• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tahap Penyusunan Mat riks Transaksi antar wilayah

Analisis yang digunakan dalam studi ini menggunakan metode I-O antar wilayah Kalimantan Timur yang dibagi atas dua wilayah, yakni Kalimantan Timur wilayah Utara (Kaltimtara) dan Kalimantan Timur wilayah Selatan (Kaltimsela). Dengan demikian secara teknis kerangka dasar I-O yang digunakan merupakan

tabe l I-O yang terdiri atas dua wilayah yaitu Kaltimtara dan Kaltimsela.

Berdasarkan wacana pemekaran yang sedang diisukan saat ini Kaltimtara tersebut merupakan gabungan dari beberapa kabupaten yang terletak di sebelah Utara Kalimantan Timur yakni Kabupaten/Kota Bulungan, Nunukan, Malinau, Berau dan Tarakan. Sedangkan Kaltimsela terdiri atas kabupaten-kabupaten yang berada di Kalimantan Timur sebelah Selatan yaitu Kabupaten/Kota Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Pasir da n Bontang.

Referensi utama dari penyusunan I-O antar wilayah dalam studi ini adalah I-O tunggal Kalimantan Timur yang telah dibuat oleh BPS Kalimantan Timur pada tahun 2003. Selain itu, untuk melakukan pemutakhiran (updating) dan penyusunan I-O antar wilayah ke tahun 2006 disamping menggunakan data-data ekonomi Kalimantan Timur, juga memanfaatkan tabel I-O antar wilayah Indo nesia yang disusun oleh Bada n Perancanaan Pembangun an Nasional (Bappenas) pada tahun 2005, dimana salah satu di dalamnya terdapat tabel I-O antar wilayah untuk P rovinsi Kalimantan Timur yang terintegrasi de ngan wilayah-wilayah Indo nesia lainnya . Dengan demikian referensi mengenai tabel I-O antar

wilayah Kalimantan Timur dengan wilayah lain di Indo nesia sudah tersedia yang sangat membantu dalam menyusun data-data mengenai impor dan ekspor antara Kalimantan Timur dengan wilayah-wilayah lainnya di Indo nesia.

Tersedianya tabel I-O tunggal Kalimantan Timur dan I-O antar wilayah yang bersumber pada studi Bappenas (2006), sangat membantu pekerjaan untuk menyusun tabel I-O antar wilayah dalam studi ini. Dimana untuk tahap berikutnya khusus untuk Provinsi Kalimantan Timur akan didisagregasi menjadi dua wilayah yakni Kaltimtara dan Kaltimsela. Proses ini dilakukan melalui beberapa langkah yang dapat dijelaskan singkat sebagai berikut :

Pertama, menyusun tabel I-O tunggal untuk Kaltimtara dan Kaltimsela

melalui teknik non survey. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk

menyusun tabel I-O tunggal tanpa melalui survey, dimana salah satunya yang

paling banyak digunakan adalah metode LQ atau Location Quotient (Harrigan,

1982; McCann and Dewhurst, 1988; Flegg, et al., 1995; Thomo, 2004). Metode

ini sangat praktis diterapkan untuk menyusun sebuah tabel I-O, karena hanya membutuhkan dua data dasar yakni tabel I-O yang menjadi referensi utama dan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk wilayah yang akan dibuat tabe l I-O.

Dalam studi ini yang menjadi referensi utamanya adalah I-O Provinsi

Kalimantan Timur tahun 2006 yang di update dari tahun 2003 dengan menggunakan metode RAS, kemudian oleh karena Kaltimtara dan Kaltimsela itu merupakan kumpulan dari masing- masing wilayah kabupaten maka data PDRB yang digunakan dalam penyusunan I-O tunggal dengan metode LQ ini merupakan PDRB gabungan dari masing- masing wilayah kabupaten yang telah ditetapka n

yakni PDRB Kaltimtara merupakan penjumlahan dari PDRB Kabupaten Berau, Bulungan, Nunukan, Malinau dan Tarakan. Sementara PDRB Kaltimsela adalah penjumlahan PDRB Kabupaten Samarinda, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, Pasir dan Bontang.

Menghindari kesulitan dalam pengumpulan data-data pendukung lainnya, maka jumlah sektor ekonomi yang ada di PDRB dan I-O tunggal Kalimantan Timur diagregasi menjadi 20 sektor dengan tetap mempertahankan jumlah sektor-sektor ekonomi yang terkait dengan infrastruktur yang menjadi fokus pembahasan dalam studi. Hasil agregasi sektor ekonomi menghasilkan struktur tabel I-O antar wilayah Kalimantan Timur sebagai berikut.

