HEAD TOGETHER) TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA PADA ANAK USIA DIN
MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Model Pendidikan Karakter Mahasiswa
Pendidikan Kewarganegaraan
sebenarnya telah dilakukan dan
dikembangkan di setiap negara di seluruh dunia. Mata kuliah tersebut dinamakan atau diberi istilah dengan bermacam-macam di dunia, seperti Civic Education, Citizenship Education, dan bahkan ada yang menyebut dengan Democracy Education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,
bertanggung jawab, dan berkadaban.
Berdasarkan rumusan ―Civic International‖
(1995) disepakati bahwa pendidikan
demokrasi penting untuk pertumbuhan Civic Culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer, 2006).
Dikwar merupakan salah satu
komponen dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK) yang
wajib diberikan pada seluruh pada seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Komponen lain dalam kelompok MKPK adalah pendidikan pancasila dan pendidikan agama. Dikwar menitikberatkan pada kemampuan penalaran ilmiah yang kognitif dan afektif serta menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara secara rasional dan untuk
meyakini kebenaran serta ketetapan
konsepsi bela negara dalam aplikasi
pandangan hidup bangsa (Noor MS Bachry, 2004: iii).
Secara bahasa istilah Civic
Education oleh sebahagian pakar
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi Pendidikan Kewargaan dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Bagi
Azyuimardi Azra dan tim ICCE (Indonesian
Centre of Civic Education) menyebutnya dengan istilah Pendidikan Kewargaan. Sedangkan menurut pakar yang lain seperti
Zamroni, M. Nu‘man Soemantri, Marphin
Panjaitan, TIM CICEO (Centre for
Indonesian Civic Education), Soedijarto, dll, menyebutkan dengan istilah Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut UU no. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas pada pasal 39(2) dinyatakan bahwa setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Materi pokok Pendidikan
Kewarganegaraan adalah hubungan antara
warga negara dengan negara serta
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN). Di Perguruan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan ini dikenal dengan nama Pendidikan Kewiraan (Dikwir) yang lebih menekankan pada aspek (PPBN). Pada
tahun 2000, diadakan penyempurnaan
kurikulum nasional dimana materi
Pendidikan Kewiraan di samping membahas
materi PPBN juga ditambah dengan
pembahasan materi tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Dikwir kemudian diganti dengan Pendidikan
kewarganegaraan (Pendidikan
Kewarganegaraan).
Kemudian menurut SK Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan serta PPBN merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam suasana kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.
Dari paparan di atas dapat ditarik
suatu pengertian bahwa pendidikan
kewarganegaraan pada hakikatnya adalah merupakan mata kuliah (studi) tentang hubungan antara warga negara dengan negara dan sesama warga negara, sebagai bekal mahasiswa/peserta didik menjadi warga negara yang baik atau handal. Sebagai bidang studi ilmiah pendidikan kewarganegaraan bersifat inter disipliner (antar bidang) bukan mono disipliner karena
dibangun dari kumpulan pengetahuan yang di ambil dari berbagai disiplin ilmu, oleh
karena itu upaya pembahasan dan
pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu ekonomi pembangunan, ilmu administrasi negara, ilmu sejarah bangsa dan ilmu budaya. (H. Kaelan: 2007:4).
Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan pada dasarnya adalah bagaimana menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Dengan kata lain bagaimana
pendidikan kewarganegaraan dalam
―mewarganegarakan‖ individu atau orang- orang yang hidup dalam suatu negara.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
menurut SK DIRJEN DIKTI
no.207/DIKTI/KEP/2000 mencakup: Tujuan utama, Tujuan ilmu dan khusus. Tujuan Utamanya adalah : untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap dan prilaku cita tanah air
yang bersendikan budaya bangsa.
Sedangkan secara ilmu Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada
mahasiswa mengenai hubungan yang
berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) sebagai bekal menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara Republik
Indonesia. Kemudian secara khusus
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan
untuk :
1. Agar mahasiswa paham dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara jujur, santun dan aktratis serta
ikhlas. Sebagai warga negara
Indonesia yang terdidik dan
bertanggung jawab pada bangsa dan negara RI;
2. Agar mahasiswa dapat memahami dan menguasai beragam masalah dasar
dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab berdasarkan pancasila ketahanan nasional (Tannas) dan wawasan nusantara (Wasantara); 3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan
prilaku sesuai dengan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan negara.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan seperti tersebut di atas diperbaharui lagi
menurut SK DIRJEN DIKTI
no.43/DIKTI/Kep/2006. tentang rambu-
rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi. Hal ini dirumuskan dalam visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah merupakan sumber nilai dan
pedoman penyelenggaraan dan
pengembangan program studi guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu
realitas yang harus dihadapi bahwa
mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan, dan cinta tanah air dan bangsanya, sedangkan
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi adalah membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan:2007:2).
Sebagai mata kuliah yang
nomerklaturnya didahului dengan kata
―pendidikan‖, maka Pendidikan
Kewarganegaraan senantiasa mementingkan terbentuknya sikap dan atau prilaku. Sehingga fokus utama penerapan tujuan
pembelajarannya adalah pada dimensi
afektif dan atau psikomotor. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan secara umum
hendak mengembangkan/membina
mahasiswa menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan tidak meninggalkan aspek akademik sebagai kajian yang bersifat ilmiah.
Sejalan dengan pengembangan dan
penerapan kurikulum yang berbasis
kompetensi di perguruan tinggi, maka mahasiswa juga harus memiliki tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan mempertimbangkan ciri khusus dalam Pendidikan Kewarganegaraan lulusan yang telah menempuh mata kuliah ini diharapkan memiliki kompetensi:
1) Civic Knowledge, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan yang berhubungan dengan keilmuan kewarganegaraan, seperti teori tentang
negara, terbentuknya masyarakat,
identitas nasional, demokrasi, HAM, dan lain sebagainya.
2) Civic Skill, yaitu kompetensi yang
menyangkut kemampuan atau
keterampilan untuk memasuki
masyarakat selaku warga negara yang baik seperti keikutsertaannya dalam kegiatan kemasyarakatan baik secara intelektual atau prilaku (behaviour) 3) Civic Disposition, yaitu terbentuknya
watak mahasiswa yang bersumber pada kepribadian bangsa atau jati diri bangsa (Majelis Dikti Litbang PP Muhamadiyah 2005:4)
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil adalah akan membuahkan sikap mental yang cerdas penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan sikap dan prilaku
yang bertaqwa kepda Tuhan Yang Maha Esa, menghayati nilai falsafah bangsa, berbudi luhur, berdisiplin, nasional, dinamis, sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, profesional, sadar untuk bela negara, serta cinta tanah air dalam melaksanakan profesi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi pengaruh global, setiap warga negara RI pada umumnya dan mahsiswa sebagai calon sarjana/ilmuwan pada khususnya harus tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air. Dalam perjuangan non fisik mahasiswa harus tetap memegang teguh nilai-nilai tersebut di atas pada senua aspek kehidupan.
D. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai