BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
C. Dinamika Psikologis
4. Subjek 4
Berdasarkan hasil wawancara dan data pendampingan individu harian Psikososial Pusat Rehabilitasi Yakkum subjek mengalami gejalagejala gangguan depresi. Gejala gangguan mood yang ditandai perasaan sedih yang mendalam yang dialami setiap malam selama satu bulan. Ia mengungkapkan kesedihan dengan menangis ketika sedang berdoa. Perasaan sedih dipicu oleh keberadaan pasien lain yang dirawat oleh ibu, sedangkan ibu subjek meninggal akibat gempa. Kesedihan juga timbul karena tidak adanya anggota keluarga yang menunggu subjek selama mendapat perawatan. Faktor masa lalu mempengaruhi kondisi mood subjek saat ini, dimana dua tahun yang lalu suami subjek menikah lagi. Masalah keluarga tersebut membuatnya sangat sedih, di saat sehat suami sudah tidak peduli apalagi sekarang ini ia menjadi lumpuh seumur hidupdan anaknya yang baru berusia delapan bulan diadopsi oleh tetangganya. Dua anggota keluarga (Ibu dan kakak) yang sangat dekat dengan subjek meninggal akibat gempa. subjek selalu menangis jika mengingat kejadian gempa. Subjek memandang kejadian yang menimpa membuat dirinya sangat malang dan tidak beruntung dalam hidupnya.
Gejala tertekan muncul karena ia memikirkan bagaimana bekerja dan kelangsungan hidup anakanaknya. Ia memandang bahwa beban hidupnya ditanggung sendiri tanpa suami dan orang lain sehingga ia merasa sangat tertekan. Ketika subjek mendapat perawatan intensif, pikirannya sangat
tertekan memikirkan anakanaknya di rumah tidak ada yang mengurus. Perasaan tertekan dalam sehari menurut subjek dapat muncul minimal tiga kali. Tempat tinggal yang hancur akibat gempa dan sampai saat ini belum diperbaiki membuat subjek sangat tertekan. hal tersebut membuat subjek enggan untuk melakukan apaapa “ngelokro”. Subjek berpikir bahwa masalah hidup yang dialaminya paling berat diantara pasien paraplegi yang lain.
Gangguan tidur subjek alami karena rasa sakit panas pada kaki sebagai reaksi kelumpuhan. Subjek baru dapat tidur diatas jam duabelas dinih hari. Ketika teringat dengan Ibu dan kakaknya yang meningggal akibat gempa dan trauma gempa membuat subjek menjadi sulit tidur. Gejala perubahan kadar aktivitas subjek alami dimana saat ini menjadi lebih suka menyendiri, pasif kerena jarang bergerak dan lebih sering berbaring di tempat tidur meskipun sebenarnya ia dapat melakukan aktivitas. Subjek juga menjadi lebih sering membaca dan menulis, padahal dulu ia tidak mempunyai waktu untuk kedua hal tersebut karena sibuk bekerja di pabrik. Jika tidak ada aktivitas terapi rutin di fisio maupun OT, subjek lebih memilih di tempat tidur untuk menyendiri.
Gejala menjadi lemas lebih disebabkan oleh keluhan fisik seperti nyeri sebagai reaksi kelumpuhan, sakit perut dan maag. Selain itu, gejala menjadi lemas berkaitan dengan gejala nafsu makan berkurang. Nafsu makan berkurang turut membuat badannya menjadi lemas. Badan lemas menurut subjek disebabkan oleh stres dan tekanan darah turun. Subjek bahkan tidak
ingin makan sama sekali karena stress memikirkan kelumpuhan. Berat badan mengalami penurunan sebanyak 4 kg.
Gejala kehilangan energi subjek alami seperti menjadi tidak bersemangat dan muncul ketika malam hari. Subjek memandang dirinya tidak berdaya sehingga sering mengeluh tidak mampu untuk melakukan aktivitas terapi maupun kemandirian. Ia berpikir tidak mempunyai daya untuk melanjutkan kehidupan ekonomi keluarga membuat subjek tidak bersemangat. Subyek juga merasa tidak mampu untuk merawat anakanaknya. Selain itu, trauma gempa dimana ia sering teringat dengan ibu menimbulkan perasaan tidak berdaya. Begitu pula halnya pikiran tertekan, beban hidup, masalah keluarga dan kelumpuhan membuat subjek merasa sangat lelah.
