• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto yang subject matternya manusia dengan tema khusus Foto dengan tema jender dan subject matternya perempuan sebagai model

Dalam dokumen PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS (1) (Halaman 126-136)

BAB IV HASIL PENELITIAN

CONTINUOUS PROFESSIONAL DEVELOPMENT FOR ICT-BASED LEARNING, Jogjakarta 8-10 Desember 2009.

4. Foto yang subject matternya manusia dengan tema khusus Foto dengan tema jender dan subject matternya perempuan sebagai model

sedang diekplorasi habis-habisan oleh banyak fotografer wanita. Fotografer Cindy Sherman yang memotret dirinya sendiri dari berbagai peran dari

hitchhiker” sampai ibu rumah tangga. Subjek (tema) yang dibuat The Girl is in Trouble, walapun wanita itu tidak menyadarinya. Wanita ini selalu sendiri, menunggu, khawatir, mengawasi.116 Pada Untitled Film Stills, pengamat bisa

menginterpreasi berbeda-beda. Bisa beranggapan bahwa foto-foto Cindy tersebut sebagai protes eksploitasi wanita dalam dunia. Kendatipun demikian tujuan fotografer pada tingkat ini sering tidak bisa digunakan

sebagai bahan kritik. Cindy Sherman berkata “ Saya hanya tertarik untuk

membuat karya dan membiarkan analisis pada kritikus”.117 Tema lain

116 Terry Barrett, op.cit., p. 24 117 Terry Barrett, op.cit. p 57

127

tentang rasialis, diskriminasi wanita (terutama pada wanita berkulit hitam), eksploitasi, marginalisasi dan prasangka dibuat oleh fotografer keturunan afrika di Amerika bernama Lorna Simpson. Karyanya you are fine yang ada seorang wanita keturunan afrika menggunakan pakaian tidur dengan tulisan diatasnya you are fine dan you are hired. 118 Disamping itu ada fotografer

Barbara Kruger yang banyak menggunakan foto dengan tempelan kata-kata yang mengutuk 119diskriminasi seks terhadap wanita.

Karya fotografer lain yang lebih banyak bekerja di kamar gelap yaitu Jerry Uelsmann dengan subject matternya bervariasi dari wanita muda, kondisi nude, apel, dan dia menggabungkan subject matter tersebut dalam satu negatif. Gabungan ini sepertinya sudah direncanakan untuk membuat tema Hawa, 120tetapi dia berujar pada saat memotret dia tidak sadar dengan

konotasi ini. Foto-foto Jerry Uelsmann ini mengingatkan pada pelukis Salvador Dali. Foto-fotonya berkesan seperti mimpi.

Karya fotografer Diana Arbus 121mungkin yang mempunyai subject

matternya manusia dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Penghisap narkoba, wanita kaya kesepian, orang retardasi mental, kaum nudis, orang yang cacat tubuhnya dan semua karyanya dibuat berkesan mengerikan.

118 Aperture, p 19

119 Terry Barrett., op.cit. p 90 120 Ibid p 57

128

Perupa Indonesia, Agus Suwage sering memotret dirinya dengan kamera digital dan kemudian melukis di atas kanvas fotonya122, sehingga karya

fotonya dan temanya unik yang mengundang orang untuk mempunyai interpretasi berbeda.

Foto Still Lifes yang subject matternya mudah dikenali. Foto jenis ini termasuk yang paling lama dan awal orang belajar memotret dengan kamera. Hal ini disebabkan kamera yang ditemukan pada awalnya berat dan kecepatan film menangkap sinar sangat lambat, sehingga jenis foto ini yang paling sering dibuat fotografer. Foto still lifes yang biasanya berupa rangkaian bunga di atas meja, buah-buahan di atas meja dan foto interior , foto arsitektur sampai dengan foto landscape (pemandangan) termasuk jenis ini. Tentunya pioner fotografer still lifes ini yang paling dikenal adalah kelompok F-64 yang terdiri dari Ansel Adams, Edward Weston, Wynn Bullock, Imogen Cunningham. Fotografer Ansel Adams yang paling dikenal luas karena keindahan fotonya mudah dirasakan orang awam, tetapi rasa kemegahan dari foto Ansel Adams biasanya butuh waktu dan kedalaman perasaan 123. Seperti disebut oleh Terry Barrett 2006, kelompok ini disebut juga “straight”. Foto mereka dibuat setajam mungkin dengan diafragma sekecil mungkin, sehingga detail fotonya tajam sekali. Disamping itu film yang mereka gunakan ukurannya besar 4 X 5 inch sampai 8 X 10 inch.

