HEAD TOGETHER) TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA PADA ANAK USIA DIN
DENGAN STRATEGI ELABORASI BAGI MAHASISWA Fetty Nuritasar
Pendidikan Matematika-Universitas Madura Email: fettynuritasari@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh desain pembelajaran dengan strategi elaborasi dan cara menerapkan pembelajaran dengan strategi elaborasi pada konsep vektor bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Madura. Pembelajaran dengan strategi elaborasi yang dapat membangun pemahaman konsep konsep vektor pada mahasiswa terdiri dari tahap: (1) memberikan orientasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, (2) menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran, (3) dengan tanya jawab memberi motivasi dan apersepsi mahasiswa, (4) dosen melakukan orientasi kepada mahasiswa dengan memberikan permasalahan yang terkait pengenalan konsep limit fungsi, (5) mahasiswa melakukan interpretasi dengan berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, (6) mahasiswa mempresentasikan hasil kerja yang diperolehnya, (7) mahasiswa saling memberikan orientasi dengan melakukan tanya jawab berdasarkan hasil yang diperolehnya, (8) dosen memberikan orientasi kepada mahasiswa untuk mengklarifikasi masalah yang muncul, (9) mahasiswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari, (10) mahasiswa mengerjakan tugas akhir yang diberikan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa bentuk pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini berhasil sebagai bentuk pembelajaran yang dapat membangun kemampuan analisis matematika mahasiswa tentang vektor.
Kata Kunci : Elaborasi, Konsep vektor Pendahuluan
Matematika sebagai ilmu dasar yang memegang peranan sangat penting dalam pengembangan sains, teknologi, ilmu-ilmu
alamiah, ilmu-ilmu sosial, maupun
manajemen, karena matematika merupakan
sarana berpikir untuk menumbuh
kembangkan daya nalar, cara berpikir logis, sistematis, dan kritis. Penguasaan terhadap matematika sangat diperlukan sehingga konsep-konsep matematika harus dipahami dengan benar.
Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisa, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, sehingga dapat membekali peserta
didik agar mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Mahasiswa pendidikan matematika
merupakan calon tenaga pendidik dan
profesional dalam bidang matematika
dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam pada bidang matematika. Selain itu, mahasiswa tidak hanya dituntut mengetahui dan mampu menggunakan
teorema-teorema yang ada dalam
menyelesaikan soal atau permasalahan, tetapi harus mampu menerapkan definisi yang diketahuinya untuk dikembangkan dan disimpulkan menjadi sebuah teorema dan memanfaatkan teorema tersebut dalam menyelesaikan atau memecahkan soal.
Salah satu matakuliah bagi
mahasiswa S1 pendidikan matematika adalah Analisa Vektor. Materi perkuliahan Analisa Vektor diantaranya membahas tentang deferensiasi vektor. Konsep tentang deferensiasi vektor sebenarnya tidak asing bagi mahasiswa, karena materi ini telah dipelajari pada Kalkulus I. Namun tingkatan dan kedalaman konsep vektor dalam analisa vektor berbeda dengan kalkulus I. Konsep vektor dalam kalkulus I lebih mengacu pada siswa mengenal definisi dan teorema- teorema tentang turunan dan menerapkan teorema yang ada dalam menyelesaikan soal. Namun dalam analisis vektor, dalam
tujuannya mahasiswa harus mampu
memahami dan mengkaji lebih mendalam tentang definisi dan teorema-teorema yang
ada. Dengan kata lain mahasiswa harus mampu membuktikan teorema-teorema dan menyelesaikan soal dengan menggunakan definisi-definisi tentang vektor.