Tabel 9. Struktur Tabel Input-Output antar wilayah Kaltimtara dan

Kaltimsela

No. Sektor-Sektor Ekonomi

1 Tanaman Pangan

2 Tanaman Perkebunan

3 Peternakan dan Hasil- hasilnya

4 Kehutanan

5 Perikanan

6 Pertamba nga n Migas da n Non Migas

7 Industri Makanan dan Minuman

8 Industri Tekstil dan Alas Kaki

9 Industri Barang Kayu, Rotan da n Bambu

10 Industri Pulp dan Kertas

11 Industri Lainnya

12 Listrik, Gas dan Air Bersih

13 Bangunan

14 Hotel, Restoran dan Perdagangan

15 Angkutan Darat

16 Angkutan Laut, S ungai da n Penyebe rangan

17 Angkutan Udara

18 Pos, Telekomonukasi dan Jasa Penunjangnya

19 Lemba ga Keuangan Bank da n Non Bank

Oleh karena tabel I-O yang dibangun merupakan I-O antar wilayah yang terdiri atas wilayah Kaltimtara dan Kaltimsela, maka secara keseluruhan sektor ekonomi yang menjadi bahan analisis dalam I-O antar wilayah ini adalah sebanyak 40 sektor, yakni 20 sektor untuk wilayah Kaltimtara dan 20 sektor yang sama untuk Kaltimsela.

Berdasarkan matriks teknologi Kalimantan Timur serta PDRB Kaltimtara dan Kaltimsela, dibangun tabel I-O tunggal untuk setiap wilayah menggunakan metode simple location quotient (Simple LQ), dengan rumus sebagai berikut :

... [39] dimana :

LQi : nilai koe fisien location quotient sektor i wilayah Utara/Selatan vi : PDRB sektor i untuk wilayah Utara/Selatan

vt : PDRB total untuk wilayah Utara/Selatan

Vi : PDRB sektor i untuk P rovinsi Kalimantan Timur

Vt : PDRB total untuk Provinsi Kalimantan Timur

Ketentuan yang diterapkan untuk menaksir koefisien teknologi suatu wilayah berdasarkan nilai LQ ini adalah :

1. Jika LQ ≥ 1 maka diasumsikan bahwa sektor produksi i di wilayah dapat memenuhi permintaan wilayah, sehingga koe fisien input wilayah Utara atau Selatan sama dengan koe fisien input provinsi aijw

2. Jika LQ < 1 maka diasumsikan bahwa sektor produksi i wilayah tidak dapat memenuhi permintaan wilayah. Keadaan ini koe fisien input wilayah dapat diduga dengan menggandakan LQ de ngan aij atau aij

= aij. w = LQi . aij. t i t i i V V v v LQ=

dimana :

aij adalah koefisien input dari sektor i di Provinsi Kalimantan Timur aijw

( )

(

i i i i i

)

i E M X E X DSP − + − =

adalah koefisien input sektor i di Kalimantan Timur wilayah Selatan atau Utara

Kedua, mengubah tabel I-O yang semula dalam bentuk matriks transaksi

total menjadi transaksi do mestik. Tabe l I-O ini menggambarkan transaksi antar sektor yang tidak dipengaruhi lagi oleh komponen impor baik dari luar negeri maupun regional. Keunggulan dari tabel transaksi domestik adalah hubungan antar sektor hanya mencakup barang da n jasa hasil prod uksi wilayah setempat saja, sementara impor dipisahkan pada suatu sel tersendiri. Akan tetapi, karena informasi untuk memisahkan komponen impor dari setiap input di masing-masing sektor sangat terbatas maka digunakan suatu rasio yang disebut Domestic Supply Percentage (DSP) dan dirumuskan sebagai berikut :

... [40]

dimana :

DSPi adalah domestic supply percentage, yang merupakan rasio antara produksi suatu wilayah yang digunaka n pada wilayah itu sendiri terhadap jumlah penyediaan (produksi + impor) domestik untuk sektor ke-i

Xi adalah produksi domestik untuk sektor ke-i

Ei adalah ekspor ke luar negeri atau ke provinsi lain untuk sektor ke-i Mi adalah impor dari luar negeri atau dari provinsi lain untuk sektor

ke-i

DSP digunakan untuk memisahkan komponen impor dari setiap input

antara produk domestik dan impor dari suatu input tertentu di seluruh sektor yang menggunakan diasumsikan sama.

