BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
C. Dinamika Psikologis
3. Subjek 3
Berdasarkan keterangan subjek dari hasil wawancara dan analisis dokumen, subjek 3 mengalami gejala gangguan depresi berupa perasaan sedih yang mendalam. Subjek memandang kondisinya yang lumpuh sebagai hidup tidak bisa bergerak, mati juga tidak. Ia menyatakan bahwa, kesedihan saat ini merupakan kesedihan yang paling parah yang pernah dialami. Ia merasa hidupnya menderita, sengsara dan cobaan yang tidak kunjung berhenti. Ia sering menangis untuk mengungkapkan kesedihannya, padahal sebelumnya ia tidak pernah menangis. Rasa sedih tersebut muncul karena tidak dapat beraktivitas secara normal, bekerja, memikirkan masa depan keluarga, rasa sakit yang luar biasa sebagai reaksi atas kelumpuhan bahkan sedih karena tidak dapat melakukan aktivitas seksual secara normal.
Menurut subjek, sedih yang ia alami berkepanjangan dari sejak gempa dan divonis mengalami kelumpuhan permanen sampai sekarang tidak ada perubahan. Perasaannya yang tertekan karena sangat sulit untuk menerima kondisi kelumpuhan seumur hidup. Ia sering bermimpi bisa berjalan lagi sampai terbangun dan melihat kondisinya masih lumpuh membuatnya merasa kecewa dan menangis.
Perasaan tertekan muncul karena subjek memandang kondisinya sekarang merupakan penderitaan yang berkepanjangan. Peran dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga dimana anakanak masih sekolah membuatnya sangat terbebani. Stres ekonomi, harga barangbarang kebutuhan yang
semakin mahal sedangkan ia tidak dapat bekerja membuat subjek semakin tertekan.
Cara merawat dirinya yang asalasalan membuat subjek berpikir istrinya kurang memberikan perhatian. Rasa bosan dan khawatir ada gempa susulan memicu munculnya rasa tertekan. Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas bekerja dan aktivitas rutin terapi, bahkan untuk keluar ruangan pun subjek enggan. Kehilangan minat pada subjek dipicu oleh rasa enggan subjek untuk mengatasi kesulitan fisik dalam beradaptasi dengan kondisi kelumpuhannya, misalnya untuk pergi bekerja ia harus menempuh jarak 2,5 menggunakan kursi roda.
Subjek mengalami sulit tidur setiap hari seperti tidak dapat tidur pulas. Setiap malam ia selalu terbangun pada tengah malam atau dinih hari, lebih dari sepuluh kali. Faktor psikis berupa pikiran yang tertekan akan kelumpuhan dan memikirkan anakanak membuat subjek sulit tidur. Subjek memandang rasa sakit, nyeri dan panas pada kaki sebagai kesulitan untuk dapat tidur nyenyak. Keinginan untuk tidur selama mungkin juga subjek alami sehingga mengalami gangguan pernafasan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya aktivitas yang dapat ia lakukan.
Pekerjaan subjek sebagai reparator barang elektronik mengalami penurunan, meskipun sebenarnya dapat ia lakukan dalam kondisi kelumpuhannya. Hal tersebut disebabkan oleh kerusakan sebagian alatalat reparasi akibat gempa. Selain itu kendala fisik seperti tangan kaku, badan sulit
digerakkan dan tenaga kurang membuat subjek enggan sehingga aktivitas kerja menurun. Terapi fisik rutin juga jarang dilakukan karena istri enggan membantu. Penurunan aktivitas, penyesuaian fisik, rasa sakit akibat raksi kelumpuhan, masalah hidup yang berat membuat subjek mudah lemas. Subjek khawatir istri mencari kepuasan seksual diluar rumah sehingga semangat menggebugebu ketika melakukan hubungan seks.
Gejala nafsu makan berkurang subjek alami dimana pernah tidak ingin makan sama sekali. Berat badan juga mengalami penurunan sehingga ia menjadi kurus. Faktor keinginan untuk mati dan masalah kelumpuhan turut menyebabkan nafsu makan subjek yang turun.
Gejala kehilangan energi subjek alami berupa fisik yang lemas terus menerus dan sulit bergerak. Subjek merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Selain itu dalam mengungkapkan emosional misalnya marah subjek merasa tidak punya daya karena khawatir ditinggalkan oleh keluarganya.