Namun kenyataan yang ada banyak
mahasiswa kesulitan dalam mengikuti
perkuliahan analisa vektor terutama pada konsep vektor. Mahasiswa lebih cenderung menghafal definisi maupun teorema tanpa
bisa menjelaskan atau membuktikan
bagaimana teorema tersebut diperoleh. Informasi yang diperoleh dari dosen pembina matakuliah analisa vektor di Universitas Madura menyatakan bahwa sekitar 34 dari 42 mahasiswa Universitas Madura mampu meyelesaikan soal tentang deferensiasi vektor dengan cara biasa atau dengan menerapkan teorema yang ada. Namun jumlah ini jauh menurun menjadi sekitar 6 dari 42 mahasiswa mampu
menyelesaikan soal dan membuktikan
teorema-teorema yang ada dengan
menggunakan definisi.
Oleh karena itu, dalam upaya
mengatasi kesulitan dan permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam proses belajar mengajar, dosen sebagai seorang pendidik harus memiliki strategi agar mahasiswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenal pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi ini, guru dan dosen harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut dengan model pembelajaran.
Model pembelajaran yang akan digunakan harus selalu diawali dari situasi nyata di dalam kelas. Bila situasi didalam kelas berubah maka cara mengajar pun juga harus berubah. Karena itulah seorang dosen
sebagai ‖pengendali‖ kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas harus menguasai
dan tahu kelebihan dan kekurangan
beberapa macam model pembelajaran
dengan baik, sehingga dosen mampu
memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang paling efektif yang
sesuai dengan permasalahan yang
dihadapinya dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Dalam pandangan konstruktivisme,
pengetahuan tumbuh dan berkembang
melalui pemahaman. Pemahaman semakin dalam dan kuat apabila diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2004). Dalam pembelajaran konstruktivistik ini siswa diharapkan untuk mampu mengkonstruk atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya untuk dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan persoalan atau permasalahan baru dan mengkomunikasikannya.
Salah satu implementasi dari
pendekatan konstruktivistik ini adalah
dikembangkannya model pembelajaran
learning cycle. Menurut Lawson (Odom dan Kelly, 2000) Learning Cycle adalah suatu metode yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural melalui pengalaman belajar yang dialami dan berdasar pada teori perkembangan kognitif Piaget. Lorsbach (2002) mengemukakan ada lima tahap dalam pembelajaran model learning cycle yang terdiri dari tahap engagement ,
exploration, explanation, elaborasi,
evaluasi.
Pada pembelajaran elaborasi,
mahasiswa menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Srategi belajar ini
efektif digunakan apabila ide yang
ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari pembelajaran ini adalah mendorong mahasiswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk
menarik kesimpulan dan berspekulasi
tentang implikasi yang mungkin (Ormrod, 2006).
Pembelajaran dengan strategi
elaborasi memungkinkan mahasiswa lebih mudah memahami konsep vektor secara mendalam karena pada dasarnya mahasiswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuan dasar tentang deferensiasi yang telah dipelajarinya saat menempuh mata kuliah kalkuklus I. Hanya saja sekarang bagaimana
seorang dosen dalam merancang
pembelajaran dengan pembelajaran
elaborasi mampu memancing dan
melahirkan ide-ide atau pengetahuan baru dari pengetahuan sebelumnya yang telah
dimiliki mahasiswa dalam mengkaji konsep vektor lebih mendalam.
Wena (2008:172) mengemukakan bahwa pada tahap elaborasi ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena siswa telah dapat menerapkan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru. Kemudian Wena (2008:172) melanjutkan bahwa jika pembelajaran pada tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru,
maka motivasi belajar siswa akan
meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.
