BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
C. Dinamika Psikologis
2. Subjek 2
Berdasarkan hasil data wawancara dan analisis dokumen. Subjek mengalami gejalagejala gangguan mood berupa kesedihan yang mendalam. Subjek berpikir bahwa perasaan sedih yang ia alami saat ini paling parah dari sedih yang dialami sebelumnya. Kesedihan yang paling parah pernah ia alami satu setengah bulan sewaktu masih dirawat di rumah. Kesedihannya itu memuncak dan tidak dapat ia kendalikan, badan lemah sampai ia berpikiran untuk bunuh diri. Selain itu, pernah ia mengalami reaksi sedih sampai menggigil. Ia merasa darah tidak terasa mengalir. Subjek memukulmukul kakinya sambil menangis karena tidak bisa bergerak. Ia menjadi sangat murung dan menangis. Ia memandang bahwa dengan menjadi lumpuh maka tidak dapat bekerja menafkahi keluarga, tidak dapat memberikan perhatian dan kasih sayang. Subjek merasa sangat bersalah pada keluarganya.
Selama satu setengah bulan di rumah ia mengalami kesedihan yang parah, ketika sudah di rehabilitasi di setiap sesi pendampingan psikologis harian subjek tampak tertekan semenjak Senin 25 September 2006 sampai 13 Desember 2006. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek mengalami kesedihan mendalam dan perasaan tertekan hampir setiap hari selama lebih dari 2 minggu.
Berkaitan dengan gejala perasaan tertekan, subjek menginterpretasikan kelumpuhannya sebagai suatu beban dan masalah hidup ia tanggung sendiri tanpa orang lain juga merasa terbeban denga kondisinya. Ia menganggap
dirinya tidak dapat berperan dengan baik karena tadak dapat bekerja dan mempunyai penghasilan yang penuh. Ia berpikir bagaimana masa depan anak anaknya yang masih kecil meskipun subjek tahu bahwa anaknya sudah memperoleh bantuan beasiswa. Meskipun tidak bekerja, subjek masih memiliki penghasilan dari usaha wartel. Jika dalam kondisi sangat stress, subjek membenturkan kepalanya ke tembok. Perasaan tertekan ia tunjukkan dengan ketidakmampuannya untuk mengontrol emosi. Ia pernah melempar istrinya dengan botol minuman sambil mencaci maki dan mengusir pulang. Ia berpikir bahwa istrinya tidak mengerti perasaannya, padahal istri selalu setia menemani subjek selama mendapat perawatan.
Gejala kehilangan minat dan kesenangan pada aktivitas yang biasa dilakukan. Subjek merasa kehilangan kesenangan akan pekerjaannya, berkumpul bersama keluarga dan banyak hal lain. Ia juga tidak berminat lagi untuk melanjutkan pekerjaannya meskipun ia merasa cocok dan menyukai pekerjaannya sebagai instalator Telkom. Ia membesarbesarkan kekurangan dalam dirinya atas ketidakmampuannya dalam berperan sehingga tidak ingin bicara dengan anggota keluarga lain dan tidak ingin keluar rumah untuk bersosialisasi. Subjek menjadi ngelokro atau tidak ingin melakukan aktivitas apapun.
Subjek menciptakan perintah personal berupa ia semestinya bisa berjalan lagi merupakan harapan yang tidak realistis. Dalam kondisi tersebut membuat perasaannya bergejolak sehingga mengalami kesulitan tidur. Gejala gangguan
tidur yang subjek alami berupa tidak dapat pulas, pada malam hari, tidur terlalu sedikit bahkan tidak dapat tidur sampai adzan subuh. Ketika sulit tidur ia sampai lupa waktu menunjukkan jam berapa. Siang hari pun ia sulit untuk tidur pulas dan mudah terbangun. Ia baru dapat tidur ketika fisik (mata) sudah sangat lelah. Gejala lain ialah subjek pernah mengalami tidur terus menerus atau banyak tidur. Baru beberapa menit bangun ia tidur lagi. Ia terlalu berambisi untuk bisa kembali berjalan lagi. Rasa sakit akut pada bagian kaki dan turut membuat subjek mengalami gangguan tidur.
