• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Model Pendidikan Karakter Mahasiswa

Dalam dokumen PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELAL (Halaman 121-125)

HEAD TOGETHER) TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA PADA ANAK USIA DIN

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

C. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Model Pendidikan Karakter Mahasiswa

Pendidikan Kewarganegaraan

sebenarnya telah dilakukan dan

dikembangkan di setiap negara di seluruh dunia. Mata kuliah tersebut dinamakan atau diberi istilah dengan bermacam-macam di dunia, seperti Civic Education, Citizenship Education, dan bahkan ada yang menyebut dengan Democracy Education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,

bertanggung jawab, dan berkadaban.

Berdasarkan rumusan ―Civic International‖

(1995) disepakati bahwa pendidikan

demokrasi penting untuk pertumbuhan Civic Culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan demokrasi (Mansoer, 2006).

Dikwar merupakan salah satu

komponen dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK) yang

wajib diberikan pada seluruh pada seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Komponen lain dalam kelompok MKPK adalah pendidikan pancasila dan pendidikan agama. Dikwar menitikberatkan pada kemampuan penalaran ilmiah yang kognitif dan afektif serta menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara secara rasional dan untuk

meyakini kebenaran serta ketetapan

konsepsi bela negara dalam aplikasi

pandangan hidup bangsa (Noor MS Bachry, 2004: iii).

Secara bahasa istilah Civic

Education oleh sebahagian pakar

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

menjadi Pendidikan Kewargaan dan

Pendidikan Kewarganegaraan. Bagi

Azyuimardi Azra dan tim ICCE (Indonesian

Centre of Civic Education) menyebutnya dengan istilah Pendidikan Kewargaan. Sedangkan menurut pakar yang lain seperti

Zamroni, M. Nu‘man Soemantri, Marphin

Panjaitan, TIM CICEO (Centre for

Indonesian Civic Education), Soedijarto, dll, menyebutkan dengan istilah Pendidikan Kewarganegaraan. Menurut UU no. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas pada pasal 39(2) dinyatakan bahwa setiap jenis, jalur, dan

jenjang pendidikan wajib memuat

Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Materi pokok Pendidikan

Kewarganegaraan adalah hubungan antara

warga negara dengan negara serta

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

(PPBN). Di Perguruan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan ini dikenal dengan nama Pendidikan Kewiraan (Dikwir) yang lebih menekankan pada aspek (PPBN). Pada

tahun 2000, diadakan penyempurnaan

kurikulum nasional dimana materi

Pendidikan Kewiraan di samping membahas

materi PPBN juga ditambah dengan

pembahasan materi tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Dikwir kemudian diganti dengan Pendidikan

kewarganegaraan (Pendidikan

Kewarganegaraan).

Kemudian menurut SK Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan serta PPBN merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam suasana kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.

Dari paparan di atas dapat ditarik

suatu pengertian bahwa pendidikan

kewarganegaraan pada hakikatnya adalah merupakan mata kuliah (studi) tentang hubungan antara warga negara dengan negara dan sesama warga negara, sebagai bekal mahasiswa/peserta didik menjadi warga negara yang baik atau handal. Sebagai bidang studi ilmiah pendidikan kewarganegaraan bersifat inter disipliner (antar bidang) bukan mono disipliner karena

dibangun dari kumpulan pengetahuan yang di ambil dari berbagai disiplin ilmu, oleh

karena itu upaya pembahasan dan

pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu ekonomi pembangunan, ilmu administrasi negara, ilmu sejarah bangsa dan ilmu budaya. (H. Kaelan: 2007:4).

Tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan pada dasarnya adalah bagaimana menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Dengan kata lain bagaimana

pendidikan kewarganegaraan dalam

―mewarganegarakan‖ individu atau orang- orang yang hidup dalam suatu negara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

menurut SK DIRJEN DIKTI

no.207/DIKTI/KEP/2000 mencakup: Tujuan utama, Tujuan ilmu dan khusus. Tujuan Utamanya adalah : untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara serta membentuk sikap dan prilaku cita tanah air

yang bersendikan budaya bangsa.