Melalui pembelajaran dengan
strategi elaborasi, mahasiswa diberi
kesempatan untuk melakukan orientasi, interpretasi, dan melakukan penyimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Borich (1988) menyatakan bahwa tahap orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam hal ini guru atau dosen mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran serta hasil akhir yang diharapkan dari siswa. Pada tahap ini antara dosen dengan mahasiswa aktif berkomunikasi dalam menentukan arah
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Pada tahap interpretasi,
siswa/mahasiswa mengkaji masalah yang diberikan melalui kegiatan analisis, diskusi, maupun tanya jawab. Tahap interpretasi ini sangat penting dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran karena melalui tahap
interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi, melakukan analisis terhadap masalah yang diberikan, sehingga terbiasa dalam menyelesaikan masalah, meninjau dari berbagai aspek (Brooks & Brooks, 1993). Pada akhir pembelajaran, mahasiswa diminta membuat kesimpulan dari apa yang telah mereka dapatkan selama pembelajaran. Membuat kesimpulan perlu dilakukan, sebab
dengan membuat kesimpulan atau
rangkuman dari apa yang dipelajari perlu dilakukan untuk mempertahankan retensi (Degeng, 1997:28).
Melalui pembelajaran dengan
strategi elaborasi, peran dosen adalah
sebagai fasilitator dan pembimbing
mahasiswa dalam belajar matematika.
Kegiatan belajar lebih banyak dilakukan mahasiswa dengan berinteraksi dengan dosen, mahasiswa serta bahan ajar termasuk media pembelajaran yang digunakan.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan
mengajukan masalah yang nyata bagi mahasiswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya. Permasalahan yang diajukan diarahkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dalam pembelajaran. Dengan
menerapkan strategi elaborasi, dosen
memberikan permasalahan dan arahan kepada mahasiswa bagaimana menggunakan
definisi vektor dalam membuktikan
deferensiasi vektor dalam bentuk soal. Dari permasalahan yang diberikan, mahasiswa melakukan interpretasi dengan mengkaji masalah yang diberikan melalui kegiatan analisis, diskusi, dan tanya jawab.
METODEPENELITIAN
Dalam penelitian yang dilakukan,
penelitian ini mendeskripsikan pembelajaran konsep vektor dengan strategi elaborasi untuk memahamkan mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Madura. Data yang
dikumpulkan bersifat deskriptif yaitu
menjelaskan aktifitas pembelajaran.
Penelitian ini lebih menekankan proses
pembelajaran daripada hasil akhir
pembelajaran. Data penelitian berupa kata-
kata yang dipaparkan sesuai dengan
kejadian dalam penelitian, kemudian
dianalisis secara induktif. Selain itu digunakan juga data kuantitatif yaitu skor untuk kepentingan analisa.
Untuk melengkapi analisa kualitatif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif yang sifatnya melengkapi. Hal ini sesuai dengan saran Moleong (2002:22), karena dalam penelitian ini membutuhkan data skor mahasiswa (data non verbal). Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan strategi elaborasi dapat
memahamkan mahasiswa semester VI
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Madura yang menjadi subjek penelitian tentang konsep vektor. Selain itu juga untuk melihat keberhasilan dosen dalam memahamkan konsep vektor.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Action Research). Penelitian
Tindakan kelas (PTK) adalah suatu
penelitian yang dilakukan oleh guru atau dosen di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru atau dosen, sehingga hasil belajar siswa atau mahasiswa menjadi meningkat (Wardani, 2003:36).
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan hasil kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan
pembelajaran konsep vektor dengan
menggunakan strategi elaborasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: (1) hasil kegiatan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran berupa penyelesaian soal-soal baik soal tes awal, latihan-latihan maupun evaluasi akhir, (2) hasil wawancara dengan subjek penelitian pada akhir setiap tindakan,
(3) hasil observasi yang memuat catatan tentang kegiatan pembelajaran, baik yang berhubungan dengan mahasiswa maupun berhubungan dengan dosen.
Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Madura tahun ajaran 2014/2015 yang mengikuti pembelajaran dan tes tentang pembelajaran deferensiasi vektor dengan strategi elaborasi. Setiap mahasiswa yang
dijadikan subjek penelitian untuk
memperoleh data dari kegiatan observasi, tes, dan catatan lapangan. Sedangkan untuk kegiatan wawancara dilakukan terhadap 4 mahasiswa yang ditentukan. Penentuan mahasiswa yang menjadi subjek wawancara
dilakukan berdasarkan tes awal dan
pertimbangan dosen pembina mata kuliah. Mahasiswa yang menjadi subjek wawancara
terdiri dari seorang mahasiswa
berkemampuan tinggi, dua orang mahasiswa
berkemampuan sedang, dan seorang
mahasiswa berkemampuan rendah.
