• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsistem Agribisnis Hilir

Asal Saprotan Usahatani Mangga

5.4.3 Subsistem Agribisnis Hilir

Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) meliputi pengolahan komoditas pertanian primer. Namun pada sub pembahasan ini pengolahan umbi ubi jalar yang dimaksud bukanlah pengolahan dari produk mentah menjadi produk olahan, melainkan perlakuan tambahan yang dilakukan kepada umbi ubi jalar yang sehingga dapat memberikan nilai tambah kepada umbi ubi jalar tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut antaralain adalah pencucian umbi ubi jalar, pengemasan ubi jalar, sortasi umbi ubi jalar, grading ubi jalar, dan pemberian label pada umbi ubi jalar.

Berdasarkan tabel 29 dapat dilihat bahwa mayoritas responden petani ubi jalar tidak melakukan kegiatan yang dapat menambah nilai jual dari umbi ubi jalar hasil produksi mereka yang salah satunya adalah kegiatan pencucian umbi ubi jalar. Dari hasil wawancara peneliti dengan responden petani ubi jalar diketahui bahwa menurut petani ubi jalar kegiatan-kegiatan tersebut hanya menambah biaya dan waktu yang dikeluarkan oleh petani sedangkan pembeli hasil umbi ubi jalar mereka juga tidak begitu mempermasalahkan jika petani ubi jalar tidak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Pada umumnya di Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung yang melakukan kegiatan pencucian umbi ubi jalar sebelum dijual adalah pedagang pengumpul, tengkulak, dan bandar. Namun sebenarnya, kegiatan pencucian tidak selalu dilakukan. Pencucian hanya dilakukan kepada umbi ubi jalar yang kotor/terdapat bercak-bercak sisa penyemprotan pestisida yang kerap membuat kulit ubi jalar menjadi hitam.

Tabel 5.11. Responden Melakukan Pencucian Umbi Ubi jalar

No. Pencucian Umbi Ubi jalar Frekuensi / Persentase (%)

1 Tidak 90

2 Ya 10

Total 100

Umbi ubi jalar yang memiliki bercak hitam pada kulitnya ini belum tentu termasuk ke dalam umbi ubi jalar yang berkualitas rendah. Setelah dilakukan pencucian bahkan umbi ubi jalar tersebut dapat termasuk ke dalam grade yang paling baik. Berikut adalah gambar ubi jalar yang memiliki bercak hitam akibat penyemprotan namun berkualitas baik.

Selain mayoritas responden petani ubi jalar tidak melakukan pencucian umbi ubi jalar, mereka juga tidak melakukan kegiatan sortasi umbi ubi jalar seperti ditunjukkan pada tabel 30. Semua bentuk umbi ubi jalar yang dihasilkan akan langsung dijual ke pedagang pengumpul/tengkulak/bandar. Bagi mayoritas petani mereka merasa bahwa yang lebih mengerti mengenai spesifikasi untuk penyortiran umbi ubi jalar adalah pihak pedagang pengumpul/tengkulak/bandar sehingga petani merasa tidak perlu membuang waktu dan tenaga untuk melakukan penyortiran. Nantinya pihak pedagang pengumpul/tengkulak/ bandarlah yang akan melakukan sortasi umbi ubi jalar. Umbi ubi jalar dipisahkan antara yang layak jual dan yang tidak layak jual. Adapun umbi ubi jalar yang tidak layak jual adalah seperti umbi ubi jalar yang tergores hingga daging umbinya terlihat, bentuknya sangat kecil, dan umbi memar.

Tabel 5.12. Responden Melakukan Sortasi Umbi Ubi jalar

No. Sortasi Umbi Ubi jalar Frekuensi /

Persentase (%)

1 Tidak 83

2 Ya 17

Berdasarkan tabel 5.31, mayoritas responden petani ubi jalar tidak melakukan kegiatan grading. Kegiatan grading sendiri adalah kegiatan mengelompokkan atau membagi umbi ubi jalar ke dalam kelas-kelas tertentu sesuai dengan tingkat kualitasnya. Mayoritas responden petani ubi jalar tidak melakukan kegiatan ini yaitu karena para petani ubi jalar merasa masih kurang paham untuk melakukan kegiatan tersebut. Jikapun terdapat petani yang beberapa kali pernah mencoba meng-grading hasil panen umbi ubi jalarnya sebelum dijual namun karena petani menjualnya ke pedagang pengumpul/tengkulak/bandar maka kegiatan grading dilakukan ulang oleh pihak pembeli karena mereka merasa memiliki standar yang berbeda dengan hasil grading yang petani lakukan. Sehingga pada akhirnya petani menyerahkan urusan grading ke pedagang pengumpul/tengkulak/bandar saja sehingga tidak bekerja dua kali. Meski begitu, pada umumnya grading yang ditentukan pedagang pengumpul/taengkulak/bandar terhadap petani terbagi menjadi 2 yaitu Grade AB dan Grade PL.