Gejala konsep diri negatif subjek alami yaitu mudah sensitif dan tidak percaya diri bahkan rendah diri. Perasaan sensitif, mudah tersinggung disebabkan oleh suatu peristiwa yang sangat menyakitkan dirinya. Penunggu pasien di sebelahnya menolak untuk merapikan selimut membuat subjek sangat tersinggung bahkan sampai menangis. Subjek menilai perawat kurang perhatian padahal perawat tersebut bermaksud agar ia mandiri. Subjek menjadi rendah diri karena memandang dirinya tidak berarti. Ia sungkan dengan sesama pasien dan petugas PRY karena selama dirawat inap tidak ada yang menunggu. Jika bertemu dengan orang normal (bisa berjalan), subjek menjadi tidak percaya diri karena kondisinya yang lumpuh dan khawatir dinilai bau.
Perasaan tidak berarti sebagai orang cacat karena tidak dapat bekerja dan melakukan aktivitas seperti biasa. Subjek berpikir bahwa orang normal saja sulit untuk mendapat pekerjaan apalagi orang cacat seperti dirinya. Subjek juga berpikir tidak ada pria yang mau dengannya.
Gejala sulit konsentrasi muncul karena ia memandang dirinya tidak berdaya dan tidak berarti. Keluhan fisik misalnya tangan sakit membuatnya sulit untuk konsentrasi mengikuti terapi. Trauma gempa dan masalah keluarga juga membuatnya sulit untuk memfokuskan perhatian. Begitu pula dalam proses pengambilan keputusan dialami ketika memutuskan untuk memilih bantuan ketrampilan untuk bekerja atau modal usaha. Pikiran tentang kematian muncul ketika subjek mengungkapkan bahwa jika tidak ada anak anak ia lebih memilih lebih baik mati.
Subjek : Sri
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 26 thn
No Aspek Depresi Kelumpuhan (L) Gempa (G) Lainlain (O)
a. Mood Sedih dan Tertekan
1. Perasaan sedih yang mendalam atau menderita hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, atau
Y Sangat sedih, menangis terharu sampai sesak dan ngelokro sehingga sulit untuk diungkapkan dengan katakata setelah divonis lumpuh <N. 7> <M. 8 15>.
Y Sering menangis setiap malam ketika berdoa <D. 1417>.
Y Teringat dengan ibu dan kakak yang meninggal akibat gempa <A. 17 11>.
Y Teringat dengan kejadian gempa dan anakanak <T. 1319>.
Masalah keluarga membuat sangat sedih. Suami sudah 2 tahun meninggalkan subyek untuk menikah lagi. Disaat kondisi subyek lumpuh suami tidak perduli <N. 1011> (P. 913) (W. 1619). 2. Kehilangan minat dan kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. “Ngelokro” Enggan untuk melakukan apaapa <H. 2> 3. Perasaan tertekan. Y Sangat tertekan dalam kondisi kelumpuhan
memikirkan bagaimana bekerja dan kelangsungan hidup untuk anakanak <C. 1518> <N. 13> <M. 17, 1920> <N. 1620>.
Y Merasa beban hidup ditanggung sendiri tanpa suami <T. 2531> <U. 14> <C. 2127>
Y Perasaan tertekan muncul setiap hari minimal 3 x sehari <O. 12>
Tertekan karena ibu meninggal dan rumah rusak akibat gempa (D. 57) (P. 15).
b. Gangguan Tidur
1. Sulit tidur (insomnia); tidur terlalu sedikit, awalnya tidak bisa tidur atau tidak dapat kembali tidur bila terbangun di tengah malam dan bangun pada dini hari, atau
Y Sulit tidur karena rasa sakit pada kaki sebagai reaksi kelumpuhan <B. 2429>.
Y Tidur diatas jam 12 malam <B. 1112>
Y Sulit tidur karena teringat dengan keluarga Ibu dan kakak meninggal karena gempa (A. 711).
