• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Hukum Internasional

Dalam dokumen Pedoman PLPG PKn SMA-MA Tahun 2008 (Halaman 158-164)

BAB III HUKUM INTERNASIONAL

5. Sumber Hukum Internasional

Pengertian sumber hukum memiliki pengertian sebagai berikut : a. Mochtar Kusumaatmadja (Buku I, 1982:106-107) menyatakan,

bahwa sumber hukum dibedakan atas sumber hukum materiil, sumber hukum formil, dan sumber hukum kausal. Suber hakum materill menyatakan apakah yang menjadi dasar mengikatnya hukum tersebut? Sumber hukum formil menyatakan di manakah kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah dalam suatu persoalan? Sedangkan sumber hukum kausal

menyatakan faktor apakah yang membantu dalam pembentukan hukum?

b. J.G. Starke (Jilid 1, 1989:31) menyatakan, bahwa “sumber-sumber” materiil hukum Internasional didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu situasi tertentu.

c. Rebecca M.M. Wallace (1993:9) membedakan pengertian sumber hukum antara sumber hukum material dan sumber hukum formal. Sumber hukum material akan menunjukkan di mana hukum tersebut dapat ditemukan. Sedangkan sumber hukum formal menetapkan apa yang merupakan hukum.

d. F.A. Whienu Situni (1989:10-16) menyatakan, bahwa sumber hukum material menentukan isi hukum, karena dipakai sebagai pedoman pembentukan hukum. Sedangkan sumber hukum formal menyatakan tempat menemukan hukum dan sebagai dasar mengikatnya hukum tersebut.

Sumber hukum internasional secara umum didasarkan kepada ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional. Ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional menyatakan, bagi Mahkamah yang tugasnya memberi keputusan sesuai dengan hukum internasional, bagi perselisihan-perselisihan yang diajukan kepadanya, akan berlaku :

1). Konvensi-konvensi internasional baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus yang dangan tegas menyebut ketentuan-ketentuan yang diakui oleh negara-negara yang sedang berselisih.

2). Kebiasaan-kebiasaan internasional, yang terbukti merupakan

praktik-praktik umum yang diterima sebagai hukum.

3). Prinsip-prinsip hukum umum yang diakul oleh Bangsa-Bangsa beradab.

4-33 Hubungan, Sistem Hukum, dan Organisasi Internasional

4). Keputusan-keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran dan para ahli hukum yang tercakup di berbagai negara, sebagai bahan pelengkap untuk penentuan peraturan-peraturan hukum.

Namun demikian ketentuan sumber hukum internasional tersebut dalam pandangan beberapa ahli hukum internasional ada yang menambah dan ada yang memberikan modifikasi. Berikut ini akan dikemukakan pandangan beberapa ahli berkenaan dengan sumber hukum internasional tersebut, yaitu:

a. J.G. Starke (Jilid 1, 1989:31) menyatakan, bahwa “sumber-sumber” materiil hukum internasional terdiri atas: (1) kebiasaan, (2) traktat, (3) keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrase, (4) karya-karya hukum, dan (5) keputusan atau ketetapan organ-organ lembaga internasional.

b. Mochtar Kusumaatmadja (Buku I, 1982: 109-149), pandangannya tentang sumber hukum internasional mengikuti ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional dengan tambahan keputusan-keputusan badan-badan perlengkapan (organ-organ) dan organisasi internasiona1.

c. Rebecca M.M. Wallace (1993:9-35), pandangannya tentang sumber hukum internasional mengikuti ketentuan Pasal 38 (1) Statuta Mahkamah Internasional dengan tambahan sumber-sumber lain hukum internasional yang mungkin, seperti: (1) peraturan organisasi-organisasi internasional, (2) putusan organisasi regional, (3) hasil kerja komisi hukum internasional, dan jus cogens.

Adapun klasifikasi hukum internasional adalah sebagai berikut.

1). Mochtar Kusumaatmadja (Buku I, 1982:108-109)

mengklasifikasikan sumber hukum internasional sebagai berikut. a. Sumber hukum primer (utama): (1) Konvensi Internasional, (2)

Kebiasaan Internasional, dan (3) Prinsip Hukum Umum.

b. Sumber hukum subsider (tambahan): (1) Keputusan Pengadilan dan (2) Ajaran Ahli Hukum.

2). Rebecca M.M. Wallace (1993:9) mengklarifikasikan sumber hukum internasional sebagai berikut:

a. Sumber formal: Perjanjian Internasional, Kebiasaan

Internasional, dan Prinsip Hukum Umum.

b. Sumber material: Keputusan Pengadilan dan Ajaran Ahli Hukum.

Bentuk sumber-sumber hukum internasional akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

a. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional disebut juga dengan istilah traktat. Pengertian perjanjian internasional adalah:

1. Suatu persetujuan (agreement) di mana dua atau lebih negara mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu hubungan timbal balik menurut hukum internasional (Konverisi Wina, 1969).

2. Perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu (Mochtar Kusumaatmadja, Buku I, 1982:109).

Perjanjian internasional biasanya dibedakan antara treaty contract dan law making treaties. Perjanjian internasional yang disebut treaty contract merupakan perjanjian internasional yang tidak langsung membentuk hukum dan hanya mengikat para pihak yang menjadi peserta perjanjian internasional tersebut. Sedangkan penjanjian internasional yang disebut law making treaties merupakan penjanjian internasional yang langsung membentuk hukum, yaitu berlaku sebagai kaidah bagi masyarakat internasional. Perjanjian internasional semacam ini dinamakan juga sebagai traktat normatif.

Suatu perjanjian internasional langsung membentuk hukum dikarenakan oleh: (1) penjanjian Internasional tersebut memuat peraturan mengenal hukum internasional secara universal dan/atau (2)

4-35 Hubungan, Sistem Hukum, dan Organisasi Internasional

penjanjian internasional tersebut menetapkan peraturan yang benar-benar bersifat umum.

Pembedaan antara perjanjian internasional yang bersifat treaty contract dan law making treaties oleh Mochtar Kusumaatmadja (Buku I, 1982:114—115) dinyatakan kurang tepat.

Pembahasan dalam hal perjanjian internasional dapat dilengkapi dengan tahap-tahap pembuatan penjanjian internasional, penenimaan/keikutsertaan negara-negara dalam suatu penjanjian internasional, dan kapan suatu perjanjian internasional itu berakhir.

b. Kebiasaan Internasional

Suatu kebiasaan internasional dapat diterima sebagai hukum internasional apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. Unsur material, bahwa kebiasaan internasional itu merupakan pola tindak yang berlansung lama, bersifat umum, dan bertalian dengan hubungan internasional.

2. Unsur psikologis, bahwa kebiasaan internasional tersebut

dirasakan memenuhi kewajiban hukum (opinio juris sive neceseitatis).

Dengan demikian tidak semua kebiasaan internasional diterima sebagai hukum internasional. Suatu kebiasaan internasional yang tidak memenuhi unsur psikologis dinamakan sopan-santun Internasional.

c. Prinsip-prinsip Hukum Umum

Prinsip-prinsip hukum umum diterima sebagai salah satu sumber hukum internasional dengan alasan untuk mengisi kekosongan dan untuk menghindari penggerogotan hukum internasional sebagai akibat tidak mampu memberi keputusan karena tidak cukup adanya hukum.

Dalam praktik internasional belum terdapat kepastian apa yang dimaksudkan dengan prinsip-prinsip hukum umum. Ketidakpastian

semacam itu menguntungkan karena tidak memberi pembatasan tentang prinsip hukum yang diterapkan. Namun demikian Mochtar Kusumaatmadja (Buku I, 1982:138) memberikan pengertian, bahwa asas-asas hukum umum adalah asas-asas hukum yang mendasari sistem hukum moderen. Sistem hukum moderen tersebut adalah sistem hukum positif yang didasarkan atas asas-asas dan lembaga-lembaga hukum negara Barat yang untuk sebagian besar didasarkan atas asas-asas dan lembaga hukum Romawi.

d. Keputusan Pengadilan

Keputusan pengadilan yang dimaksudkan adalah dalam arti luas, yaitu meliputi peradilan internasional, peradilan nasional, dan lembaga arbitrase (Pasal 38 ayat 1.d. Statuta Mahkamah Internasional). Keputusan pengadilan tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat kecuali bagi para pihak dan mengenai hal yang khusue itu (Pasal 59 Statuta Mahkamah Internasional). Dengan demikian keputusan pengadilan oleh masyarakat internasional tidak diakui sebagai preseden yang mengikat atau tidak menimbulkan kaidah hukum. Keputusan pengadilan berfungsi untuk membuktikan bahwa ada kaidah hukum internasional primer (perjanjian internasional, hukum kebiasaan, dan prinsip hukum umum) yang dipakai sebagai pedoman hukum mengenai suatu persoalan.

e. Karya-karya Hukum sebagai Ajaran Sarana Hukum

Karya-karya hukum dari sarjana hukum terkemuka berupa hasil penelitian dan tulisan dari sarjana hukum terkemuka yang berfungsi untuk menemukan apa yang menjadi sumber hukum intennasional. Karya-karya hukum itu sendiri tidak menimbulkan hukum bagi masyarakat internasional.

4-37 Hubungan, Sistem Hukum, dan Organisasi Internasional

f. Keputusan Organ Organisasi Internasional

Secara umum keputusan suatu organ den organisasi internasional bersifat mengikat anggota dan organisasi internasional yang bersangkutan. Namun demikian keputusan organ suatu organisasi internasional dapat membentuk peraturan hukum internasional.

g. Komisi Hukum Internasional

Komisi Hukum Internasional dibentuk pada tahun 1946 dengan anggota awal 15 anggota, menjadi 21 anggota. pada tahun 1956, dan menjadi 25 anggota pada tahun 1961.

Komisi Hukum Internasional bertugas memajukan perkembangan progresif dan kodifikasi hukum internasional.

h. Jus Cogens

Jus Cogens merupakan istilah teknis yang diberikari kepada norma-norma hukum internasional umum yang merupaken kekuatan yang tak dapat diubah sebagai konsukuensi tidak adanya pengguguran yang dapat dilakukan kecuali oleh norma lain yang seimbang.

Dalam dokumen Pedoman PLPG PKn SMA-MA Tahun 2008 (Halaman 158-164)