HASIL & PEMBAHASAN
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif dan kuantitatif. Data ini dianalisa dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1)
mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menyimpulkan data.
1. Data Hasil Validasi Perangkat
Pembelajaran
Data hasil validasi perangkat pembelajaran diperoleh melalui kegiatan validasi yang dilakukan oleh tiga orang validator. Setelah validator mengisi lembar validasi, skor hasil validasi dari masing- masing validator dijumlahkan kemudian diolah menjadi persentase skor rata-rata hasil validasi. Kesimpulan analisis data disesuaikan dengan kriteria persentase skor rata-rata hasil validasi sebagai berikut. 75% SR 100% : valid tanpa revisi 50% SR < 75% : belum valid dengan sedikit revisi
25% SR < 50% :belum valid dengan banyak revisi
SR < 25% : tidak valid
Perangkat pembelajaran dan
instrumen penelitian dikatakan valid jika berdasarkan hasil analisis data hasil validasi diperoleh minimal dua dari tiga validator menyatakan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian telah valid.
2. Data hasil observasi aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa diperoleh dari kegiatan observasi yang dilakukan observer selama pembelajaran berlangsung. Kriteria persentase nilai rata-rata sebagai berikut: 90% NR 100% : sangat baik 80% NR < 90% : baik
70% NR < 80% : cukup 60% NR < 70% : kurang
Aktivitas dikatakan baik jika persentase nilai rata-rata (NR) aspek yang di nilai berada pada kategori baik dan sangat baik. Dengan demikian, maka hasil analisis data yang tidak memenuhi dari salah satu kategori tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki pada tindakan berikutnya. Ada tiga kemungkinan hasil observasi dari pengamat: (1) penilaian kedua pengamat berada pada kategori baik atau sangat baik, maka hasil observasi langsung diambil, (2) penilaian kedua pengamat tidak jauh berbeda, maka hasilnya akan diambil salah satu kategori yang lebih tinggi, (3) penilaian kedua pengamat berbeda sama sekali, maka hasilnya akan
didiskusikan bersama-sama dengan
pengamat.
3. Data Hasil Tes
Data tentang hasil belajar mahasiswa diperoleh dari hasil tes tertulis mahasiswa
tiap akhir tindakan dan tes akhir
pembelajaran. Berdasarkan kriteria
ketuntasan belajar, hasil tes akhir
pembelajaran dikatakan tuntas secara
klasikal apabila mahasiswa mendapat skor
65 (dari rentang skor 0 – 100) paling sedikit 80% dari jumlah mahasiswa yang mengikuti tes pada pembelajaran dengan strategi elaborasi pada konsep limit fungsi.
Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil observasi aktivitas dosen dan observasi aktivitas mahasiswa pada
masing-masing tindakan berada pada
kategori sangat baik atau baik, serta hasil tes akhir pembelajaran tuntas secara klasikal.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua ditemukan bahwa masalah utama yang dihadapi mahasiswa adalah bagaimana menentukan hubungan (delta) dengan (epsilon) dalam membuktikan soal
yang diberikan. Untuk mengatasi
permasalahan ini, dosen berupaya
memberikan orientasi dengan cara
mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki mahasiswa, yakni aktif melakukan tanya jawab dengan mahasiswa mengenai sifat nilai mutlak, ketaksamaan segitiga maupun tentang operasi-operasi fungsi aljabar, sehingga dengan cara ini
mahasiswa dapat mengingat dan
membangun sendiri pemahamannya.