Gejala konsep diri negatif subjek alami dengan munculnya perasaan tersinggung dan kehilangan percaya diri. Subjek tidak percaya diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar karena memakai kursi roda. Sejak divonis lumpuh subjek menjadi mudah tersinggung, ia marah setiap dokter mengatakan bahwa ia lumpuh seumur hidup. Meskipun demikian, ia berusaha untuk meredam karena merasa dirinya sudah tidak berdaya. Subjek khawatir jika mudah tersinggung atapun marahmarah ia akan ditinggalkan oleh istri
dan anakanaknya. Dalam kondisinya yang lumpuh, subjek merasa berdosa pada istri, keluarga maupun orangorang sekitar. Ia berpikir bahwa dosanya ditebus dengan menjadi lumpuh. Subjek mudah sekali merasa bersalah karena tidak dapat bekerja dan menafkahi keluarga.
Gejala mengeluh sulit konsentrasi subjek alami jika sedang bekerja rasa sakit fisik muncul. Ketika rasa sakit muncul subjek berpikir bagaimana mengurangi rasa sakitnya sehingga fokus pada pekerjaan terganggu. Gejala tidak dapat mengambil keputusan juga subjek alami berupa kebingungan akan masa depannya dan keluarganya. Ia tidak dapat mengambil keputusan karena prinsip subjek jika memutuskan sesuatu ia harus dapat melaksanakannya. Saat ini pengambilan keputusan ia serahkan sepenuhnya pada keluarga.
Subjek berpikir bahwa hidup dalam kondisi lumpuh separuh lebih baik mati daripada merasakan sakit seumur hidup. Ia juga pernah meminta pada dokter untuk memberinya suntik mati. Selain itu, terbersit keinginannya untuk bunuh diri di rel kereta api atau membuang dirinya ke sumur. Keinginannya untuk bunuh diri terus menerus timbul jika ia malas untuk sholat.
Subjek : Sup Jenis Kelamin : Lakilaki
Usia : 40 thn
No Aspek Depresi Kelumpuhan (L) Gempa (G) Lainlain (O)
a. Mood Sedih dan Tertekan
1. Perasaan sedih yang mendalam atau menderita hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, atau
Y Sedih, kadang menangis dialami sepanjang hari : pagi, siang, sore, malam <B. 1920>.
Y Berteriak sangat kesakitan, <G. 1015>.
Y Merasa sedih yang sangat parah dialami dan belum pernah dialami sebelumnya. <B.23>.
Y Sedih dialami dari sejak gempa (bulan Mei 2006) setiap hari sampai sekarang (pelaksanaan wawancara, Januari 2007) tidak ada perubahan <B.2230>.
Y Perasaan menderita, dan hidup sengsara <Q. 21 25>.
Y Sakit fisik di sekitar perut sampai kemaluan. <B.11 16>.
Y Lumpuh dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa, merasa bahwa hidup tidak dapat bergerak, mati juga tidak <A.1520>.
Y Tidak tahu mau menuntut siapa atas kelumpuhan, ingin menuntut Tuhan tidak mungkin. (B. 15).
Y Pernah bermimpi bisa jalan , <G. 1015>.
Y Tidak bisa bekerja <I. 1819>.
Sangat sedih karena rumah hancur dan perabotan rusak <D.2325> <D. 31> <E.1>.
2. Kehilangan minat dan kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. Y Kehilangan minat untuk aktivitas seharihari <D. 20>.
Y Kehilangan minat untuk bekerja <K. 812>.
Y Kehilangan kesenangan dalam berhubungan seks
Kehilangan
kesenangan akan radio mini <D.21 25>. Radio yang
terbakar kena hujan. <D 2526>. 3. Perasaan tertekan. Y Perasaan terbeban berat <C.18> Y Gerah dengan masalah pikiran. <F. 17> Y Takut ditinggalkan anak dan istri <F. 1920> Y Jenuh dengan hidup <L. 25>. Y Tidak semangat hidup <L.31> Y Merasa tidak karuan <M. 4>
Y Beban berat sebagai kepala keluarga memikul tanggung jawab keluarga dengan tiga orang anak yang membutuhkan biaya untuk sekolah <C.19 21>> <C.23> <F.2325> <L. 3031> <M. 13>. Y Biaya hidup yang semakin mahal sedangkan untuk kembali bekerja sulit <L. 2526>. Y Tidak bisa mencari nafkah <M. 1> Y Tidak dapat memberikan perhatian dan kasih sayang <C. 1920> <N. 810>. b. Gangguan Tidur
1. Sulit tidur (insomnia); tidur terlalu sedikit, awalnya tidak bisa tidur atau tidak dapat kembali tidur bila terbangun di tengah malam dan bangun pada dini hari, atau
Y Setiap hari sangat sulit tidur, tidur setengah atau satu jam terbangun setiap malam <E.47>.
Y Sulit tidur dari malam pertama sampai sekarang <E. 1516>.