122 http://www.artnet.com/artist/424412332/agus-suwage.html

123 Ansel Adams, The Negative, The New Ansel Adams Photography Series/Book 2, (London : A Bulfinch Press Book,1982).p 5

129

Foto Edward Weston berjudul Pepper No. 30 termasuk foto still lifes yang paling terkenal. Hampir semua seri dengan judul Pepper ini dibuat dengan subject matter paprika hijau. Sekilas paprika hijau ini seperti otot seseorang atau orang yang sedang bergulat itu tergantung interpretasi orang. Foto Edward Weston termasuk foto yang membutuhkan perenungan dan perasaan yang tidak sekedar rasa indah, sedangkan fotografer Robert Mapplethorpe yang memotret bunga, tubuh manusia, termasuk bisa dirasakan karena jelas dan mudah dikenali subyeknya. Salah satunya berjudul eggplant, 1985124.

Subject matter yang sederhana lain dibuat oleh Jan Groover 125yang

memotret pengaturan alat-alat dapur seperti pisau, garpu, sendok, piring, gelas, gelas plastik, tanaman, sayur mayur

Foto still lifes yang subject matternya tidak mudah dikenali. yang dianggap butuh pendalaman rasa yang lebih karena subyek dari yang difoto sering kali sulit dikenali. Misalkan foto Joel-Peter Wikin, “Feast of Fools”,

New Mexico, 1990 yang mengambil “subject matter”nya berupa potongan mayat. Karya Patrick Nagatani, Fussion Feast, 1989 yang subject matternya peralatan makanan dengan latar belakang lukisan. Karya Sandy Skoglund, The Cocktail Party, 1992 126yang subject matternya orang yang ditutupi oleh

potongan seperti pisang, sedangkan foto pencemaran pada daerah Amerika

124 Majalah Aperture, spring 1996, No 143. New York : Aperture Foundation. p 6 125 Terry Barrett, op.cit. p 27

130

Selatan difoto oleh Richard Misrach127. Dengan membaca dahulu keterangan

yang diberikan pada foto akan mempermudah merasakan gambar tersebut.

Warna pada foto “landscape” tersebut beda jauh dengan yang ada pada post card atau buku turisme dan travel. Foto Richard Misrach berkabut dan air yang difoto kelabu bahkan hijau muda.

5. Foto “abstract” yang subject matternya mudah dikenali. Walaupun secara pengelompokkan sejarah seni rupa, fotografer-fotografer ini tidak semua ada dalam aliran abstrak, tetapi pada kategori ini dimasukkan karena subject matternya yang tidak utuh dan cenderung hasil cropping, pemotretan dengan lensa macro, pemotretan dengan lensa tele. Potongan subject matternya masih dikenali tetapi merasakannya tidak mudah karena subject matternya yang tidak tampil utuh. Fotografer Aaron Siskin128 yang menurut

Michael Langford dimasukkan ke dalam aliran Abstrak.129 Fotografer ini

banyak memotret cat mengelupas, grafiti, kaleng berkarat, poster sobek, dahan kayu berlubang, patung rusak dan sebagainya, sedangkan fotografer lain yang memotret pejalan kaki, tembok, pantai, ranting pohon adalah Harry Callahan. Walaupun Harry Callahan130 dikelompokkan dalam aliran

dynamism oleh Michael Langford, tetapi foto Harry Callahan banyak dibuat

127 Majalah Aperture, no 162, p 31 42

128 Aaron Siskind, Aaron Siskind, (Oxford : Museum of Modern Art,1979) 129 Michael Langford, op.cit.p 367

130 Keith F. Davis, Harry Callahan New Colour Photograhs 1978 1987, University of New Mexico Press

131

dengan mengambil bagian-bagian dari dinding tembok, ranting pohon, rumput dan hanya terlihat seperti garis-garis, kotak-kotak dan gabungan bentuk- bentuk dasar, sehingga dalam merasakan karya Harry ini butuh waktu dan sulit dilakukan oleh pemula yang belum pernah dibelajarkan membaca foto sebelumnya.

