• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5) Maksud ketidaksantunan penutur

4.2.2.2 Subkategori Memerintah

Subkategori memerintah terjadi dalam kategori mengancam muka sepihak ketika tuturan penutur seolah-olah atau memang bermaksud memberikan perintah kepada mitra tutur, tetapi penutur secara tidak sengaja telah membuat mitra tutur

tersinggung akibat tuturan penutur yang tidak berkenan oleh mitra tutur. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori memerintah.

Cuplikan tuturan 6

MT : “Pa, ayo temenin main!” P : “Sebentar, Dik.”

MT : “Ayo! Ayo!”

P : “Udah-udah sana, karo mama kana!” (B2) (Sudah-sudah sana, sama mama sana!)

(Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 56 tahun. Mitra tutur laki-laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ayah mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat siang hari. Penutur sedang mengerjakan tugas. Mitra tutur mengajak penutur bermain sehingga mengganggu pekerjaan penutur. Penutur yang merasa terganggu meminta mitra tutur untuk bermain dengan ibunya.) Cuplikan tuturan 9

P : “Mbah masak apa?” MT : “Sego goreng.”

(Nasi goreng.)

P : “Mbah ngelih Mbah, cepet ta Mbah selak laper je Mbah!” (B5) (Mbah lapar Mbah, cepat Mbah sudah lapar Mbah!)

MT : “Mbok ya ngewangi kene!” (Ya bantuin sini!)

(Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD. Mitra tutur perempuan berumur 56 tahun. Penutur adalah cucu mitra tutur.Tuturan terjadi di ruang tamu, saat siang hari. Penutur melihat mitra tutur memasak. Penutur tidak membantu mitra tutur yang memasak.Mitra tutur tidak tahu kalau penutur juga berada di dapur.)

Dari kedua tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.

1) Wujud ketidaksantunan linguistik

Tuturan (B2): “Udah-udah sana, karo mama kana!” (Sudah-sudah sana, sama mama sana.)

Tuturan (B5): “Mbah, ngelih Mbah. Cepet ta Mbah, selak laper je Mbah!” (Mbah lapar Mbah, cepat Mbah sudah lapar Mbah.)

2) Wujud ketidaksantunan pragmatik

Tuturan (B2): Penutur berbicara dengan tidak memandang mitra tutur. Penutur berbicara sambil mendorong pelan mitra tutur supaya menjauh. Penutur tidak merasa kalau tuturannya telah membuat mitra tutur merasa tidak diinginkan keberadaannya di dekat penutur.

Tuturan (B5): Penutur berbicara dengan volume yang keras. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur hanya memberikan perintah tanpa membantu mitra tutur.Penutur tidak merasa kalau tuturannya telah membuat mitra tutur kesal.

3) Penanda ketidaksantunan linguistik

Tuturan (B2): Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penyisipan kata “karo” dan “kana” dalam bahasa Jawa. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan

pada kata “kana”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi perintah.

Tuturan (B5): Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa dan penyisipan kata “laper” yang merupakan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan (B6) ialah “ta” dan “je”. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan pada klausa “cepet ta Mbah”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi perintah.

4) Penanda ketidaksantunan pragmatik

Konteks tuturan (B2): Penutur laki-laki berumur 56 tahun. Mitra tutur laki- laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ayah mitra tutur. Tuturan terjadi di

ruang keluarga, saat siang hari. Penutur sedang mengerjakan tugas. Mitra tutur mengajak penutur bermain sehingga mengganggu pekerjaan penutur. Penutur yang merasa terganggu meminta mitra tutur untuk bermain dengan ibunya. Tujuan penutur dari tuturannya ialah meminta mitra tutur untuk bermain dengan ibunya karena merasa tengganggu. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah direktif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menangis, lalu pergi meninggalkan penutur.

Konteks tuturan (B5): Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD. Mitra tutur perempuan berumur 56 tahun. Penutur adalah cucu mitra tutur.Tuturan terjadi di ruang tamu, saat siang hari. Penutur melihat mitra tutur memasak. Penutur tidak membantu mitra tutur yang memasak.Mitra tutur tidak tahu kalau penutur juga berada di dapur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur meminta mitra tutur untuk segera menyelesaikan masakannya. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah direktif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menimpali tuturan penutur dengan kesal.

5) Maksud ketidaksantunan penutur

Tuturan (B2): Penutur bermaksud memberikan pengertian kepada mitra tutur.

Tuturan (B5): Penutur bermaksud memohon kepada mitra tutur untuk segera menyelesaikan masakannya.