Perubahan kadar aktivitas subyek pahami sebagai perubahan yang drastis sehingga ia merasa kehilangan peran dalam rumah tangga meskipun ia menyadari peran sebagai ayah tidak akan hilang. Aktivitas terapi misalnya merupakan aktivitas rutin, subjek pandang sebagai kegiatan yang membosankan dan siasia karena tidak membantunya untuk bisa berjalan lagi. Akibatnya, subjek menjadi tidak termotivasi sehingga mudah lemas dan kurang bersemangat. Hal tersebut menurutnya dilatar belakangi oleh faktor psikis seperti kesedihan yang memuncak, pikiran kacau dan bergejolak membuat fisiknya tidak kuat sehingga menjadi lemas. Selain itu, cara pandang subjek terhadap rasa sedih yang bergejolak membuatnya lemas. Rasa sakit pada kaki juga memicu munculnya rasa lemas di sekujur tubuhnya. Gejala terlalu bersemangat dialami berupa semangat yang menggebugebu untuk sembuh sehingga semua aktivitas ingin ia lakukan. Ia juga ingin semangat 100% seharian penuh.
Gejala nafsu makan berkurang dialami subjek bahkan pernah ia tidak ingin makan sama sekali. Dalam kondisi tersebut subjek tidak berpikir bahwa tubuhnya membutuhkan nutrisi. Ia lebih berorientasi pada rasa bersalah pada keluarganya yang membuatnya stres sampai nafsu makan berkurang. Selama di rawat di rumah sakit ia tidak mau makan dan hanya minum susu. Akibatnya, subjek mengalami penurunan berat badan 15 kg.
Ketika pikirannya kacau, subjek pahami sebagai suatu hal yang sangat menguras tenaga sehingga badannya lemah dan merasa tidak ada kekuatan. Subjek bahkan tidak mampu berpikir karena tenaganya habis. Selain itu kondisi kelumpuhan subjek pahami sebagai keadaan yang membuatnya tidak berdaya. Subjek memandang sakit fisik pada kakinya membuat dirinya kehilangan tenaga, meskipun rasa sakit tersebut bisa diatasi dengan terapi.
Subjek memandang dirinya tidak berharga, tidak pantas untuk dicintai oleh keluarga karena tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Ia juga pesimis tentang masa depan, bahwa dengan kondisi kelumpuhannya ia tidak akan bisa memberikan masa depan yang baik bagi keluarganya. Subjek menjadi tidak percaya diri, mudah tersinggung dan selalu menyalahkan diri sendiri. Subjek enggan keluar rumah karena malu memakai kursi roda. Ia berpikir bahwa tetangga dan orang lain akan menolak keadaanya meskipun ia tahu tetangga sekitar tidak mempermasahkan kondisinya. Ia juga menilai apa yang istrinya lakukan selalu salah sehingga perasaan mudah tersinggung dan mudah marah. Pernah ia melempar istrinya
dengan botol karena tersinggung. Meskipun istrinya selalu setia menunggu subjek selama mendapat perawatan, ia mencurigai isrti akan pergi meninggalkan dirinya. Ia merasa tidak mampu lagi untuk melanjutkan pekerjaan dan membiayai anaknya sekolah. Hal tersebut membuat subjek selalu merasa bersalah. Subjek juga merasa berdosa atas perasaan putus asa dan keinginannya bunuh diri. Subjek memandang masa lalu dimana ia keras dalam mendidik anakanaknya sebagai penyesalan disaat kondisinya lumpuh.
Pikiran kacau, bergejolak, dan perasaannya tertekan membuat subjek sulit untuk konsentrasi. Ketika mengikuti sesi terapi ia sulit untuk mengikuti arahan dari terapis karena perasaan tertekan dan tidak berdaya memikirkan anakanaknya di rumah. Ia juga sampai lupa pada pekerjaan usaha wartel dan memiliki penghasilan meskipun sedikit. Ia juga lupa sholat jika sedang stress.