Ada satu fotografer yang banyak membuat foto di daerah perkotaan seperti Harry Callahan, Franco Fontana yang memotret dengan lensa tele sehinga membuat fotonya berkesan flat dan kurang berdimensi, tetapi paduan antara latar depan dan latar belakang dan subjectmatternya 131yang

terkompresi menjadi menarik. Franco Fontana dimasukan ke dalam kelompok aliran abstrak oleh Michael Langford. Fotografer lain yang banyak bereksperimen dengan warna dan memotret benda-benda disekeliling dan di perkotaan adalah William Eggleston, sedangkan Ernst Haas banyak memotret alam dengan lensa macro sehingga foto hutan, batu, es seperti lukisan impressionist. Michael Langford memasukan Ernst Haas kedalam aliran impressionist132.133

Tabel 7. Taksonomi Afektif dalam interpretasi foto Tingkat Jenis Foto

(umumnya)

Fotografer Rasa yang dirasakan oleh pengamat

1 Foto Kasian Chepas Tidak terasa apapun

131 Michael Langford. op.cit p 366 132 Ibid. p 339

132 Dokumentasi pada dinding

Borobudur

2 Foto Komersial Agensi Black Book Indah, mewah, indah, ingin membeli, seks, romantis, ekslusif, macho, feminism, gembira, sedih. 3 Foto Jurnalistik dan Fotografer agensi Antara, Kompas, Tempo. Sedangkan agensi luar fotografer Magnum sedih, murung, mencekam, menakutkan, ngeri dan rasa-rasa

negatif, kasihan. Rasa lucu, humor juga termasuk

Foto Jurnalistik esei

Eugene Smith Sedih, murung, mencekam, kasihan 4 Foto yang subject

matternya manusia dengan tema khusus Cindy Sherman, Lorna Simpson, Barbara Kruger, Jerry Uelsmann, Diana Arbus

Ngeri, mimpi, aneh, kadang sulit mengidentifikasi rasa yang ditimbulkan. Kelompok F-64, Ansell Adams, Edward Weston dkk. Indah, megah, besar. Foto still lifes Edward Weston ada rasa pesimisnya dan rasa yang negatif.

foto Still Lifes yang subject matternya landscape dan nude.

Foto still lifes yang subject

Joel Peter-Wikin, Richard Misrach,

Jijik, ngeri, takut, mencekam, aneh.

133 matternya tidak mudah dikenali Sandy Skolgund 5 Foto Abstrak yang subject matternya mudah dikenali Aarond Siskind, Franco Fontana, Ernst Haas, Agus Leonardus

Terasa sesuatu dan kadang sulit mengidentifikasi rasa yang ditimbulkan Foto Abstrak yang subject matternya tidak mudah dikenali Rashid Johnson, Adam Fuss, Doug dan Mike Starn, Richard Misrach

Terasa sesuatu dan kadang sulit

mengidentifikasi rasa yang ditimbulkan

Contoh diatas menunjukkan bahwa foto yang terlihat abstrak ternyata dikelompokkan berbeda-beda bila dilihat dari aliran. Pembagian yang dilakukan pada taksonomi afektif ini untuk membagi foto-foto mana yang sulit dirasakan, sehingga aliran tidak digunakan sebagai acuan. Foto-foto dalam kategori ini yang biasanya hanya terasa bahwa foto ini ada rohnya dan tidak. Foto Ernst Haas masih ada rasa indahnya dan berbeda dengan foto-foto Aaron Siskind yang warna hitam putih dan suram, sedangkan fotografer asal Yogyakarta, Agus Leonardus memotret dengan film warna subject matter dari

alat dapur, mobil berkarat, sampai “close-up” kapal di pasar ikan Jakarta. Subject matternya mudah dikenali orang Indonesia karena ada disekitar kita dan warnanya sesuai dengan yang sering kita lihat.

