• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS RISIKO PADA PERUSAHAAN

6.1 Identifikasi Risiko

6.1.1 Sumber Risiko Pra Penjualan

Proses penjualan anggrek yang dilakukan oleh Permata Anggrek dimulai dari proses penyediaan anggrek yang akan dipasarkan. Dalam proses ini Permata Anggrek menggunakan dua sistem untuk memasok anggrek yang akan dipasarkan yaitu: dengan cara produksi sendiri dan dengan membeli dari produsen lain. Pada usaha penjualan dendrobium campur kecil proporsi perbandingan antara anggrek hasil produksi sendiri dengan anggrek hasil pasokan dari luar Permata Anggrek awalnya adalah 50 persen berbanding 50 persen. Namun sejak tahun 2009 disaat pasar anggrek sudah semakin sulit berkembang dan bibit untuk produksi sendiri juga sulit untuk diperoleh, perbandingan jumlah anggrek produksi sendiri dengan pasokan dari luar adalah 20 persen berbanding 80 persen. Dari 500 pot persediaan anggrek yang ditargetkan oleh Permata Anggrek memasok 400 pot tanaman anggrek per bulannya dari luar perusahaan dan sisanya yang berjumlah 100 pot tanaman anggrek adalah hasil produksi Permata Anggrek sendiri. Tanaman yang dipasok dari luar Permata Anggrek merupakan tanaman siap bunga yang hanya membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar sebulan agar berbunga. Berbeda dengan pengusahaan dendrobium campur campur besar dan sedang, Permata Anggrek hanya mengandalkan pasokan dari luar perusahaan. Bentuk tanaman yang dipasok adalah tanaman siap bunga yang hanya membutuhkan waktu pemeliharaan sebulan agar berbunga.

Usaha penyediaan dan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh Permata Anggrek dihadapkan pada risiko yang dapat menyebabkan berkurangnya

72

persediaan tanaman yang akan dijual. Risiko ini merupakan jenis risiko yang tergolong risiko produksi, karena akibat dari adanya risiko ini adalah menyebabkan tanaman yang sedang dipelihara mengalami kematian. Sumber risiko pada tahapan pra penjualan ini disebabkan oleh dua faktor penting yaitu: perubahan iklim cuaca dan serangan hama dan penyakit.

1. Perubahan Iklim dan Cuaca

Sumber risiko utamanya pada tahapan pra penjualan adalah bersumber dari iklim dan cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi. Tanaman dendrobium adalah tanaman yang membutuhkan banyak cahaya matahari dan memerlukan suhu ideal sekitar 250-300C. Sebaliknya dendrobium juga adalah jenis tanaman yang rentan terhadap perubahan cuaca, khususnya kondisi basah dan lembab. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bogor menyebutkan bahwa kondisi cuaca pada tahun 2010 di Kota Bogor berubah-ubah dan tidak sesuai dengan siklus normal. Kondisi yang demikian sangat tidak ideal dalam proses pemeliharaan dendrobium. Akibat dari perubahan cuaca ini pada bulan Maret 2010 hingga Februari 2011 tercatat ada 717 pot tanaman yang mati. Gambaran jumlah tanaman dendrobium yang mati pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 menunjukkan hubungan antara perubahan cuaca dan iklim yang diwakili oleh curah hujan dengan kerusakan tanaman yang ditunjukkan oleh jumlah tanaman yang mati. Sebagian besar kelompok tanaman yang mati adalah tanaman jenis dendrobium campur kecil, hal ini dikarenakan fisik tanaman yang lebih rentan terkena penyakit apabila terjadi perubahan cuaca dan iklim. Sebelum bulan Maret 2009 jumlah tanaman yang mati hampir tidak ditemukan di Permata Anggrek. Iklim dan cuaca sebelum periode tersebut jauh lebih stabil dan dapat diprediksi. Namun, setelah perubahan curah hujan yang terjadi pada awal Maret 2010 situasi curah hujan menjadi lebih sulit diprediksi. Terlihat jelas pada bulan April curah hujan turun turun drastis dari bulan sebelumnya dan pada bulan berikutnya naik sangat darastis juga. Kondisi ini mengakibatkan tingginya jumlah tanaman yang mati.

73

Tabel 12 juga menunjukkan bahwa jumlah tanaman yang mati tertinggi terjadi pada bulan September 2010, yaitu sebanyak 123 pot tanaman. Kondisi ini terjadi pada saat curah hujan di Kota Bogor juga mencapai kisaran tertinggi dalam periode Maret 2010 hingga Februari 2011. Curah hujan yang tinggi menjadikan suhu di kota bogor juga menjadi cukup dingin. Curah hujan yang tinggi juga berakibat terhadap tingginya kelembaban pada iklim Kota Bogor. Pada kondisi yang demikian jamur menjadi sangat cepat berkembang. Karena jamur adalah kelompok organisme yang sangat menyukai kondisi lembab. Jamur adalah salah satu kelompok hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman dendrobium.

Tabel 12. Perbandingan antara Curah Hujan Kota Bogor dan Jumlah Anggrek Dendrobium yang Mati periode Maret hingga Februari 2011

Waktu Curah Hujan (mm) Jumlah Tanaman Yang Mati (pot)

Maret 414,5 43 April 42,9 16 Mei 330,9 74 Juni 303,4 95 Juli 270,4 120 Agustus 477,6 50 September 601 123 Oktober 436,2 119 November 284,3 30 Desember 177,3 0 Januari 202,7 0 Februari 89,0 47

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (diolah)

2. Serangan Hama dan Penyakit

Usaha pemeliharaan tanaman anggrek dendrobium juga dihadapkan pada risiko yang bersumber dari serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini memiliki hubungan juga dengan perubahan cuaca. Pada saat curah hujan sedang tinggi kematian tanaman disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri yang bertumbuh dengan baik. Serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan umumnya tanaman yang sudah terserang jamur akan lebih rentan untuk diserang oleh bakteri, selanjutnya apabila terlambat ditangani

74

maka serangan bakteri ini dapat menyebabkan pembusukan yang pada akhirnya menjadikan tanaman mati. Pada awalnya Permata Anggrek cukup kesulitan menghadapi fenomena matinya sejumlah tanaman ini, karena jika dilihat pada bulan Mei hingga Juli 2010 curah hujan lebih stabil yaitu pada kisaran 330,9-270,4 mm namun jumlah tanaman yang mati juga semakin banyak dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Tetapi pada akhirnya pada bulan Desember 2010 hingga Januari 2011 permasalahan kematian tanaman ini sudah bisa diantisipasi walaupun pada bulan Februari masih ada juga tanaman yang mati. Solusi dan penanganan yang dilakukan oleh Permata Anggrek adalah dengan meningkatkan dosis penggunaan fungisida dan bakterisida serta meningkatkan intensitas penyemprotan tiap minggunya khususnya pada saat curah hujan tinggi. Matinya sejumlah tanaman dendrobium ini merupakan sumber risiko yang cukup berpengaruh juga terhadap penjualan karena berdampak terhadap berkurangnya persediaan produk yang akan dipasarkan serta menimbulkan kerugian.

Dokumen terkait