• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pembelajaran 1 Pendekatan pembelajaran

Dalam dokumen PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELAL (Halaman 47-51)

KELAS IV SDN KEDUNGKANDANG II MALANG

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN “COCOK” BAGI MAHASISWA PGSD SEBAGAI PROSES INTERAKSI EDUKATIF

A. Pengembangan Model Pembelajaran 1 Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang untuk membelajarkan peserta didik melalui pusat perhatian tertentu

(Akbar, 2013:45). Pembelajaran yang

dimaksud adalah upaya yang dilakukan oleh dosen untuk memberikan fasilitas kepada mahasiswa agar mereka dapat belajar

dengan mudah dan terarah. Dalam

pengembangan model pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada pendekatan behavioristik, pendekatan kognitivistik, dan pendekatan konstruktivistik.

Pendekatan behavioristik merupakan cara pandang mengembangkan perilaku

seseorang dengan kekuatan eksternal

(Akbar, 2013:45). Perubahan perilaku ini akan terjadi saat mahasiswa berusaha untuk belajar sehingga pendekatan behavioristik bersifat mekanistik.

Aplikasi pendekatan behavioristik dalam pembelajaran ditekankan sebagai aktivitas yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari (Budiningsih, 2005:30). Jadi, melalui aktivitas pembelajaran yang dilakukan mahasiswa akan mengantarkan

mereka menuju hasil yang menunjukkan

terselesaikannya seluruh tugas belajar

mahasiswa yang ditandai oleh penyajian materi yang utuh dan evaluasi yang menghasilkan kebenaran.

Kemudian, pendekatan kognitivistik

merupakan pengembangan perilaku

sehingga perilaku ditentukan oleh kekuatan pengetahuan atau kekuatan pikiran (Akbar,

2013:46). Setiap mahasiswa memiliki

perilaku yang berbeda-beda dan tentunya

mereka pun memiliki seperangkat

pengetahuan yang berbeda pula sehingga

pendekatan kognitivistik cenderung

dilakukan dengan cara mentransfer

pengetahuan dari mahasiswa kepada

mahasiswa lainnya.

Hal ini sejalan dengan implikasi teori perkembangan kognitif Piaget bahwa di dalam pembelajaran dinyatakan:

bahasa dan cara berpikir

seseorang berbeda sehingga

pendidik mengajar dengan

menggunakan bahasa yang

sesuai dengan cara berpikir peserta didik agar peserta didik dapat belajar dengan baik dan melakukan interaksi dengan

lingkungannya, kemudian

mereka diberi peluang supaya

belajar sesuai tahap

perkembangannya dan

memiliki kesempatan untuk

mengungkapkan pendapat,

serta mampu melakukan

diskusi antarpeserta didik

(Amri, 2013:44−45).

Aplikasi pendekatan kognitivistik

dalam pembelajaran ditekankan pada

keterlibatan peserta didik secara aktif (Budiningsih, 2005:51). Jadi, keterlibatan mahasiswa sangat penting dan untuk menarik minat mereka agar proses belajar mereka meningkat, maka dosen perlu mengaitkan pengetahuan yang mereka miliki dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa.

Dosen sebaiknya memberikan proses belajar pada mahasiswa untuk mencocokkan informasi yang baru mereka temui dengan apa yang telah mereka ketahui dan mahasiswa diminta untuk membangun kembali semua informasi secara utuh dan menyeluruh agar membentuk pengetahuan secara individu.

Sedangkan, pendekatan

konstruktivistik memandang bahwa perilaku seseorang bisa berkembang atas kekuatan

schemata yang ada pada dirinya dan kekuatan lingkungan (Akbar, 2013:46).

Mahasiswa akan mengalami suatu

pengalaman belajar kemudian mereka

membangun persepsi sehingga persepsi yang mereka bangun akan menentukan perilaku mereka dan schemata yang dimaksud adalah

seperangkat nilai, pengetahuan dan

tetapi, lingkungan yang sangat berpengaruh karena bersifat dinamis.

Hal ini sejalan dengan implikasi teori

konstruktivis dalam pembelajaran

dinyatakan bahwa:

peserta didik harus

menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi yang mereka peroleh secara kompleks untuk mengecek informasi baru dengan aturan- aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai sehingga mereka mampu memecahkan masalah dan menemukan segala solusi

untuk dirinya/menentukan

ide-ide berdasarkan informasi

yang diperoleh (Trianto,

2009:28).

Aplikasi pendekatan konstruktivistik

dalam pembelajaran ditekankan pada

pembelajaran yang bermakna sehingga peserta didik memiliki pengalaman melalui

asimilasi dan akomodasi menuju

pembentukan struktur kognitifnya

(Budiningsih, 2005:64). Jadi, mahasiswa

akan menerima kesempatan untuk

mengembangkan ide-idenya secara luas kemudian mereka menghubungkan dan memformulasikan kembali ide-ide yang dihasilkan untuk membuat kesimpulan yang dibutuhkan.

Dosen bukan lagi menyetir

pengetahuan mahasiswa namun sebaiknya berikan kemudahan pada mereka untuk mengembangkan pemahaman yang lebih tinggi sehingga mahasiswa belajar dengan menggunakan lingkungan di sekitarnya yang

menyebabkan proses berpikir untuk

mencipta, memperoleh dan mengubah

gambaran internal yang dialami melalui

lingkungan di sekitar dan interaksi

antarmahasiswa.