Ketiga, masing- masing tabe l I-O domestik yang berhasil dibangun tersebut kemudian ditempatkan dalam sebuah tabel tersendiri yang akan menjadi sumber paling utama dalam rangka menyusun tabel I-O antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur sebagaimana terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rancangan Awal Matriks Transaksi Provinsi Kalimantan Timur Output

Input

Kaltimtara Kaltimsela Permintaan

Akhir Total Output

Kaltimtara UU ij Z - FU XU Kaltimsela - Z SSij FS XS Impor MU MS Input Primer VU VS Total Input YU YS dimana : UU ij

Z adalah matriks transaksi tunggal Kalimantan Timur wilayah Utara

SS ij

Z adalah matriks transaksi tunggal Kalimantan Timur wilayah Selatan FU adalah permintaan akhir Kalimantan Timur wilayah Utara

FS adalah permintaan akhir Kalimantan Timur wilayah Selatan

MU adalah impor Kalimantan Timur wilayah Utara MS adalah impor Kalimantan Timur wilayah Selatan VU adalah input primer Kalimantan Timur wilayah Utara VS adalah input primer Kalimantan Timur wilayah Selatan YU adalah total input Kalimantan Timur wilayah Utara

YS adalah total input Kalimantan Timur wilayah Selatan XU adalah total output Kalimantan Timur wilayah Utara XS ROW U ROI U S U U M M M M = + +

adalah total output Kalimantan Timur wilayah Selatan

Keempat, merupakan tahap yang paling penting yakni mengeluarkan

sebagian transaksi dari satu wilayah ke luar wilayah, yakni (1) transaksi dari wilayah Kaltimtara ke Kaltimsela, ROI (Rest of Indonesia) dan ROW (Rest of the World), dan (2) transaksi dari wilayah Kaltimsela ke Kaltimtara, ROI (Rest of Indonesia) da n ROW (Rest of the World). Penyusunan seluruh transaksi antar wilayah ini dilakukan dengan cara mendisagregasi vektor baris impor (IM) pada masing- masing wilayah ke luar wilayah, dengan kata lain untuk setiap wilayah transaksi impor itu adalah :

... [41] ROW S ROI S U S S M M M M = + + ... [42] dimana :

M adalah matriks vektor impor suatu wilayah

s adalah Kalimantan Timur wilayah Selatan

u adalah Kalimantan Timur wilayah Utara

ROI adalah rest of Indonesia atau wilayah-wilayah Indo nesia lainnya ROW adalah rest of the world atau luar negeri

Pada prins ipnya disagregasi matriks impor pada masing- masing wilayah sama dengan membangun matriks perdagangan antar wilayah. Dalam hal ini matriks perdagangan antar wilayah yang dirinci secara sektoral hanyalah transaksi antar wilayah Kaltimtara dan Kaltimsela, sedangkan untuk ROI da n ROW pada

setiap wilayah analisis merupakan transaksi total yang dirinci secara sektoral namun tidak antar wilayah.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangun matriks perdagangan antar wilayah yang dimaksud, namun da lam studi ini hanya digunakan satu cara yakni metode proporsional O-D sesuai dengan data yang berhasil dihimpun dari Departemen Perhubungan mengenai Proyek Asal- Tujuan Tahun 2006 dan BPS Kalimantan Timur tahun 2006. Melalui metode ini akhirnya diperoleh I-O antar wilayah Kalimantan Timur yang siap dianalisis dengan berbagai metode analisis seperti angka pengganda regional, angka pengganda antar wilayah, ketimpangan antar wilayah, simulasi kebijakan dan lain- lain. Adapun rancangan matriks transaks i antar wilayah Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks Transaksi Dasar Input-Output antar wilayah Provinsi Kalimantan Timur

Output Input

Kaltimtara Kaltimsela Permintaan

Akhir

Total Output

Kaltimtara ZijUU ZijUS FU XU

Kaltimsela ZSUij Z SSij FS XS

Rest of Indonesia ROIU ROIS

Rest of the World ROWU ROWS

Input Primer VU VS

Total Input YU YS

dimana :

F : permintaan akhir atau final demand yang terdiri atas konsumsi rumahtangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal

tetap bruto, perubahan stok modal dan ekspor

U : wilayah Kaltimtara

S : wilayah Kaltimsela

ROI : rest of Indonesia atau wilayah-wilayah Indo nesia lainnya ROW : rest of the world atau luar negeri

V : input primer yang terdiri atas upa h/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung

X : total penerimaan atau output

Y : total pengeluaran atau input

Secara diagonal elemen-elemen matriks ZijUUdan Z seluruhnya SSij menggambarkan terjadinya transaksi pada sektor itu sendiri (i = j) atau antar sektor (i ≠ j) untuk masing- masing wilayahnya sendiri, sedangkan elemen-elemen matriks di luar diagonal menunjukkan adanya transaksi pada sektor itu sendiri (i = j) atau antar sektor (i ≠ j) untuk antar wilayah. Misalkan elemen ZSUij dan i ≠ j, jika

dibaca secara vertikal mempunyai arti bahwa untuk memproduksi output sektor i pada wilayah U dibutuhkan input dari sektor j wilayah S sebanyak ZSUij . Sedangkan secara horisontal dari total output sektor i sebanyak Xi di wilayah S sebesar ZSUij didistribusikan untuk memenuhi permintaan antara sektor j yang ada di wilayah U.