Dengan memberikan orientasi, mahasiswa lebih mudah mengetahui arah dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Borich (1988) bahwa orientasi yang diberikan kepada siswa dapat memberi arah dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
Pada tahap interpretasi, dosen juga
aktif memberikan ilustrasi-ilustrasi
sederhana untuk memberikan gambaran
kepada mahasiswa sehingga dapat
memberikan gambaran yang konkrit bagi mahasiswa tentang permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana yang diungkapkan
struktur matematika dapat dipelajari dengan baik oleh siswa bila representasinya dimulai dengan hal-hal konkrit. Dengan cara ini membantu mahasiswa mampu melakukan analisis dan berfikir dalam meyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini seperti yang diungkapkan Brooks & Brooks (1993) yang menyatakan bahwa pada tahap interpretasi siswa didorong untuk berpikir tingkat tinggi, menganalisis dan meninjau berbagai aspek.
Selain itu, pada awal pertemuan juga ditemukan bahwa mahasiswa masih kesulitan dalam melakukan tanya jawab dengan dosen. Mahasiswa masih kesulitan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara lisan menyangkut hasil kerjanya. Namun demikian, mahasiswa
diupayakan secara bergantian saling
menyempaikan hasil kerja mereka dan
mahasiswa yang lain membandingkan
dengan hasil pekerjaannya serta memberikan komentar.Selama pembelajaran dilakukan, dosen aktif melakukan tanya jawab untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa. Dengan cara ini akan memaksa dan memberi
ruang kepada mereka dalam upaya
mengembangkan pengetahuan dan
pemahamannya. Hadi (2005: 38-39)
mengemukakan bahwa dengan melakukan aktivitas bersama didalam pembelajaran matematika, kesempatan dan ruang untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman matematika akan lebih banyak bagi peserta didik.
Sebagai tahap akhir pembelajaran, mahasiswa membuat kesimpulan dari apa
yang telah mereka dapatkan selama
pembelajaran. Membuat kesimpulan perlu dilakukan, sebab dengan cara ini mahasiswa
dapat menganalisis permasalahan-
permasalahan dalam pembelajaran serta bagaimana pemecahannya, seperti yang dikemukakan Degeng (1997:28) bahwa membuat rangkuman atau kesimpulan dari apa yang dipelajari perlu dilakukan untuk mempertahankan retensi.
Pada pembelajaran deferensiasi
vektor dengan strategi elaborasi, aktivitas mahasiswa dapat dikategorikan cukup efektif. Meskipun demikian pada awal pembelajaran banyak mahasiswa mengalami
kesulitan dan ragu dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh dosen. Mahasiswa terlihat kesulitan dalam menentukan alur atau arah dalam menjawab soal-soal yang diberikan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, dosen secara aktif melakukan tanya jawab dengan mahasiswa. Dengan melakukan tanya jawab ini, membantu mahasiswa mengingat kembali materi-materi yang telah dipeljari dan mengaitkannya denga materi yang sedang dipelajari. Hal ini senada dengan pendapat Russefendi (1980:182) yang menyatakan bahwa selain dapat menyebabkan siswa aktif, tanya jawab dapat mengaitkan pengajaran dengan topik-topik
yang lampau bagi siswa dalam menerima materi baru.,
Pada pertemuan kedua dan ketiga, aktivitas mahasiswa dalam belajar tampak mulai meningkat. Ini disebabkan karena mahsiswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan. Mahasiswa tampak mulai bisa menentukan alur dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang diberikan. Aktivitas mereka dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan juga
mulai meningkat. Agar aktifitas dalam
belajar mahasiswa dapat terus ditingkatkan, dosen juga mengkondisikan lingkungan belajar yang dapat mendorong mahasiswa
aktif belajar, yaitu mengorganisasikan
mahasiswa agar berdiskusi dengan teman
sebangkunya, menumbuhkan motivasi
mahasiswa dan memfasilitasi mahasiswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik ternyata dapat menambah aktivitas dan
pengalaman belajar bagi mahasiswa.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hudojo (1988:109) bahwa pengalaman belajar dan aktivitas peserta didik juga dipengaruhi oleh situasi lingkungan belajar yang diberikan.