Y Setiap malam terbangun tengah malam atau dinih hari, lebih dari 10x karena rasa sakit di sekitar kemaluan. Sulit tidur karena tidak boleh terlentang khawatir muncul luka tekan. <E. 2530> <F. 3 5>.
Y Sulit tidur karena tidak boleh terlentang khawatir muncul luka tekan. <E. 2930>.
Y Sering mengalami mimpi bisa jalan yang membuat subjek terbangun dan sulit untuk tidur kembali. <G. 59>.
Y Tidur lama untuk menghindari masalah hidup <H.
2122> muncul luka tekan dan anak akan menangis <H.20 22>. c. Aktivitas 1 Perubahan kadar aktivitas Y Malas makan <L.3> Y Aktivitas sosial di masyarakat berkurang jauh <M. 1213> Y Menjadi sering melamun. <K. 16> Y Membayangkan aktivitas yang dulu dapat dilakukan dan dinikmati.<K. 26>. Melanjutkan aktivitas sebagai tukang elektro sulit karena alatalat rusak akibat gempa <H.24>.
2. Menjadi lemas (retardasi psikomotorik), atau Y Dulu sewaktu masih sehat lemas jarang sekarang lemas terus. <I. 31>.
Y Lemas, tangan kaku, tenaga kurang dan badan tidak digerakkan. Dulu jarang merasa lemas, sekarang lemas terus < I. 2830>. Y Pasif <J. 8>. Tidak bisa melakukan apaapa <J. 13 17>. 3. Terlalu bersemangat. Sangat bersemangat dalam hubungan seks <K. 2224>. d. Nafsu makan
1. Nafsu makan berkurang dan berat badan
turun, atau YY Malas bahkan tidak ingin makan <L.1> <L.12>. Sewaktu belum lumpuh badannya gemuk <L.7>
Y Merasa badan kurus <L. 10>.
2. Nafsu makan meningkat dan berat badan
meningkat.
e. Tenaga atau energi
1. Kehilangan tenaga atau Y Tenaga berkurang, fisik lemas terus, sulit bergerak. <I. 2930> <J 1 2>
Y Merasa tidak berdaya <L. 16>.
Y Tidak berdaya untuk mengungkapkan emosional <O. 1117>
f. Konsep diri
1. Konsep diri negatif Y Kehilangan percaya diri untuk sosialisasi di masyarakat <M. 1113>
Y Sering merasa tersinggung <N. 1922>.
2. Menyalahkan diri sendiri Merasa banyak dosa terhadap istri, tetangga <M. 25
31>.
3. Perasaan tidak berarti. Y Peran dan tanggung jawab kepala keluarga, tidak dapat membiayai anakanak sekolah, kelangsungan ekonomi keluarga <L. 3031> <M. 1 3>.
Y Tidak dapat melakukan gerakan yang anakanak bisa melakukuan seperti berlari <L. 1620>.
Y Peran sebagai suami dalam memberi kebutuhan biologis kepada istri <N. 513>.
Y Masih membutuhkan pertolongan keluarga <14 15>.
Y Ingin mengungkapkan emosional (marah, tersinggung) tidak berani karena khawatir ditinggalkan istri dan anak <N. 16 21> <O. 15 17>.
g. Konsentrasi
1. Mengeluh sulit konsentrasi atau terlihat sulit
berkonsentrasi, seperti lambat berpikir. Jika sedang bekerja dan sakit muncul, lebih memikirkan mengatasi rasa sakit yang ia alami sehingga konsentrasi hilang <P.2426>.
2. Tidak dapat mengambil keputusan. Tidak dapat mengambil keputusan karena jika memutuskan maka bisa melaksanakan sendiri. Keputusan sepenuhnya diserahkan pada keluarga <O. 2131>.
h. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
1. Pikiran tentang kematian atau Y Hidup dengan kondisi lumpuh separuh, berpikir
2. Bunuh diri yang terus menerus timbul. Bunuh diri di rel kereta api atau dengan membuang diri
2006
Subyek 3 : Sup
Jenis Kelamin : Lakilaki Usia : 40 thn
Aspek Depresi Kelumpuhan (L) Gempa (G) Lainlain (O)
a. Mood Sedih dan Tertekan
1. Perasaan sedih yang mendalam atau menderita hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, atau
Berdasarkan catatan pendampingan individu harian. Klien mengalami perasaan sedih dan tertekan selama didampingi. Klien mulai mendapat pelayanan psikososial PRY sejak tanggal 19 Oktober 2006 mengalami perasaan sedih dan tertekan hampir di setiap pendampingan sampai pada tanggal 29 November 2006 klien selesai mendapatkan perawatan di PRY.