Singkatnya I-O antarwilayah Kalimantan Timur ini dibangun melalui beberapa tahapan yakni sebagai berikut :

Pertama, melakukan updating (pemuktahiran) matriks transaksi total

menurut harga produsen Provinsi Kalimantan Timur tahun 2003 menjadi tahun 2006. Metode updating yang digunakan adalah metode RAS.

Kedua, menyusun PDRB wilayah Kaltimsela dan Kaltimtara tahun 2006,

dimana PDRB Kaltimsela merupakan penjumlahan dari PDRB Kota Samarinda, Kabupaten Balikpapan, Bontang, Kutai Timur, Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Penajam PU, dan Pasir untuk tahun 2006. Sedangkan PDRB Kaltimtara adalah total dari PDRB Kabupaten Tarakan, Bulungan, Berau, Nunukan dan Malinau untuk tahun 2006.

Ketiga, menurunka n I-O tunggal Kaltimsela dan Kaltimtara tahun 2006 dengan menggunakan metode SLQ (simple location quotient) berdasarkan referens i dari matriks transaksi I-O Kalimantan Timur tahun 2006 yang diperoleh pada tahap pertama, dan PDRB Kaltimsela dan Kaltimtara dari tahap kedua. I-O Kaltimsela dan Kaltimtara yang diperoleh masing- masing merupakan I-O transaks i total menurut harga prod usen.

Keempat, mengubah I-O transaksi total Kaltimsela dan Kaltimtara

masing- masing menjadi I-O transaksi domestik menurut harga produsen. Metode yang digunakan disini adalah metode DSP (domestic supply percentage).

Kelima, berdasarkan I-O transaksi domestik masing- masing wilayah

tersebut kemudian dibangun I-O antar wilayah Kalimantan Timur tahun 2006 yang mensinergikan keterkaitan antara wilayah Selatan (Kaltimsela) da n Utara (Kaltimtara). Metode yang digunakan dengan cara memproporsikan perdagangan

antar wilayah Selatan dan Utara berdasarkan data-data O-D (origin and

Keenam, melakuka n balancing (menyeimbangkan) matrik transaksi I-O antar wilayah dengan metode cross entrophy.

Berhubung matrik I-O Kalimantan Timur yang tersedia saat studi ini dilakuka n ada lah I-O tahun 2003, sementara analisis dilakukan untuk tahun 2006, akhirnya I-O tahun 2003 tersebut perlu di update atau dimutakhirkan sesuai dengan tahun terakhir analisis. Metode yang digunakan untuk melakukan updating I-O 2003 tersebut adalah RAS. Pada dasarnya RAS itu ada lah sebuah nama rumus matriks yang dikembangkan oleh Richard Stone, dimana R dan S adalah matriks diagonal n x n, da n A ada lah matriks be rukuran n x n yang menunjukka n

banyaknya sektor industri. Metode RAS pada prinsipnya merupakan metode

estimasi koefisien I-O non survey. Dengan menggunakan metode RAS ini dapat dilakuka n updating suatu matriks I-O di masa mendatang berdasarkan matriks koefisien input I-O pada tahun sebelumnya (yaitu I-O yang menjadi dasar untuk melakukan estimasi).

Melakukan update I-O Kalimantan Timur dengan metode RAS diperlukan konstruksi data sebagai berikut :

1. Matriks transaksi I-O Kalimantan Timur tahun 2003. Data ini diperoleh dari BPS Kalimantan Timur.

2. Final demand tahun 2006 ya ng dirinci menurut ko mpo nen: (1) pengeluaran konsumsi, (2) pengeluaran pemerintah, (3) investasi, (4) perubahan modal atau stok kapital, (5) ekspor, dan (6) impor. Data investasi sektoral dan perubahan stoknya di dapat dari BKPMD dan BPS Kalimantan Timur, sedangkan data-data ekspor dan impor, baik secara sektoral maupun komoditi, secara lengkap diperoleh dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Data-data

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperoleh dari BPS yang kemudian didisagregasi secara sektoral. Dimana untuk data konsumsi ditelusuri melalui survey konsumsi rumahtangga dan SUSENAS. Selanjutnya data pengeluaran pemerintah dikumpulkan melalui Realisasi APBN dan APBD pada tahun 2006.

3. Total permintaan input antara dan total penggunaan input antara untuk tahun 2006. Kedua data ini secara sektoral bisa didapatkan pada Neraca Produksi yang dikeluarkan oleh BPS Kalimantan Timur.

4. Nilai Tambah atau Value Added tahun 2006, yang diperoleh dari data PDRB

secara sektoral yang telah dipublikasikan oleh BPS Kalimantan Timur.