Tabel 13. Responden Melakukan Grading Umbi Ubi jalar

No. Grading Umbi Ubi jalar Frekuensi / Persentase (%)

1 Tidak 86

2 Ya 14

Total 100

Grade AB adalah tingkat kelas untuk umbi ubi jalar dari petani yang kualitasnya paling baik dan Grade PL adalah tingkat kelas untuk umbi ubi jalar dari petani yang kualitasnya cukup baik. Untuk ubi jalar yang tidak termasuk grade disebut ubi jalar cakra. Namun ubi jalar dengan grade ini sangat jarang karena mayoritas petani sudah melakukan pemanenan dengan baik sehingga hanya ubi jalar yang cukup usia saja yang dipanen. Grading biasanya dilihat dari besar dan berat umbi ubi jalar, bentuk, kemulusan kulit, tingkat kematangan umbi, dan warna. Setiap varietas memiliki standar

Mayoritas responden petani ubi jalar juga tidak melakukan kegiatan pengemasan umbi ubi jalar sebelum menjualnya seperti dapat dilihat pada tabel 5.25. Tidak dilakukannya pengemasan oleh petani adalah karena mayoritas petani ubi jalar menjual hasil panen ubi jalarnya ke pedagang pengumpul/ tengkulak/ bandar yang tidak mengharuskan petani untuk mengemas umbi ubi jalarnya sedemikian rupa

Tabel 5.14. Responden Melakukan Pengemasan Umbi Ubi jalar

No. Pengemasan Umbi Ubi jalar Frekuensi / Persentase (%)

1 Tidak 86

2 Ya 14

Total 100

Pengemasan biasanya dilakukan oleh tengkulak/bandar sedangkan pedagang pengumpul pada umumnya tidak melakukan pengemasan. Terdapat beberapa jenis pengemasan yang dilakukan, jenisnya bergantung pada jenis pasar yang akan dituju. Untuk pasar tradisional biasanya umbi ubi jalar dikemas dalam karung yang dapat memuat hingga 20 - 30 Kg umbi ubi jalar atau langsung diangkut menggunakan container tanpa dikemas. Kemasan untuk pasar modern/supplier biasanya menggunakan kardus dan container (tergantung permintaan). Jika menggunakan kardus, maka kapasitasnya hanya memuat hingga lebih kurang 10 Kg namun container dapat memuat hingga 50 Kg umbi ubi jalar. Sedangkan untuk pasar ekspor/eksporir kemasan yang digunakan adalah karung dengan kapasitas 5 – 10 Kg umbi ubi jalar saja. Kardus tersebut juga didesain sedemikian rupa yang saat diisi akan diberi sekat antar umbi ubi jalar agar tidak mudah terbentur sehingga kualitas umbi ubi jalar tetap terjaga dengan baik.

Selanjutnya pada tabel 5.26 ditunjukkan bahwa mayoritas responden petani ubi jalar tidak melakukan kegiatan pelabelan umbi ubi jalar. Usahatani ubi jalar ini juga merupakan usaha yang dilakukan per individu, kalaupun petani tergabung dalam kelompok tani ubi jalar, tidak ada satupun kelompok tani ubi jalar yang memiliki label khusus yang dapat digunakan oleh seluruh anggotanya. Sehingga petani tidak memiliki merek khusus untuk umbi ubi jalar mereka.

Tabel 5.15. Responden Melakukan Pelabelan Umbi Ubi jalar

No. Pelabelan Umbi Ubi jalar Frekuensi / Persentase (%)

1 Tidak 95

2 Ya 5

Pelabelan biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul/tengkulak/bandar yang memasok umbi ubi jalar ke pasar-pasar modern dan eksporir. Pelabelan dilakukan dimaksudkan untuk mengenalkan produk umbi ubi jalar dari Kabupaten Bandung kepada konsumen secara luas. Setiap tengkulak/bandar biasanya sudah memiliki nama label mereka tersendiri.

Ternyata hal-hal diatas tidak banyak berubah sejak awal responden petani ubi jalar mulai mengusahatanikan komoditas ubi jalar. Sejak awal responden petani ubi jalar jarang sekali ada yang melakukan pengolahan umbi ubi jalar seperti pencucian, sortasi, grading, pengemasan, dan pelabelan. Perasaan nyaman dan mudah yang dirasakan petani dengan hanya langsung menyerahkannya saja kepada pedagang pengumpul/tengkulak/ bandar sudah tertanam sejak awal mereka berusahatani ubi jalar hingga saat ini.

Dokumen terkait