guru menjadi seseorang yang
mempunyai kepribadian yang baik, penulis mengusulkan cara yang bisa dilakukan seperti yang tercantum di bawah ini:
• Membentuk ketepatan waktu dan
disiplin pada calon guru dengan
menetapkan hukuman dan
penghargaan. Hal ini sudah
diterapkan di pendidikan militer, yang menetapkan jadwal yang ketat dan aturan ketat bagi para siswa.
• Menyediakan kantin tanpa penjual
yang membebaskan calon guru untuk mengambil dan membayar untuk kebutuhan mereka sendiri. Hal ini disebut sebagai "kantin kejujuran". Beberapa kantin di dalam sekolah di Indonesia telah mengadopsi cara ini untuk melatih kejujuran siswa. Salah
satu sekolah yang memiliki "kantin
kejujuran" adalah SMAN 29
Kebayoran Lama, Jakarta. Hal ini diterapkan sejak Januari 2015,Lebih- lebih lagi kepala sekolah mengatakan bahwa kantin ini efektif untuk membangun kejujuran siswa (Web- 6).
• Seorang guru yang baik adalah
seseorang yang memiliki kecerdasan yang baik secara emotional dan spiritual . Mengadakan ceramah agama dengan mengundang pemuka agama seminggu sekali adalah cara yang baik untuk meningkatkan kecerdasan spiritual calon guru . Selain itu , rutinitas sehari-hari seperti beribadah bersama akan dilakukan . Hal ini efektif untuk membuat mereka merasa bahwa berdoa bukan merupakan kewajiban tetapi kebutuhan mereka . Kemudian, mereka akan memiliki spiritual yang baik dan berperilaku baik secara
moral karena semua agama
mengatakan hal yang sama tentang kebaikan.
Kelima pendidikan asrama
akanmenyediakan fasilitas yang membantu siswa mencapai tujuan mereka. Salah satu
fasilitas yang diusulkan adalah
perpustakaan. Guru harus memiliki
wawasan yang luas. Salah satu cara untuk memperluas pengetahuan calon guru adalah
melalui membaca. Membentuk kebiasaan membaca pada calon guru dengan cara memberikan jadwal untuk membaca segala jenis buku yang mereka sukai setelah sarapan (30 menit) dan kemudian berbagi tentang apa yang telah mereka baca kepada teman mereka dalam kelompok kecil (15 menit). Ini tidak hanya akan membuat mereka lebih berwawasan tetapi juga membuat mereka tertarik pada bacaan. Adanya klub atau organisasi untuk pecinta buku dan dibagi berdasarkan ketertarikan mereka seperti sastra, ilmu pengetahuan,, fiksi, psikologi, dan sebagainya. Klub
bacaan tersebutdapat memperluas
pengetahuan mereka tentang hal yang mereka sukai. Dua kali dalam setahun, klub dapat mengundang penulis buku untuk memberikan informasi tentang apa yang ada dalam buku itu, apa yang menarik dari buku ini, bagaimana proses dalam menciptakan
itu dan sebagainya. Asrama akan
memfasilitasi calon guru untuk menjadi
orang yang berpengetahuan dengan
menyediakan perpustakaan online dan
offline. Menyebarkan surat kabar di
beberapa sudut sehingga calon guru tetap update dengan keadaan yang terjadi di Indonesia. Akses internet kecepatan tinggi dengan keamanan untuk konten negatif akan disediakan. Kuncinya adalah membuat mereka untuk menikmati membaca dan berpikir bahwa membaca adalah kegitan yang berharga (Hunter, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Briggs, Ronald. (2012). Increasing First- Semester Student Engagement: A Residential Community Retention
Study. Dissertation. Phoenix:
Arizona State University.
Dulay, Heidi, et al. (1982). Language Two. New York: Oxford University Press. Engkoswara, et al. Keefektifan Program
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, jilid 7, nomor 2, 2000.
Frazier, William and Eighmy, Myron. (2012). Themed Residential Learning Communities: The Importance of
Purposeful Faculty and Staff
Involvement and Student
Engagement. Journal of College and University Student Housing, volume 38, no 2, page 10-31.
Hunter, Phyllis S. 2005. Raising Students Who Want to Read. New York: Scholastic Professional Paper
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 36/D/O/2001 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Penilaian Angka Kredit Jabatan Dosen
Octyavera, Ruri, et al. Hubungan Kualitas
Kehidupan Sekolah dengan
Penyesuaian Sosial pada Ssiwa SMA
International Islamic Boarding
School Republic of Indonesia. Jurnal Psychoidea. ISSN 1693-1076. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Sanusi, Achmad. 2013. Kepemimpinan
Pendidikan: Strategi Pembaruan,
Semangat Pengabdian, Manjemen
Modern. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Susanto, Bedjo. 2012. ―Mengemas Kembali Pendidikan Indonesia‖. Dalam
Sutjipto (Ed), 10 Windu Prof. Dr. H.A.R Tilaar, M.Sc.Ed Pendidikan Nasional: Arah Ke Mana? (hlm. 24- 35). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Takahashi, Keiko and Majima, Naomi. Transition from Home to College Dormitory: The Role of Pre- established Affective Relationships in Adjustment to a New Life. Journal
of Research on Adolescence.
Volume 4, Issue 3, page 367-384, 1994.
Tim Kurikulum dan Pembelajaran,
Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016
―Pengembangan Profesionalisme Guru Dan Dosen Indonesia‖
Malang, 07 Mei 2016