4.2.2.3Subkategori Menjanjikan

Subkategori menjajikan dalam kategori mengancam muka sepihak muncul akibat tuturan penutur yang secara sengaja atau tidak sengaja menunjukkan bahwa penutur berjanji akan melakukan sesuatu. Namun, penutur secara tidak sengaja telah membuat mitra tutur tersinggung akibat tuturannya yang tidak berkenan oleh mitra tutur. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori menjanjikan.

Cuplikan tuturan 7

MT :” Ma, pakaiin baju superman!” P : “Sebentar ta.”

MT : “Pakaiin!”

P : “Dipakai-dipakai. Iya sebentar ta, pakai-pakai.” (B3)

(Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 42 tahun. Mitra tutur laki-laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ibu mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat siang hari. Penutur sedang menggendong adik mitra tutur. Mitra tutur meminta penutur untuk memakaikan baju superman. Penutur belum bisa memakaikan baju kepada penutur karena masih menggendong adik mitra tutur.)

Dari tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.

1) Wujud ketidaksantunan linguistik

Tuturan (B3): “Dipakai-dipakai. Iya sebentar ta, pakai-pakai.” 2) Wujud ketidaksantunan pragmatik

Tuturan (B3): Penutur menanggapi mitra tutur dengan tidak serius. Penutur berbicara tanpa melihat mitra tutur. Penutur tidak merasa kalau tuturannya telah membuat mitra tutur merasa tidak diperhatikan.

3) Penanda ketidaksantunan linguistik

Tuturan (B3): Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa populer yang merupakan bahasa sehari-hari. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan (B4) ialah “ta”. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan pada kata “sebentar”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita. 4) Penanda ketidaksantunan pragmatik

Konteks tuturan (B3): Penutur laki-laki berumur 42 tahun. Mitra tutur laki- laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ibu mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat siang hari. Penutur sedang menggendong adik mitra tutur. Mitra tutur meminta penutur untuk memakaikan baju superman. Penutur belum bisa memakaikan baju kepada penutur karena masih menggendong adik mitra tutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur belum bisa memakaikan baju kepada mitra tutur karena masih menggendong adik mitra tutur. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah komisif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menangis.

5) Maksud ketidaksantunan penutur

Tuturan (B3): Penutur bermaksud memberikan pengertian kepada mitra tutur.

4.2.2.4Subkategori Kesal

Subkategori kesal dalam kategori mengancam muka sepihak terjadi ketika penutur mengungkapkan ekspresi ketidaksenangannya kepada mitra tutur. Namun, tuturan penutur secara tidak sengaja telah membuat mitra tutur

tersinggung karena tidak berkenan oleh mitra tutur. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori kesal.

Cuplikan tuturan 8

MT 1 : “Kenapa takut sama simbah kakung?” P : “Nggak suka mbah kakung.” (B4) MT 2 : “Simbah ki ora nyokot, kok wedi.”

(Simbah itu tidak menggigit, kok takut.)

(Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD. Mitra tutur 1 perempuan berumur 21 tahun, sebagai tamu. Mitra tutur 2 laki-laki berumur 61 tahun, sebagai kakek penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu, saat siang hari. Penutur berbincang dengan mitra tutur 1. Mitra tutur 1 bertanya kepada penutur mengapa takut kepada mitra tutur 2. Mitra tutur 2 mendengar tuturan penutur.)

Dari tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.

1) Wujud ketidaksantunan linguistik

Tuturan (B4): “Nggak suka mbah kakung.” 2) Wujud ketidaksantunan pragmatik

Tuturan (B4): Penutur berbicara dengan ekspresi datar dan tidak merasa takut ketika berbicara. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya terdengar oleh mitra tutur 2. Mitra tutur 2 merasa tersingung.

3) Penanda ketidaksantunan linguistik

Tuturan (B4): Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan kata yang tidak baku, yaitu kata “nggak”. Penutur berbicara dengan nada turun datar. Tekanan digunakan pada frasa “nggak suka”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita.

4) Penanda ketidaksantunan pragmatik

Konteks tuturan (B4): Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD. Mitra tutur 1 perempuan berumur 21 tahun, sebagai tamu. Mitra tutur 2 laki- laki berumur 61 tahun, sebagai kakek penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu, saat siang hari. Penutur berbincang dengan mitra tutur 1. Mitra tutur 1 bertanya kepada penutur mengapa takut kepada mitra tutur 2. Mitra tutur 2 mendengar tuturan penutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menjawab mitra tutur 1 dengan malu-malu karena takut terdengar oleh mitra tutur 2. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur 2 adalah menimpali jawaban penutur.

5) Maksud ketidaksantunan penutur

Tuturan (B4): Penutur bermaksud mengungkapkan ketidaksengannya terhadap mitra tutur.