ü Sering menangis karena bertanya dalam hati mengapa harus mengalami musibah seperti ini.
ü Klien sedih dan cemas tentang kondisinya kelumpuhan karena khawatir istri akan meninggalkan dirinya.
ü Klien sedih memikirkan masa depan anakanaknya, biaya pendidikan dan biaya hidup seharihari karena tidak bisa bekerja lagi mencari uang.
ü Klien menangis selama mendapat perawatan di Bethesda karena sudah tidak merasa betah dan ingin kembali dirawat di Yakkum.
ü Klien merasa hidupnya sangat menderita yang berkepanjangan.
2. Kehilangan minat dan kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. Kehilangan minat untuk melakukan hubungan seks lagi karena alat vital tidak berfungsi. Istri yang kurang mengerti dengan kondisi membuat klien semakin tidak berdaya untuk berhubungan seks. Klien belum bisa terima kondisi seksualitas yang berubah.
3. Perasaan tertekan. ü Klien merasa cobaan yang diberikan oleh Tuhan padanya
sungguh untuk merawat dan kurang pengertian dengan kondisi klien. Klien stress.
ü Tetekan dengan rasa sakit panas pada kaki, nyeri pada perut, dll yang terus menerus klien rasakan. Klien mengatakan belum pernah ia merasakan sakit seperti ini sebelumnya. ü Klien sangat tertekan karena tidak bisa berhubungan seks
seperti dulu lagi.
b. Gangguan Tidur
1. Sulit tidur (insomnia); tidur terlalu sedikit, awalnya tidak bisa tidur atau tidak dapat kembali tidur bila terbangun di tengah malam dan bangun pada dini hari, atau
ü Malam sulit tidur karena memikirkan penderitaan hidup yang berkepanjangan.
ü Klien sering bermimpi bisa berjalan yang membuatnya terbangun pada tengah malam. Klien sangat sedih karena hanya bermimpi.
Sulit tidur karena trauma gempa. Klien takut tertimpa reruntuhan bangunan.
2. Keinginan tidur selama mungkin, Tidur terus menerus sampai jenuh.
c. Aktivitas
1 Perubahan kadar aktivitas. Dulu bekerja sebagai tukang servis elektronik, aktif bergerak dan
beraktivitas sekarang tidak dapat bekerja karena lumpuh. 2. Menjadi lemas (retardasi psikomotorik),
atau ü Masalah yang terlalu berat membuat klien lemas, enggan untuk terapi dan lebih memilih diam di tempat tidur. ü Kondisi penyesuaian fisik dengan kondisi kelumpuhan, rasa
sakit membuat klien lemas. ü 3. Terlalu bersemangat. Klien mencoba berhubungan seks dalam kondisi lumpuh. Ia sangat semangat dan menggebugebu agar dapat memuaskan istri. d. Nafsu makan 1. Nafsu makan berkurang dan berat badan
turun, atau Nafsu makan turun bahkan klien tidak ingin makan sama sekali agar cepat mati. 2. Nafsu makan meningkat dan berat badan
meningkat.
ü Kurang bersemangat karena rasa sangat sakit dan panas di kaki.
2. Sangat lelah.
f. Konsep diri
1. Konsep diri negatif ü Klien sudah divonis dokter akan mengalami kelumpuhan permanen tetapi ia tidak bisa terima dengan kondisi kelumpuhannya.
ü Klien marah pada dokter yang menyatakan dirinya lumpuh. ü Klien iri dengan istri pasien yang lain karena lebih telaten
dalam merawat dibandingkan istrinya yang sering marah marah.
2. Menyalahkan diri sendiri. ü Menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa bekerja dan memberikan nafkah pada keluarga.
ü Klien mengatakan bahwa anaknya celaka karena kesalahan dirinya yang pada waktu itu sedang stress dan ingin mati. ü Klien kecewa dengan dirinya sediri karena tidak berdaya.
3. Perasaan tidak berarti ü Klien merasa hidupnya sudah tidak berguna, karena tidak dapat memberi nafkah lahir batin pada istri sedangkan istrinya masih muda. Anakanaknya juga masih kecil dan membutuhkan biaya untuk sekolah.
ü Khawatir diceraikan oleh istrinya.
g. Konsentrasi
1. Mengeluh sulit konsentrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi, seperti lambat berpikir.
2. Tidak dapat mengambil keputusan. Bingung tentang rencana masa depan.
h. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
1. Pikiran tentang kematian atau ü Klien ingin mati dengan meminta agar dokter memberinya suntik mati.
ü Pikiran negatif yaitu keinginan mati yang terus menerus timbul.