Y Trauma gempa <B. 17>.
tetapi tidak bisa karena masih teringat dengan gempa (D. 1417).
c. Aktivitas
1 Perubahan kadar aktivitas Y Pasif <E. 89>.
Y Mudah menangis <E. 1112>.
2. Menjadi lemas (retardasi psikomotorik),
atau Y Keluhan fisik (nyeri, sakit perut, maag) membuat badan menjadi lemas <E.31> <F. 12>.
Y Stress dan tensi darah turun membuat badan lemas <F. 713>.
Y badan lemas karena tidak nafsu makan membuat <F. 1719>.
3. Terlalu bersemangat. Y Sangat bersemangat ingin sembuh <F. 2326>.
d. Nafsu makan
1. Nafsu makan berkurang dan berat badan
turun, atau Y Keluhan fisik (nyeri, sakit perut, maag) membuat nafsu makan berkurang <E.31> <F. 12>.
Y Stress, nafsu makan yang berkurang mempengaruhi tekanan darah yang rendah. <F. 8 13>
Y Memikirkan kelumpuhan membuat tidak nafsu makan <H. 78>.
Y Berat badan turun 4kg <H. 5>.
Tidak nafsu makan karena menu makanan di Rumah sakit membosankan. <H. 12 13>. 2. Nafsu makan meningkat dan berat badan meningkat. e. Tenaga atau energi
1. Kehilangan energi atau Y Belum mempunyai daya untuk melanjutkan kehidupan ekonomi keluarga karena merasa belum mampu <C. 2127> <D. 23>. Y Jika malam menjadi tidak bersemangat <G. 24> Y Enggan untuk melakukan apaapa <H.2> <I. 57> Y Mengeluh tidak mampu dan keluhan fisik <K. 17
berdaya. <M. 911>
2. Sangat lelah. Y Banyak pikiran berdampak fisik sakit maag dan lelah <D. 2527> <J. 23> Y Lama duduk di kursi roda membuat lelah. <J. 18 19> Y Terapi fisik membuat lelah. <J. 2831> <K. 1> f. Konsep diri
1. Konsep diri negatif Y Menjadi mudah sensitif sejak lumpuh. Tersinggung sampai menangis karena tetangga tidak mau membantu untuk merapikan selimut. <Q. 1020> <R. 1516> Y Tidak percaya diri jika bertemu orang lain <S. 20> <S. 2425> 2. Menyalahkan diri sendiri. 3. Perasaan tidak berarti. Perasaan tidak berarti sebagai orang cacat karena tidak dapat bekerja dan melakukan aktivitas seperti biasa atau halhal yang sering dilakukan. <N. 1820> <S. 2 4> <U. 1820>.
g. Konsentrasi
1. Mengeluh sulit konsentrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi, seperti lambat berpikir.
Sulit konsentrasi karena merasa tidak mampu dan
mengeluh tangan sakit. <K. 1719>. Sulit konsentrasi karena masih trauma gempa. <K. 27 28>.
Sulit konsentrasi karena masalah keluarga. <K. 2627>. 2. Tidak dapat mengambil keputusan. Sulit mengambil keputusan untuk memilih bantuan. (L. 611). h. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri 1. Pikiran tentang kematian atau 2. Bunuh diri yang terus menerus timbul. Jika tidak ada anakanak lebih baik bunuh diri <S. 30 31> <T. 1>.
2006
Subjek 4 : Sri
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 26 thn
No Aspek Depresi Kelumpuhan (L) Gempa (G) Lainlain (O) a. Mood Sedih dan Tertekan
1. Perasaan sedih yang mendalam atau menderita hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, atau
Satu bulan pertama di rawat di PRY sering mengeluh, sedih dan menangis menceritakan kondisinya.
Sedih dan menangis karena tidak dapat berjalan lagi (lumpuh).
Sedih dan menangis karena tidak betah dan tidak ada keluarga yang menunggu selama dirawat di PRY. Sedih dan menangis karena tidak bisa menafkahi anak anak.
Sedih karena anakanak harus dititip pada keluarga. Anak yang paling kecil diberikan pada tetangga.
Sedih kehilangan ibu dan kakak yang menjadi korban gempa. Sering teringat.