Gejala keinginan kuat untuk bunuh diri muncul karena rasa sedih yang memuncak, tertekan dan perasaan tidak berdaya. Selain itu, rasa kesepian menimbul keinginan untuk bunuh diri dengan cara gantung diri. Dari deskripsi diatas subyek 2 mengalami semua gejalagejala depresi bahkan gejala ganda seperti sulit tidur dan terlalu banyak tidur dan menjadi lemas dan terlalu bersemangat.
Subjek 2 : Ch Jenis Kelamin : Lakilaki
Usia : 40 thn
No Aspek Depresi Kelumpuhan (L) Gempa (G) Lainlain (O)
a. Mood Sedih dan Tertekan
1. Perasaan sedih yang mendalam atau menderita hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, atau
Y Perasaan sedih yang paling parah dari sedih yang dialami sebelum kelumpuhan <K2. 912>.
Y Perasaan sedih mendalam dialami satu setengah bulan dan muncul jika mengalami kesepian di rumah <L2. 1923>.
Y Perasaan sedih yang memuncak, tidak dapat dikendalikan sampai badan lemah dan pikiran negatif (Sedih karena berpikir istri akan meninggalkan subyek dan keinginan untuk bunuh diri). <B2. 1013> <I2. 811> <M2 2130>.
Y Sedih karena putus asa <J2. 2223> <U2. 311>.
Y Sedih karena sakit yang merupakan reaksi fisik paraplegia (rasa panas&nyeri di bagian yang lumpuh). <L2. 2531>.
Y Perasaan sedih berkaitan dengan peran dan tanggung jawab sebagai ayah dimana tidak dapat bekerja menafkahi keluarga, memberikan perhatian dan kasih sayang. <O2. 27 31> <P2. 13> <O2. 2731. P2. 13>.
Y Reaksi sedih sampai menggigil, darah mengalir tidak terasa, sulit tidur dan tidak mau makan dan tidak dapat mengeluarkan air mata <K2. 3031> <L2. 14> <U2. 57>.
2. Kehilangan minat dan kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. Y Merasa kehilangan kesenangan akan pekerjaan, berkumpul bersama keluarga, dan banyak hal. <B1. 2931> <C1. 1>.
Y “ngelokro” (tidak ingin melakukan apaapa) Tidak ingin makan, enggan komunikasi dengan keluarga dan sosialisasi dengan tetangga <Q2. 2831>.
3. Perasaan tertekan. Y Perasaan tertekan karena tidak dapat bekerja, memberi uang
untuk berbagi. <O1. 1721> <V2. 616>.
Y Tertekan selama 3 bulan tidak punya penghasilan <Q1. 9 17>.
b. Gangguan Tidur
1. Sulit tidur (insomnia); tidur terlalu sedikit, awalnya tidak bisa tidur atau tidak dapat kembali tidur bila terbangun di tengah malam dan bangun pada dini hari, atau
Y Perasaan sedih dan tertekan selama di rumah berdampak sulit tidur pada malam dan siang hari, tidur terlalu sedikit bahkan tidak bisa tidur sampai adzan subuh. Baru bisa tidur setelah fisik sangat lelah <A2. 2328> <S2. 1516> <T2. 1420> <T2. 2226>.
Y Sulit tidur karena rasa sakit di bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan <C2. 1013>.
Selama di Yakkum sulit tidur karena ada radio baru. <B2. 23…30>
2. Keinginan tidur selama mungkin, Keinginan untuk tidur terus menerus, bangun tidur siang, duduk
beberapa menit lalu tidur lagi. <E1. 611> <E1. 1418>. c. Aktivitas
1 Perubahan kadar aktivitas Y Kehilangan peran dan sebagai ayah untuk bersama keluarga. <B1. 2024> <B1. 2931> <N1. 1418> <N1. 26 28> <O1. 31> <P1. 15>.
Y Dulu aktif sekarang tidak <O1. 1921>.
2. Menjadi lemas (retardasi psikomotorik),
atau Y Kesedihan memuncak, pikiran negatif bergejolak fisik tidak kuat sehingga menjadi lemas dan tidak bersemangat.<M2. 2122> <M2. 2628> <Q2. 1418>.
