• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data

G. Sumber dan Media Pembelajaran:

 Nurgiyantoro, Burhan. 1995.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.

 Tohari, Ahmad. 2007.Orang-orang Proyek. Jakarta: Gramedia. H. Penilaian: a. Jenis Penilaian:  Tugas individu  Tugas kelompok  Diskusi  Presentasi b. Jenis Instrumen  Esai

 Format penilaian diskusi dan presentasi c. Soal/Instrumen

- Tes tertulis (Esai)

1. Sebutkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita novel Indonesia yang berjudul “Orang- Orang Proyek” karya Ahmad Tohari beserta penokohannya dan berikan bukti

berdasarkan novel!

2. Analisislah tahapan alur dalam novel Indonesia yang berjudul “Orang-Orang Proyek” karya Ahmad Tohari!

3. Sebutkan latar budaya mana yang ada dalam novel ini besertabuktinya dan kaitkan dengan latar belakang budaya tersebut yang sesungguhnya! Minimal 3 buktti.

- Tes lisan (Diskusi dan Presentasi)

4. Sebutkan nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh Kabul dan berikan buktinya! 5. Analisislah konflik batin dalam diri tokoh utama yang membentuk karakter tokoh

tersebut! Minimal 3 bukti.

1. Tokoh dan penokohan dalam novelOrang-orang Proyek(Skor: 35)

Nama Tokoh Penokohan Bukti Kabul  Berpenderian

kuat

Rajin beribadah

Jujur

Proyek itupun bagi Kabul harus dilihat dari perspektif idealismenya, maka harus dibangun demi sebesar-besarnya kemaslahatan umum. Artinya, kualitas harus sempurna dengan memanfaatkan setiap sen anggaran sesuai dengan ketentuan yang semestinya. (hlm. 53)

Di kalangan jemaah masjid kampung, Kabul sudah menjadi sosok yang sangat dikenal karena sudah puluhan kali salat jumat di sana. (hlm. 36)

Ya, kecurangan memang sudah menjadi barang biasa. Maka Dalkijo juga sudah pernah bilang kepada Kabul, si jujur adalah orang yang menentang arus dan konyol. Bloon. Mungkin. Namun bagi Kabul, kejujuran sebenarnya bukan suatu hal yang istimewa. Dialah yang seharusnya dianggap biasa. (hlm. 54)

Pak Tarya  Kritis

Bijaksana

”Dulu Ki Ronggowarsito menciptakan tembang tentang zamn edan itu sebagai peringatan agar orang tetap memilih jalan keselamatan, bukan jalan gila. Namun sekarang tembang itu malah dihayati terbalik, sehingga seolah-olah menjadi pembenaran atas perilaku edan.” (hlm. 69)

“Pak Kades,” sela Pak Tarya. ”Sebaiknya terimalah kantong semen dan besi-besi potongan itu. Biarlah saya yang menjualnya, hitung-hitung saya ikut membantu panitia.” (hlm. 144)

Mak Sumeh  Cerewet “Tapi sebagai sesama perempuan, Pak Insinyur, aku bias memahami sikap Wati. Soal pacar, yah, kan bias dipertimbangkan ulang karena belum menjadi ikatan resmi.”

“Eh, Pak Insinyur, kok kuno amat. Yang namanya jodoh, dari zaman nenekku pun harus diusahakan, akrena tidak

Iya. Mak Sumeh sudah berpengalamahn jadi makcomblang. Gratis kok. Asal, saya jangan dilarang berjualan di proyek ….” (hlm. 47–48)

Wati  Ceria  Maka kehadiran Wati di proyek itu seakan menjadi penyeimbang bagi neraca yang miring. Atau pengisi ruang kosong dalam dunia lelaki yang senyatanya membutuhkan mitra jenisnya. (hlm. 24) Ir. Dalkijo  Acuh

Tidak jujur (Korupsi)

Namun menghadapi tingkat kebocoran itu, Insinyur Dalkijo – atasan Kabul, seperti tak menanggung beban apapun. (hlm. 26)

“Yah, berapa kali harus saya katakan, seperti proyek yang kita kerjakan sebelum ini, semuanya selalu bermula dari permainan. Di tingkat lelang pekerjaan, kita harus bermain. Kalau tidak, kita tidak bakalan dapat proyek.