Sangat sedih suami tidak membantu merawat dan karena menikah lagi.
2. Kehilangan minat dan kesenangan pada
aktivitas yang biasa dilakukan. Tidak berminat untuk terapi sendiri karena tidak ada yang membantu. 3. Perasaan tertekan. Tertekan memikirkan kelangsungan hidup untuk anak
anak dan bekerja.
Tertekan karena anakanak tidak bersama orang tua. Masalah hidup paling berat dari pasienpasien yang lain.
Tidak betah karena tidak ada yang menunggu.
Tertekan karena ibu meninggal dan rumah rusak akibat gempa. Tertekan karena suami tidak bertanggung jawab. Tertekan karena suami dulu sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga. b. Gangguan Tidur
1. Sulit tidur (insomnia); tidur terlalu sedikit, awalnya tidak bisa tidur atau tidak dapat kembali tidur bila terbangun
Jika malam sulit tidur karena memikirkan kondisi kelumpuhan, bekerja, masa depan anakanak.
Sulit tidur karena rasa sakit pada kaki sebagai reaksi
Terbangun pada malam hari karena kaget ada barang yang jatuh. Takut ada gempa dan
Sulit tidur karena teringat dengan keluarga Ibu dan kakak meninggal karena gempa. 2. Keinginan tidur selama mungkin, c. Aktivitas 1 Perubahan kadar aktivitas Tidak dapat berbuat apaapa selama dirawat. Tidak dapat bekerja mencari uang. Tidak dapat merawat anakanak.
2. Menjadi lemas (retardasi psikomotorik),
atau Keluhan fisik (nyeri, sakit perut, maag, diare) membuat badan menjadi lemas. Stress dan tensi darah turun membuat badan lemas.
3. Terlalu bersemangat.
d. Nafsu makan
1. Nafsu makan berkurang dan berat badan
turun, atau Tekanan darah turun membuat tidak nafsu makan. Keluhan fisik (nyeri, sakit perut, maag) membuat nafsu makan berkurang.
Stress, nafsu makan yang berkurang mempengaruhi tekanan darah yang rendah. 2. Nafsu makan meningkat dan berat badan meningkat. e. Tenaga atau energi 1. Kehilangan energi atau Lumpuh merasa tidak berdaya. Tidak berdaya untuk merawat diri sendiri karena tidak ada yang menunggu. Merasa tidak mampu untuk merawat anak. Tidak berdaya karena sering teringat dengan ibu. Belum mempunyai daya untuk melanjutkan kehidupan ekonomi keluarga. Tidak mampu untuk terapi sendiri. Mengeluh tidak mampu dan keluhan fisik.
f. Konsep diri
1. Konsep diri negatif Sungkan dengan sesama pasien dan petugas PRY karena tidak ada yang menunggu.
Salah paham dan merasa dibedakan dari pasien lain karena hanya sekali mendapat terapi. Mudah tersinggung, jangkel dengan perawat karena kurang dinilai perhatian padahal perawat melatih klien untuk mandiri.
Khawatir akan dipulangkan. Merasa kesepian.
Rendah diri karena lumpuh.
Tersinggung dengan penunggu pasien lain yang tidak mau membantu.
Iri melihat pasien lain yang ditunggui ibu. Tidak percaya diri karena takut dinilai bau.
2. Menyalahkan diri sendiri. Bersalah karena tidak bisa merawat anakanak. 3. Perasaan tidak berarti. Tidak berarti dengan sesame pasien dan penunggu
karena selama di rawat tidak ada yang menunggu. Perasaan tidak berarti sebagai orang cacat karena tidak dapat bekerja. Merasa hidupnya sangat malang. Merasa cacat dan tidak ada pria yang mau dengannya. g. Konsentrasi
1. Mengeluh sulit konsentrasi atau terlihat sulit berkonsentrasi, seperti lambat berpikir.
Sulit konsentrasi dalam memilih bekal keterampilan
untuk bekerja. Sulit konsentrasi karena masih trauma. 2. Tidak dapat mengambil keputusan. Sulit mengambil keputusan untuk memilih bantuan dari
PRY.
h. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
1. Pikiran tentang kematian atau