3. Terlalu bersemangat. Y Ingin semangat 100% seharian full <I1. 1617>.
Y Kadang muncul semangat mengebugebu ingin sembuh. <H1. 2324> <K1. 1114> <K1. 3031> <L. 110>.
Y Ingin semua aktivitas fisioterapi dilakukan <1. 611> <J1. 69>.
d. Nafsu makan
1. Nafsu makan berkurang dan berat badan
turun, atau Y Nafsu makan berkurang bahkan hilang sama sekali karena faktor psikis (pikiran kacau) sehingga berat badan turun 15 kg. <R1. 1113> <R1.1819> <R1. 2425> <T2. 3031>. Y Selama di rumah sakit Sardjito disaat pikiran kacau pernah Nafsu makan berkurang karena di Rumah Sakit makanan berbau
2. Nafsu makan meningkat dan berat badan
meningkat.
e. Tenaga atau energi
1. Kehilangan energi. Y Pikiran kacau dan sulit konsentrasi sangat menguras tenaga menjadi lemah dan tidak memiliki kekuatan. <E1. 2022> <E1.3031> <F1.12>.
Y Sakit fisik membuat kehilangan energi <G1 2022> <M1.2223>. Y Dalam keadaan lumpuh merasa tidak dapat melakukan apa apa <Q1. 1215> Y Tidak mampu untuk berpikir karena tenaga habis <E1. 24 26>. 2. Sangat lelah. Y Psikis (pikiran kacau) dan gangguan tidur berdampak pada fisik yang sangat lelah <T. 2327>. f. Konsep diri 1. Konsep diri negatif Y Perasaan tidak percaya diri dialami selama di rumah karena memakai kursi roda meskipun orangorang sekitar tidak mempermasalahkan kelumpuhan yang dialami. <H.1217>
Y Merasa malu setelah pulang dari perawatan 3 bulan di PRY belum bisa jalan. <I2. 2530>.
2. Menyalahkan diri sendiri Y Menyalahkan diri sendiri karena tidak dapat melanjutkan kehidupan ekonomi keluarga <U1. 2425> <U1. 2731> <V1. 14> <V1. 1115>.
Y Menyalahkan diri, malu dan merasa berdosa karena berpikir untuk bunuh diri dan curiga dengan istri akan meninggalkan subyek <B2. 511> <X1. 714> <Y1. 67>.
Menyalahkan diri karena tidak nafsu makan padahal menu yang disajikan enak <T1. 37>. 3. Perasaan tidak berarti g. Konsentrasi
1. Mengeluh sulit konsentrasi atau terlihat
2. Tidak dapat mengambil keputusan.
h. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
1. Pikiran tentang kematian atau
2. Bunuh diri yang terus menerus timbul. Y Selama di rumah memiliki keinginan untuk gantung diri di saat merasa kesepian <C1. 514>.
Y Jika mengalami persaan sedih yang mendalam timbul keinginan untuk bunuh diri <J2. 2628>.
2006
Subjek 2 : Ch Jenis Kelamin : Lakilaki Usia : 40 thn
No Aspek Depresi Kelumpuhan (L) Gempa (G) Lainlain (O)
a. Mood Sedih dan Tertekan
1. Perasaan sedih yang mendalam atau menderita hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, atau
Berdasarkan catatan pendampingan individu Psikososial PRY. Klien mengeluh sedih dan tertekan terhadap kondisi kelumpuhannya. Hal tersebut tercatat pada laporan pendampingan tanggal 25, 27 September 2006. Bulan Oktober 2006 tanggal 4, 5, 18, 25, 27. Bulan November 2006 tanggal 2, 8, 18, 29. Bulan Desember tanggal 1 dan 13. Perasaan sedih dan tertekan seputar :
ü Sedih dengan kondisi kelumpuhan.
ü Sedih dan menangis ingat anakanak yang masih kecil karena tidak dapat berkumpul dengan keluarga di rumah. ü Sedih karena anak yang paling kecil takut untuk dekat
dengan klien.