Hasil belajar mahasiswa dalam memahami konsep vektor dilihat melalui hasil tes akhir dan melalui evaluasi yang dilakukan selama proses pembelajaran.
Evaluasi ketika proses pembelajaran
berlangsung dilakukan ketika dosen
melakukan tanya jawab dengan mahasiswa,
ketika mahasiswa mengerjakan LKM,
maupun ketika mahasiswa berdiskusi
dengan temannya.
Pada pertemuan pertama dan kedua, beberapa mahasiswa masih kesulitan dalam belajar. Hal ini tampak dari hasil belajar mahasiswa ketika mengerjakan LKM dan
ketika dosen mengajukan beberapa
pertanyaan secara lisan terhadap beberapa
mahasiswa. Ketika dosen mengajukan
pertanyaan, mahasiswa belum mampu
menjawab secara langsung bahkan harus membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menjawab. Ketika ada mahasiswa yang kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan, dosen memberikan ilustrasi-
ilustrasi sederhana untuk membantu
mahasiswa menjawab pertanyaan yang diberikan.
Secara umum hasil belajar
mahasiswa selama proses pembelajaran
didukung karena pembelajaran yang
dilakukan terstruktur dan efisien.
Pembelajaran yang dilakukan dimulai
dengan mengajukan soal-soal sederhana
yang kemudian dilanjutkan dengan
memberikan soal-soal yang mengarahkan pada teorema-teorema limit dan akhirnya mahasiswa diminta membuktikan teorema tersebut. Pembelajaran yang diawali dengan mengajukan soal-soal yang sederhana ini
sangat membantu mahasiswa dalam
KESIMPULAN & SARAN
Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bebarapa hal sebagai berikut.
1. Pembelajaran melalui strategi elaborasi yang dapat memahamkan mahasiswa semester VI offering A angkatan 2014/2015 pada konsep vektor terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu orientasi, interpretasi dan penyimpulan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) memberikan orientasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, (2) menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran, (3) dengan tanya jawab memberi motivasi dan apersepsi mahasiswa, (4) dosen melakukan orientasi kepada mahasiswa dengan memberikan permasalahan yang terkait pengenalan konsep limit fungsi, (5) mahasiswa melakukan interpretasi dengan berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan, (6) mahasiswa
mempresentasikan hasi kerja yang
diperolehnya, (7) mahasiswa saling memberikan orientasi dengan melakukan tanya jawab berdasarkan hasil yang diperolehnya, (8) dosen memberikan
orientasi kepada mahasiswa untuk
mengklarifikasi masalah yang muncul, (9) mahasiswa membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari,
dan (10) mahasiswa mengerjakan tugas akhir yang diberikan.
Tahap (1), (2), dan (3) dilakukan pada kegiatan pendahuluan, tahap (4), (5), (6), (7), dan (8) dilakukan pada tahap kegiatan inti, dan tahap (9) dan (10) dilakukan pada kegiatan penutup.
2. Berdasarkan pengamatan peneliti dan
dua pengamat (observer) pembelajaran konsep vektor dengan strategi elaborasi ditemukan bahwa pada pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa dalam kriteria baik. Sedangkan tes akhir
pembelajaran diketahui bahawa
persentase ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebesar 87%.
3. Pembelajaran dengan strategi elaborasi memungkinkan dosen dan mahasiswa aktif melakukan aktivitas belajar dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi pengajar, dalam mengajarkan mahasiswa membuktikan konsep vektor dengan definisi hendaknya jangan terlalu fokus untuk langsung melakukan
pembuktian, tetapi hendaknya mengarahkan mahasiswa melakukan pengaitan-pengaitan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dengan
ini dapat mempermudah mahasiswa untuk mendapatkan gambaran atau arahan dalam melakukan pembuktian
2. Dalam proses pembelajaran, hendaknya
mahasiswa diberikan lebih banyak