• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUN Berdenominasi Rupiah

Dalam dokumen H M MEEN NC CEEK KIIK KR RA AK KY YA AT T (Halaman 130-135)

C. Surat Utang Negara (SUN )

1. SUN Berdenominasi Rupiah

SUN berdenominasi Rupiah dapat dipisahkan ke dalam beberapa jenis, yaitu: Surat Perbendaharaan Negara, Obligasi berbunga tetap, Obligasi berbunga mengambang, Surat utang kepada BI, dan Special Rate Bank Indonesia. Ada pula yang sudah dilunasi (dan tidak di- terbitkan lagi)sejak pertengahan 2005, namun perlu sedikit diketahui yakni Obligasi lindung nilai (hedge bonds). Pengertian masing- masing dalam uraian berikut berdasar laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan SUN tahun 2005 dan tahun 2006, yang disampaikan se- bagai bagian pertanggungjawaban pelaksanaan APBN (lihat daftar pustaka).

a. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

Baru ada satu seri SPN ((SPN 2008052801) yang ditebitkan ber- tanggal 30 Mei 2007 yang jatuh tempo pada tanggal 28 Mei 2008, se- nilai sekitar Rp4,17 triliun. Tidak ada bunga yang harus dibayar

Jenis Nilai Nominal (face value)

A. TRADABLE SECURITIES

1. Rupiah Denominated a. Zero Coupon

b. Fixed Coupon (termasuk ORI) c. Variable Coupon 2. US Dollar Denominated* a. Fixed Coupon* B. NON-TRADABLE SECURITIES 1. Fixed Coupon 2. Variable Coupon GRAND TOTAL 580.781.054.000.000 498.404.054.000.000 24.218.800.000.000 313.258.352.000.000 160.926.902.000.000 82.377.000.000.000 82.377.000.000.000 258.817.403.462.139 256.380.218.662.139 2.437.184.800.000 839.598.457.462.139

pemerintah dalam hal ini. Keuntungan bagi pemegangnya adalah berupa harga yang dibayar ketika membelinya adalah lebih rendah dari nilai nominal. Sejauh ini, sifatnya cukup mudah (likuid) untuk dipindahtangankan.

Sebenarnya ada pula SUN denominasi rupiah yang memiliki zero coupon, namun per definisi tidak termasuk SPN. Per 12 Maret 2008, ada lima seri SUN semacam ini yang berlabel ZC (ZC0001 s/d ZC0005) senilai Rp 20,05 triliun. Waktu jatuh temponya adalah antara satu sampai dengan lima tahun dari diterbitkan. Untuk keperluan analisis, jenis ini biasa dikelompokkan dengan SPN, karena jenis bunganya sama dan jangka waktunya relatif lebih pendek dari kebanyakan seri lain.

b. Obligasi Berbunga Tetap (fixed rate bonds)

Obligasi jenis ini memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan. Bunga dibayarkan secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali untuk seri FR, dan sebulan sekali untuk seri ORI.

Pada 12 Maret 2008, posisinya (FR dan ORI) adalah Rp 313,26 triliun. Tingkat kupon obligasi jenis FR berkisar antara 9,250% (FR0041)sampai dengan 15,575% (FR0014). Seri FR yang beredar ter- diri dari 41 seri, dengan masa jatuh tempo berkisar antara 15 Nopember 2008 (FR0041)sampai 15 Juli 2038 (FR0050). Jika dihitung secara umum, maka tingkat bunga rata-rata (average interest rate) dari FR adalah 11,542 % dengan rata-rata jatuh tempo selama 8,77 tahun.

Obligasi jenis ORI telah dikeluarkan sebanyak empat seri (ORI001 sampai dengan ORI004), senilai sekitar Rp 32,34 triliun. Waktu jatuh temponya: 9 Agustus 2009, 28 Maret 2010, 12 September 2011 dan 12 Maret 2012.

Seluruh Obligasi jenis FR dan ORI dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder. Sebagai catatan, ORI hanya boleh dibeli oleh individu pada pasar perdana. cc.. OObblliiggaassii BBeerrbbuunnggaa MMeennggaammbbaanngg ((vvaarriiaabbllee rraattee bboonnddss))

Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik berdasarkan referensi tertentu. Dalam hal ini referensi yang digunakan ialah tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berjangka 3 bulan. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga)bulan.

Pada 12 Maret 2008, posisinya adalah Rp 160,93 triliun. Terdapat 18 seri VR yang masa jatuh temponya berkisar antara 25 Agustus 2008 (VR0014)sampai dengan 25 Juli 2020 (VR0031). Seluruh seri VR yang masih ada (outstanding) ini diterbitkan antara tahun 1999 sampai dengan 2002. Pemerintah tidak mengeluarkan lagi seri ini dalam tahun-tahun setelahnya.