ü Menangis sambil memukul kaki dan bertanya kapan bisa berjalan.
ü Sangat murung dan menangis sedih ketika mengetahui tentang penyakitnya.
Sedih karena tidak bisa berkumpul untuk buka puasa bersama.
2. Kehilangan minat dan kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. Tidak ingin terapi karena tidak semangat, stress, badan lemas memikirkan anakanak di rumah. 3. Perasaan tertekan. ü Tertekan memikirkan kelumpuhan dan bagaimana bisa
jalan kembali.
ü Tertekan karena tidak bisa bekerja menafkahi keluarga. ü Pusing dan stres memikirkan anakanak di rumah.
ü Tertekan karena anak yang paling kecil tidak ingin dekat
bekerja. ü Tertekan karena tidak bisa melakukan hubungan seks. ü Stress memikirkan kondisi luka tekan (cubitus). ü Sangat sulit untuk menceritakan kondisi kelumpuhan pada anakanak. b. Gangguan Tidur
1. Sulit tidur (insomnia); tidur terlalu sedikit, awalnya tidak bisa tidur atau tidak dapat kembali tidur bila terbangun di tengah malam dan bangun pada dini hari, atau
ü Klien mengalami gangguan tidur, tidur tidak dapat pulas. Klien sering mengeluhkan rasa sakit pada kaki, nyeri dan panas yang membuatnya sulit tidur.
ü Klien sering memikirkan anakanak di rumah juga membuat sulit tidur.
2. Keinginan tidur selama mungkin, Jika tidak ada aktivitas terapi klien lebih banyak di tempat
tidur, klien juga sering tidur sehingga pernafasan terganggu. c. Aktivitas
1 Perubahan kadar aktivitas Kurang beraktivitas. Klien lebih sering di tempat tidur
bebaring.
2. Menjadi lemas (retardasi psikomotorik),
atau üü Badan lemas sehingga tidak ikut terapi. Kaki sakit membuat lemas. ü Badan lemas memikirkan anakanak di rumah.
3. Terlalu bersemangat.
d. Nafsu makan
1. Nafsu makan berkurang dan berat badan
turun, atau üü Selera makan kurang karena stress ingat anakanak. Malas makan setelah tahu kondisi kelumpuhan. Selera makan kurang bahkan tidak sama sekali karena gejala malaria. 2. Nafsu makan meningkat dan berat badan
meningkat.
e. Tenaga atau energi
1. Kehilangan energi atau ü Tidak bersemangat karena kepala pusing memikirkan anakanak.
ü Jika tidak enak badan maka merasa tidak berdaya. ü Merasa tidak mampu untuk membiayai anak sekolah.
ü Pikiran dan banyak masalah membuat klien lelah. f. Konsep diri
1. Konsep diri negatif ü Khawatir nanti anak takut dan melupakan klien. ü Curiga istri akan meninggalkan klien.
ü Berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh istrinya selalu dnilai salah.
ü Ketika emosi tidak stabil atau memuncak klien marah marah pada istri dan tidak dapat mengendalikan emosi.
2. Menyalahkan diri sendiri. ü Merasa tahun ini klien sedang sial dan dikutuk.
ü Menyesal karena dulu keras pada anak. 3. Perasaan tidak berarti. Merasa tidak berguna lagi sebagai orang cacat karena tidak
bisa bekerja dan hanya duduk di kursi roda. g. Konsentrasi
1. Mengeluh sulit konsentrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi, seperti lambat berpikir.
ü Ketika emosi memuncak dan sangat stress klien tidak bisa konsentrasi pada apa yang diperintahkan oleh petugas terapi okupasi dan ü Klien tidak konsentrasi untuk sholat. 2. Tidak dapat mengambil keputusan. h. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri 1. Pikiran tentang kematian atau Ingin mati karena beban hidup sangat berat. 2. Bunuh diri yang terus menerus timbul. Sebelum dirawat di PRY klien berpikir untuk bunuh diri ketika di rumah sedang sepi.