Sedangkan secara ilmu Pendidikan

Kewarganegaraan bertujuan memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada

mahasiswa mengenai hubungan yang

berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) sebagai bekal menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara Republik

Indonesia. Kemudian secara khusus

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan

untuk :

1. Agar mahasiswa paham dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara jujur, santun dan aktratis serta

ikhlas. Sebagai warga negara

Indonesia yang terdidik dan

bertanggung jawab pada bangsa dan negara RI;

2. Agar mahasiswa dapat memahami dan menguasai beragam masalah dasar

dalam kehidupan bermasyarakat

berbangsa dan bernegara serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab berdasarkan pancasila ketahanan nasional (Tannas) dan wawasan nusantara (Wasantara); 3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan

prilaku sesuai dengan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan negara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan seperti tersebut di atas diperbaharui lagi

menurut SK DIRJEN DIKTI

no.43/DIKTI/Kep/2006. tentang rambu-

rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi. Hal ini dirumuskan dalam visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah merupakan sumber nilai dan

pedoman penyelenggaraan dan

pengembangan program studi guna

mengantarkan mahasiswa memantapkan

kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu

realitas yang harus dihadapi bahwa

mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan, dan cinta tanah air dan bangsanya, sedangkan

Misi Pendidikan Kewarganegaraan di

Perguruan Tinggi adalah membantu

mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) dengan rasa tanggung jawab dan bermoral (Kaelan:2007:2).

Sebagai mata kuliah yang

nomerklaturnya didahului dengan kata

―pendidikan‖, maka Pendidikan

Kewarganegaraan senantiasa mementingkan terbentuknya sikap dan atau prilaku. Sehingga fokus utama penerapan tujuan

pembelajarannya adalah pada dimensi

afektif dan atau psikomotor. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan secara umum

hendak mengembangkan/membina

mahasiswa menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan tidak meninggalkan aspek akademik sebagai kajian yang bersifat ilmiah.

Sejalan dengan pengembangan dan

penerapan kurikulum yang berbasis

kompetensi di perguruan tinggi, maka mahasiswa juga harus memiliki tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan mempertimbangkan ciri khusus dalam Pendidikan Kewarganegaraan lulusan yang telah menempuh mata kuliah ini diharapkan memiliki kompetensi:

1) Civic Knowledge, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan yang berhubungan dengan keilmuan kewarganegaraan, seperti teori tentang

negara, terbentuknya masyarakat,

identitas nasional, demokrasi, HAM, dan lain sebagainya.

2) Civic Skill, yaitu kompetensi yang

menyangkut kemampuan atau

keterampilan untuk memasuki

masyarakat selaku warga negara yang baik seperti keikutsertaannya dalam kegiatan kemasyarakatan baik secara intelektual atau prilaku (behaviour) 3) Civic Disposition, yaitu terbentuknya

watak mahasiswa yang bersumber pada kepribadian bangsa atau jati diri bangsa (Majelis Dikti Litbang PP Muhamadiyah 2005:4)

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil adalah akan membuahkan sikap mental yang cerdas penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan sikap dan prilaku

yang bertaqwa kepda Tuhan Yang Maha Esa, menghayati nilai falsafah bangsa, berbudi luhur, berdisiplin, nasional, dinamis, sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, profesional, sadar untuk bela negara, serta cinta tanah air dalam melaksanakan profesi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi pengaruh global, setiap warga negara RI pada umumnya dan mahsiswa sebagai calon sarjana/ilmuwan pada khususnya harus tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air. Dalam perjuangan non fisik mahasiswa harus tetap memegang teguh nilai-nilai tersebut di atas pada senua aspek kehidupan.

D. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

Dalam dokumen PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELAL (Halaman 121-125)