Basar  Peduli “Coba, Pak Tarya. Dua bulan lagi HUT partai golongan akan dipusatkan di desa kita ini. Dananya besar sekali. Dan saya tidak mau dikuras untuk hal yang tidak semestinya. Jadi, kepada orang Kabupaten saya bilang tak punya uang. Tapi apa kata mereka? ‘Saudara masih ingin menjadi kades, kan? Di desa saudara sedang ada proyek besar, kan?’ Begitulah, bagaimana saya tidak susah.” (hlm. 44)

Tante Ana  Banci/Penggo da

 Agak lama tak kelihatan, malam ini tante Ana muncul di proyek. Lelaki banci ini seperti biasa berdandan kelewat menor. Wajahnya putih oleh bedak yangs angat tebal. Bibirnya bergincu menyala. Kain dan kebayanya ketat dengan sanggul lebih besar daripada kepala. Dan bulu mata buatan. Perkakas utamanya, kecrek, tentu tak pernah lepas dari tangannya. Tapi lenggoknya manis juga. (hlm. 58)

Samad  Cerdas

 “Mas, mutu pasir giling ini kurang baik, ya? Pasti mutu batu kalinya juga mutu rendah.”

mutunya?” (hlm. 108)

2. Tahap-tahap alur dalam novelOrang-orang Proyek(Skor: 30) Tahap

Awal

Tahap awal dimulai ketika pengarang mencoba menggambarkan suasana proyek dan situasi latar lokasi proyek. Berlangsungnya cerita digambarkan melalui proyek pembangunan jembatan di sungai Cibawor pada tahun 1991. Di dalam lokasi proyek, banyak orang yang terlibat, misalnya mandor, tukang besi, kuli-kuli, dan lain-lain. Pengenalan masalah pembangunan jembatan serta masalah pribadi yang dihadapi tokoh utama sedikit demi sedikit konflik mulai dimunculkan.

Tahap Tengah

Tahap tengah dimulai sejak Kabul merasa bahwa dirinya tidak sanggup mengurangi korupsi dalam proyek yang dilakukan oleh oknum-oknumn tidak bertanggung jawab. Situasi yang mulai memanas ketika pendapat Kabul berseberangan dengan Ir. Dalkijo. Konflik mulai menurun ketika Kabul mengundurkan diri dari proyek. Selain konflik-konflik dalam dunia kerja, Kabul juga mengalami konflik percintaan dengan Wati, sekretarisnya. Perasaan Kabul kepada Wati mulai muncul dan semakin berkembang. Tahap

Akhir

Tahap akhir menunjukkan konflik batin yang dialami tokoh utama berakhir. Setelah Kabul mengundurkan diri dari proyek, Kabul beristirahat di rumah biyung. Di sisi lain, proses pembangunan proyek tetap berjalan tetapi hasilnya sangat mengecewakan, lantai jembatan rusak ketika usianya baru satu tahun. Akhir kehidupan Kabul adalah menikah dengan Wati dan hidup dengan nyaman karena Kabul bekerja di proyek swasta.

3. Latar budaya (Skor 15)

Sikap sopan santun sebagai masyarakat Jawa. Bukti kutipan dapat dilihat dalam kutipan-kutipan di bawah ini.

“Baik, anak muda. Hati-hati, masih banyak lumpur. Jangan sampai terpeleset.” (hlm. 11) Pak Tarya membantu temannya yang tak berpengalaman. (hlm. 17)

Mas Kabul, banyak orang bilang Anda masih bujangan. Betul? Eh, tapi maafkan mulut saya yang usil ini,” (hlm. 22)

“Dik Kabul, karena sudah tobat melarat, lihatlah. Saya tak mau pakai sepatu kalau bukan yang asli dari merek terkenal. Juga baju dan celana, bahkan selana dalam. Soal makan, apa lagi. Saya tak sudi seperti sampeyan, makan di warung Mak Sumeh di proyek itu. (hlm. 29)

Dalkijo menarik kedua kakinya dari atas meja dan membantingnya ke lantai. Berdiri dengan kaki terbuka seperti koboi siap berkelahi. (hlm 200)

4. Nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh Kabul (Skor: 35)

a) Kabul adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap keluarga dan pekerjaan yang

menjadi kewajibannya. Bukti:

“Mungkin ya. Tapi tak bisa lanjut karena saya harus cari uang untuk menghidupi ibu yang sudah sendiri, dan adik-adik. Kami sama seperti kebanyakan orang kampung ini, miskin.” (hlm. 22)

b) Kabul adalah seorang yang berpendirian kuat, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif di lingkunagannya. Bukti:

Proyek itupun bagi Kabul harus dilihat dari perspektif idealismenya, maka harus dibangun demi sebesar-besarnya kemaslahatan umum. Artinya, kualitas harus sempurna dengan memanfaatkan setiap sen anggaran sesuai dengan ketentuan yang semestinya. (hlm. 53)

c) Kabul adalah seorang yang rajin beribadah. Bukti:

Di kalangan jemaah masjid kampung, Kabul sudah menjadi sosok yang sangat dikenal karena sudah puluhan kali salat jumat di sana. (hlm. 36)

d) Kabul adalah seorang yang menjunjung tinggi kejujuran. Bukti:

Wajah Kabul membeku. Perasaannya tersinggung oleh kata-kata Baldun yang meragukan dirinya bersih lingkungan; labelisasi politik yang telah membuat ribuan orang tak berdosa sengsara. …. Saya tak bersih lingkungan? Entahlah. Yang jelas saya anak petani penjualgembus danklanting. (hlm. 143)

akan meninggalkan proyek ini. (hlm. 158)

5. Konflik batin dalam diri tokoh utama yang membentuk karakter tokoh tersebut. (Skor 20)

Konflik batin yang dialami tokoh utama ada dua, yaitu konflik batin yang ditimbulkan melalui pekerjaannya dan konflik batin mengenai masalah pribadinya (cinta) dengan Wati.

 Konflik batin yang timbul melalui pekerjaannya, bukti kutipan:

Pak Tarya ingin mengatakan orang-orang proyek adalah manusia-manusia yang main curang. Korup dengan berbagai cara dan gaya. Tapi, apakah Pak Tarya salah? Jujur, Kabul merasa sindiran halus Pak Tarya lebih banyak benarnya. “Atau benar semua bila aku, Kabul ikut-ikutan suka makan uang proyek. Tapi bagaimana meyakinkan Pak Tarya bahwa aku tidak ingin seperti mereka?” (hlm. 11)

Watak primitif, yakni lebih mementingkan diri sendiri alias serakah.” …. Primitif, mementingkan diri sendiri, serakah. Itulah akar persoalannya? Rasanya memang beditu. Dan bila si primitive adalah orang kampong di sekitar proyek yang miskin dan kurang terdidik, harap maklum. Namun kalau si primitive tadi adalah menteri, dirjen, kakanwil, dan seterusnya? Apa mereka tidak mencak-mencak bila dikatakan primitif? (hlm. 19-20) Apakah pembangunan jembatan atau bangunan sipil lain di seantero negeri diselimuti dengan ke-sontoloyo-an yang sama? Apakah semuanya digerogoti tikus-tikus primitive yang hidup makmur di atas beban yang ditanggung oleh masyarakat miskin? (hlm. 216)

 Konflik batin mengenai masalah pribadinya (cinta), bukti:

Hari-hari yang terasa kaku. Meski hanya berdua berada di kantor proyek itu, Kabul dan Wati jarang berbicara, kecuali urusan resmi. Suasana terasa kering seperti kemarau di luar yang belum juga berkhir. Kabul jadi tidak betah. Dan dia merasa bahwa dirinya menjadi sebab kegaguan itu di ruang itu, yang sudah berlangsung hamper dua minggu. Wati makin sering minta izin pulang awal. Bahkan, pagi ini di meja Kabul ada surat keterangan dokter; Wati sakit dan mendapat istirahat tiga hari. (hlm. 114)

Wati menderita? Jangan-jangan, ya. Dan bila ya, akulah penyebabnya? Pertanyaan ini lama-lama berputar di depan mata Kabul. Lalu masuk menembus dan mengejar dirinya dari dalam. Kabul tergagap. Aku telah menyebakan Wati menderita?(hlm. 115)

Wati. Tapia pa, dan bagaimana? (hlm. 117) e. Rubrik Penilaian Presentasi Siswa

No Aspek Kriteria Skor

Isi a. Hasil analisis kelompok

lengkap, sesuai dengan realitas, dan mendalam.

b. Hasil analisis kelompok lengkap, sesuai dengan realitas, tetapi kurang mendalam.

c. Hasil analisis kelompok kurang lengkap, tetapi sesuai dengan realitas. d. Hasil analisis kelompok kurang

lengkap dan tidak sesuai dengan realitas. e. Hasil analisis tidak sesuai

dengan realitas. 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 5 - 10

Kreativitas a. Kelompok membandingkan

novel dengan isu kondisi sosial dengan menarik, disertai contoh, dan menggunakan media pendukung.

b. Kelompok membandingkan novel dengan isu kondisi sosial yang disertai contoh dan menggunakan media pendukung.

c. Kelompok membandingkan novel dengan isu sosial yang disertai contoh tanpa menggunakan media pendukung.

d. Kelompok membandingkan novel dengan isu sosial tanpa disertai contoh-contoh.

23 – 30

16 – 22 10 – 15 5 – 9

Penyampaian Isi a. Lafal, intonasi, dan suara presenter jelas, sehingga siswa lain memahami isi presentasi.

b. Lafal, intonasi, dan suara presenter kurang jelas, sehingga hanya beberapa informasi yang diperoleh siswa lain.

c. Lafal, intonasi, dan suara presenter tidak jelas, sehingga siswa lain tidak memahami isi presentasi.

14 – 20 8 – 13

3 – 7

………..……… Yogyakarta, 2013 Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru

113 BAB V