Obligasi jenis VR dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.

d. Surat Utang kepada BI (SU)

Dalam rangka program penjaminan perbankan dan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), pada tahun 1998 dan 1999 Pemerintah menerbitkan empat seri SU, yaitu SU-001, SU-002, SU-003 dan SU-004, dengan total nominal sebesar Rp218,3 triliun. SU-001 dan SU-003 merupakan SU yang diterbitkan dalam rangka BLBI yang dikucurkan oleh Bank Indonesia saat krisis moneter tahun 1998/1999. SU-002 merupakan penyertaan modal negara pada Bank Ekspor Impor Indonesia. Sementara SU-004 merupakan surat utang yang diterbitkan dalam rangka program penjaminan Pemerintah.

memiliki tingkat bunga tetap sebesar 3% yang diperhitungkan atas pokok yang diindeks berdasarkan inflasi. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali. Sementara pokok utang diamortisasi (dicicil) setiap enam bulan sekali secara proporsional atas dasar pokok yang telah diindeks. Pembayaran cicilan pokok dilakukan bersamaan dengan pembayaran bunga, dan dimulai setelah masa tenggang (grace period)berakhir.

Sebagai bagian dari penyelesaian BLBI, Pemerintah dan BI telah sepakat untuk mengganti SU-001 dan SU-003 dengan menerbitkan surat utang jenis baru yaitu SRBI (Special Rate Bank Indonesia)pada tanggal 7 Agustus 2003. Adanya kesepakatan tersebut telah me- ngubah terms & conditions awal yang secara lebih rinci dijelaskan pada bagian tersendiri di bawah ini. Sementara untuk SU-002 dan SU- 004, Pemerintah bersama dengan BI tengah membahas proses restrukturisasinya. Sampai dengan buku ini ditulis, SU-002 masih bernominal Rp 20 triliun dengan bunga tetap sebesar 1%, sedangkan SU-004 bernominal sekitar Rp 53,78 triliun dengan bunga tetap se- besar 3 %.

Selain SU-001, SU-002, SU-003 dan SU-004, Pemerintah juga me- nerbitkan SU-005 untuk pembiayaan kredit program. Obligasi ini jatuh tempo tahun 2009, dan memiliki tingkat kupon yang ditetapkan berdasarkan tingkat bunga SBI berjangka 3 bulan. SU-005 memiliki plafon sebesar Rp9,97 triliun, namun demikian jumlah realisasi yang menjadi utang pemerintah hanyalah jumlah dana yang sudah di- salurkan dalam rangka pembiayaan beberapa skim kredit program, yang per posisi akhir tahun 2005 berjumlah Rp2,58 triliun.

Pada tanggal 6 September 2001, Pemerintah juga telah me- nerbitkan SU-006 sebesar nominal Rp 40.000.000.000.000. Jumlah nominal atas SU-006 ini merupakan jumlah maksimum yang dapat ditarik oleh Pemerintah yang digunakan untuk program pen- jaminan perbankan, sehingga baru akan efektif menjadi utang jika

memang sudah ditarik. Sampai 31 Desember 2006 Pemerintah belum menarik sama sekali, sehingga nilai utang Pemerintah atas SU-006 per tanggal 31 Desember 2006 adalah nol.

e. Special Rate Bank Indonesia(SRBI)

SRBI, yang lengkapnya SRBI-01/MK/2003, adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah pada tanggal 7 Agustus 2003 se- bagai pengganti SU-001 dan SU-003, dalam rangka penyelesaian bantuan likuiditas BI. Nilai nominal penerbitan SRBI adalah sebesar Rp144.536.094.294.530,00 atau sama dengan jumlah nominal SU-001 dan SU-003. SRBI jatuh tempo tahun 2033 dengan tingkat kupon 0,1% setahun dihitung dari sisa pokok terutang yang dibayarkan secara periodik 2 (dua)kali setahun. Pelunasan SRBI dapat bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan akan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter BI telah mencapai di atas 10%. Dalam hal rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia kurang dari 3%, maka Pemerintah akan membayar charge kepada Bank Indonesia sebesar kekurangan dana yang diperlukan untuk mencapai rasio modal tersebut. Pada tahun 2006, berdasarkan hasil audit BPK, rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia lebih dari 10%, sehingga pada tahun 2006 Bank Indonesia menggunakan kelebihan tersebut untuk me- ngurangi saldo SRBI-01/MK/2003 sebesar Rp1,52 triliun.

f. Obligasi lindung nilai (hedge bonds)

Obligasi lindung nilai atau hedge bonds(HB)adalah obligasi yang diterbitkan dalam denominasi Rupiah dengan pembayaran kupon dan pokok yang disesuaikan atau diindeks terhadap perubahan kurs Rp/USD. Pada saat jatuh tempo pembayaran, baik pokok maupun kupon, nilai nominalnya akan disesuaikan terlebih dahulu terhadap nilai tukar Rp/USD yang berlaku. Apabila nilai tukar Rupiah ter-

hadap USD pada saat jatuh tempo pembayaran melemah dibanding nilai tukar pada saat penerbitan, maka nilai nominal HB setelah indeksasi akan meningkat sehingga meningkatkan jumlah pem- bayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo, dan sebaliknya. Sesuai dengan terms and condition-nya, pelunasan HB jatuh tempo dapat dilakukan dengan ON baru atau dengan tunai. Tingkat kupon HB ditetapkan secara periodik berdasarkan referensi tertentu, yaitu Singapore Inter Bank Offered Rate (SIBOR) + margin 2%. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali. Pada akhir tahun 2005 tidak terdapat lagi obligasi jenis ini. Obligasi seri HB ter- akhir telah dilunasi pada bulan Juni 2005. Obligasi jenis HB ini tidak dapat diperdagangkan.

Dalam dokumen H M MEEN NC CEEK KIIK KR RA AK KY YA AT T (Halaman 130-135)

Dokumen terkait