2. Model pembelajaran

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus meliputi rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya, landasan pemikiran

tentang apa dan bagaimana peserta didik

belajar, tingkah laku mengajar yang

diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil, dan

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

(Amri, 2013:34−35).

Tidak ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain (Amri, 2013:3). Karena model pembelajaran yang digunakan merupakan sebuah pilihan yang dipilih untuk membantu dosen dalam mencapai tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan materi sehingga

mampu meningkatkan perkembangan

mahasiswa untuk memberdayakan semua aspek potensi yang dimiliki mahasiswa.

Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran (Prawiradilaga, 2007:33).

Kemudian, desain model

pembelajaran dapat dibangun melalui teori- teori belajar, psikologi pada sasaran yang dipilih maupun sistem komunikasi. Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, bukan sekedar kerangka

konseptual yang mendeskripsikan dan

melukiskan prosedur yang sistematik

melainkan model pembelajaran memiliki makna deskriptif dan kekinian, serta bermakna prospektif dan berorientasi ke masa depan (Sagala, 2008:176).

Selain itu, model pembelajaran

merupakan kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematik dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran (Trianto, 2007:3).

Di sisi lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Julianto, 2010:1).

Oleh karena itu, pengembangan

model pembelajaran mencakup suatu

spektrum yang luas dalam melakukan aktivitas sehingga dosen diharapkan mampu

membuat desain pembelajaran bagi

mahasiswa kemudian melakukan kegiatan

pengembangan yang telah dirancang untuk meneliti prosesnya pada waktu yang sama mulai dari awal hingga akhir pembelajaran

yang disajikan oleh dosen kepada

mahasiswa.

3. Prinsip dasar pengembangan model pembelajaran

Pembelajaran harus bersifat inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang dikembangkan agar pengembangan

model pembelajaran tersebut dapat

mengubah perilaku dosen maupun

mahasiswa sehingga paradigma yang

bersifat konvensional bisa berubah menjadi pembelajaran yang inovatif.

Namun, hal itu tidak mudah karena ada beberapa prinsip yang mendasari dalam

mengembangkan sebuah model

pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut,

antara lain berpusat pada peserta didik;

berdasarkan masalah; terintegrasi;

berorientasi masyarakat; menawarkan

pilihan; sistematis; dan berkelanjutan

(Yulianto, 2009:6-10).

Berpusat pada peserta didik berarti mahasiswa sebagai subjek yang diposisikan dalam pusat kegiatan pembelajaran sehingga

mereka pemegang sentral kemudi

pembelajaran. Namun, dosen berposisi menjadi motivator, fasilitator, pendukung, dan pendamping siswa dalam belajar.

Selanjutnya, kemampuan mereka dalam memecahkan masalah merupakan hal

penting yang bermakna bagi mahasiswa dan bukan sekedar akumulasi pengetahuan

sehingga teori yang diperoleh dapat

mengembangkan kemampuan dalam

menyikapi masalah secara fleksibel. Hal ini yang dikatakan berdasarkan masalah.

Kemudian, penggunaan pendekatan terintegrasi memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional mahasiswa sehingga dapat

menunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Lalu, mahasiswa dikondisikan agar

dapat mengimplementasikan apa yang

dipelajari di dalam kelas ke dalam konteks masyarakat atau sebaliknya untuk dijadikan bahan diskusi saat pembelajaran sehingga mahasiswa terbiasa untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang ada di kehidupan mereka sehari-hari dengan kata lain berorientasi masyarakat.

Namun, pembelajaran tidak

dirancang dan direalisasikan berdasarkan keinginan dosen saja melainkan dosen juga

harus memberikan kesempatan bagi

mahasiswa dengan berbagai macam

karakteristik dari segi potensi akademik, gaya belajar, kecepatan belajar, kemampuan berkomunikasi, kondisi daerah, serta status

sosial mereka sehingga mahasiswa

ditawarkan banyak pilihan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan belajarnya dan dosen harus mampu memberikan arahan dan

motivasi secara konstruktif agar pelaksanaan pembelajaran menjadi bervariasi.

Desain umum pembelajaran harus dapat direalisasikan secara sistematis berarti kegiatan pembelajaran dimulai dari kegiatan perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan yang terakhir penilaian. Akan tetapi, desain pembelajaran yang dirancang secara inovatif dapat direalisasikan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat kematangan kognitif,

afektif, dan psikomotorik sehingga

mahasiswa dapat mengembangkan seluruh potensinya untuk mencapai kompetensi yang ingin dicapai secara optimal.

Di samping itu, pengembangan model pembelajaran yang dibuat harus memiliki prosedur bersifat sistematis, hasil belajar diterapkan secara khusus, penetapan lingkungan secara khusus, memiliki ukuran keberhasilan tertentu sehingga peserta didik melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan (Iru dan Arihi, 2012:8).

Dengan demikian, pengembangan

model pembelajaran dirancang fokus

terhadap mahasiswa maupun dosen yang menghasilkan sintaks pembelajaran dengan cara menyesuaikan pada sistem sosial maupun sistem pendukung lainnya.

B.Model Pembelajaran “COCOK”

Dalam dokumen PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELAL (Halaman 47-51)