134

Foto “abstract” yang subject matternya tidak mudah dikenali. Rashid Johnson 134membuat foto dengan bahan material tulang ayam, melon, kacang

merah, beras dan sbagainya. Subject matternya sulit dikenali. Fotonya mempunyai konotasi budaya dengan judul Jiggabooboo Holy Field Negros. Begitu pula dengan fotografer Adam Fuss 135yang menggunakan jeroan

binatang, ular. Uniknya Adam Fuss tidak menggunakan kamera tetapi eksperimen dengan alat-alat kamar gelap. Hasil karya Adam Fuss ini mengundang protes dari pecinta binatang. Fotografer Doug dan Mike Starn banyak mencoba benda-benda yang diberi sinar lampu dari bawah, sehingga warna lampu yang kuning itu membuat foto seperti gambar jaman dulu. Fotografer Richard Misrach yang memotret pergerakan bintang-bintang di langit dan difoto berjam-jam sehingga dilihat sekilas seperti garis-garis putih dengan latar langit hitam136. Tanpa memperhatikan detail dan membaca teks

yang menyertai foto maka akan sulit bagi pengamat merasakan foto tersebut. Walaupun ada banyak foto yang bisa saja dirasakan tanpa membaca teks.

134 Terry Barrett, op.cit.p 29

135 Aperture. “on location with Annie Leibotitz, Lorna Simson, Susan Meiselas, Cindy

Sherman, Adam Fuss, Joel Peter Witkin, Jon Goodman”, no 133, New York : Aperture

Foundation, 1993 p 44

136 Aperture, on location with Lynn Davis, Mary Ellen Mark, Duane Michals, Richard Misrach,

Raghu Rai, Lise Sarfati, Doug and Mike Starn, no 146. New York : Aperture Foundation,

135 H. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan mengenai pembelajaran berbasis masalah banyak dilakukan Howard S Barrows137. Penelitian pembelajaran berbasis

masalah oleh Barrows ini di bidang kedokteran. PBM yang dibuat di seni rupa oleh Tracie E. Constantino yang meneliti stategi kongkret pembelajaran estetika bagi anak-anak SD138. PBM ini menggunakan teknik KWL untuk

membantu guru saat brainstrorming. Model PBM yang digunakan menjadi empat tahap dan yang dikembangkan oleh penulis dalam penulisan disertasi ini.

Penelitian kritik foto sebenarnya sudah banyak dilakukan di negara barat tetapi jarang dalam membelajarkan dengan foto di Asia bahkan di Negara maju seperti Taiwan. Dua disertasi orang Taiwan yang yang mengambil gelar doktor di Pennsylvania State University. Chia Chi Chuang th 2007 139meneliti cara pembelajaran professor Wu di Taiwan yang

membelajarkan apresiasi baca foto. Penelitian ini menarik karena Wu menggunakan teknik pembelajaran dan model kritik yang dikembangkan sendiri. Kemudian Chia menggunakan instrumen uji yang diambil dari model kritik Barrett dan berhasil mengukur kemajuan hasil belajar siswa di Taiwan.

137 LuAnn Wilkerson, Wim H. Gijselaers., op.cit. 3

138Tracie E. Costantino, “Problem-Based Learning : A Concrete Approach for Teaching

Aesthetics”, Studies in Art Education, 2002, 43 (3), 219-231. 139 Chia Chi Chuang., op.cit, pp 1-235

136

Peneliti lain yaitu Chiu-Jhin Chen (2005140) seorang staf pengajar di

Universitas Taiwan itu meneliti baca foto-foto keluarga tempo dulu di Taiwan pada zaman pendudukan Jepang. Foto keluarga dapat memperlihatkan bagaimana seseorang mengenal budayanya dan tanda individu yang berkaitan dengan budayanya dan mengerti diri mereka sendiri. Walaupun Taiwan di jajah jepang dan dipengaruhi barat dan cina, tetapi foto-foto keluarga tersebut memperlihatkan bahwa mereka mempunyai budaya sendiri. Mengapa penelitian membaca foto ini penting sekali dilakukan? Penelitian baca foto penting dilakukan karena meningkatkan kemampuan kognitif dan perasaan estetika seseorang dari membaca foto. Bahkan tingkat baca foto ini bisa disetarakan dengan membaca lukisan Picasso dan mengikuti urutan taksonomi Bloom/Anderson, sehingga cara pembelajaran ini akan membuat pemelajar menjadi bisa membaca foto secara sistematis dan sistemik.

Dalam dokumen PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS (1) (Halaman 126-136)