• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Berfungngsi Sebagai Kontrol Sosial Menurut Jenis Kelamin, Usia, Jenjang pendidikan, dan

TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1. Karakteristik Responden

4.5. Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Berfungngsi Sebagai Kontrol Sosial Menurut Jenis Kelamin, Usia, Jenjang pendidikan, dan

Pekerjaan

Masyarakat desa Leuge diharapakandapat bersikap dan berprilaku sesuai dengan budaya Islam dan disesuaikan dengan nilai-nilai agama dan adat yang di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga jauh dari segala bentuk penyimpangan/pelanggaran. Syari’at Islam diterapkan guna untuk berfungsi sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat. Berikut tanggapan responden tentang berfungsinya Syari’at Islam sebagai kontrol sosial bagi masyarakat desa Leuge:

4.5.1.Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Berfungsi Sebagai Kontrol Sosial Menurut Jenis Kelamin

Tanggapan responden mengenai penerapan Syari’at Islam menurut jenis kelamin tentunya berbeda-beda, perbedaan ini lazim terjadi di tengah-tengah masyarakat karena memiliki pandangan menurut kepentingan individu, namun pada masyarakat desa Leuge, pandangan penerapan Syari’at Islam masih memahami bahwa penerapan Syari’at Islam sangat befungsi bagi masyarakat, untuk mengetahui komposisi responden menurut jenis kelamin yang menilai syari’at Islam befungsi bagi masyarakat dapat dilihat pada Tabel 40.

Tabel 42. Tanggapan responden berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin

Tanggapan responden bahwa penerapan

Syari’at Islam berfungsi sebagai kontrol sosial Jumlah Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

F % F % F % F %

1. Laki-laki 44 46.8 1 1.1 3 3.2 48 51.0

2. Perempuan 37 39.3 4 4.3 5 5.3 46 48.9

Jumlah 81 86.2 5 5.4 8 8.5 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2010

Dari Tabel 42. dapat dilihat bahwa 3 responden atau (3.2 %) bedasarkan jenis kelamin laki-laki mengatakan Syari’at Islam tidak berfugsi, sedangkan berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah 5 responden atau (5.3 %). responden yang mengatakan Syari’at Islam tidak berfungsi di dominasi oleh perempuan. hal ini karena kaum perempuan merasa tidak bebas, dan ruang gerak mereka terbatas. seperti ungkapan alasan responden berikut ini:

“ Peraturan Syari’at Islam hanya berlaku untuk perempuan sementara bagi laki-laki tidak, sehingga kami perempuan selalu disalahkan, misalnya memakai celana panjang tidak boleh, baju lengan pendek pun tidak boleh, jadi kalau mau keluar bikin repot aja, karena harus menggantikan pakaian.” ( Wawancara Masthura. 2009).

Sementara itu responden yang kurang setuju berfungsinya penerapan Syariat Islam sebagai alat kontrol sosial berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 1 (1,1 %), dan perempuan 4 (4,3 %). Hal ini menunjukkan masih ada keraguan pada masyarakat mengenai fungsi penerapan Syari’at Islam. Sebagaimana ungkapan informan biasa dibawah ini:

“ Syaria’t Islam nyo-nyo ken, aleh keupu tujuan. Pedahai dari urojeh Syari’at Islam kana. Tapih jino kana lom aleh pu maksud..? nyang yo teuh lepah pdeng Syari’at Islam ureng metamah batat, mennyo metamah jroh nyang Alhamdulillah. (Syari’at Islam belum ada kepastian, untuk apa tujuannya, padahal dari dulu sudah ada, tapi sekarang muncul lagi, untuk apa..? yang kita takutkan masyarakat semakin jahat setelah diberlakukanya lagi Syari’at Islam, akan tetapi cenderung kelebih baik Alhamdulilah (wawancara dengan Sayed Razali. 2009)

Sedangkan pendapat yang setuju berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 44 (46.8 %), perempuan berjumlah, 37 (39.3 %), hal ini menunjukkan bahwa penerapan Syari’at Islam sangat berfungsi bagi masyarakat, diantaranya menurunnya tingkat pelanggaran baik Busana, Khalwat, judi, Khamer,dan Shalat Jum’at. Sebagai mana ungkapan Informan”

‘’ Dengan adanya penerapan Syari’at maka masyarakat tidak berani melakukan pelanggaran karena takut di tangkap Wh, apalagi di cambuk, sehingga pelanggaran/segala bentuk maksiat pun sudah mulai bekurang, ( Wawancara dengan Iswandi 2009).

Dengan demikian dapat dikatakan penerapan Syari’at Islam memiliki nilai yang positif yaitu berfungsi sebagai alat kortol bagi masyarakat yang ingin melakukan perbuatan pelanggaran.

4.5.2. Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Berfungngsi Sebagai Kontrol Sosial Berdasatkan Tingkat Pendidikan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan dan kepatuhan masyarakat yang berasumsi penerapan Syari’at Islam memiliki fungsi bagi masyarakat, untuk mengetahui komposisi responden mengenai fungsi penerapan Syari’at Islam bersadarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 41.

Tabel 43. Tanggapan responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan

Tanggapan responden bahwa penerapan Syari’at Islam berfungsi sebagai kontrol sosial

Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah

F % F % F % F % 1. Tidak Tamat SD 6 6.4 2 2.1 2 2.1 10 10.6 2. Tamat SD/Sederajat 7 7.4 1 1.1 3 3.2 11 11.7 3. Tamat SLTP/Sederajat 15 16.9 3 3.2 2 2.1 20 21.3 4. Tamat SLTA/Sederajat 37 39.3 - - - - 37 39.4 5. Tamat PT/D3 16 17.0 - - - - 16 17.0 Jumlah 81 86.2 6 6.4 7 7.4 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2010

Dari Tabel 43. dapat dilihat bahwa sebanyak 81 (86.2 %) responden yang mengatakan setuju adanya fungsi penerapan Syari’at Islam, dan sebanyak 6 (6,4 %) responden mengatakan kurang setuju, serta 7 (7,4 %) responden mengatakan penerapan Syari’at Islam tidak berfungsi, yaitu tidak tamat SD/sederajat 2 respoden, tamat SD/sederajat 3 respoden dan tamat SLTP/sederajat 2 respoden. Sebagaimana ungkapan informan berikut:

“ Karena penerapan Syari’at Islam tidak bebas bagi masyarakat untuk mengunakan pakaian, setiap berlangsungnya pelaksanaan shalat jum’at aktifitas wajib dihentikan, sehingga kita jadi mengikat dengan peraturan tersebut, ( Wawancara dengan Asri Novita 2009).

Pandangan perbedaan fungsi penerapan Syari’at Islam sering terjadi pada masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan berbeda pula, namun demikian masyarakat merasakan bahwa penerapan Syari’at Islam telah berfungsi walaupun hanya beberapa responden mengatakan tidak berfungsi, Adapun tingkat pendidikan tamat SLTA/sederajat dan Tamat PT/D3 tidak ada yang mengatakan Syari’at Islam tidak berfungsi jadi masyarakat diharapkan agar dengan berfungsinya Penerapan Syari’at Islam maka pelanggaranpun berkurang. Seperti ungkapan. Informan berikut.

“ Dengan berkurangnya pelanggaran Syari’at Islam maka penerapan Syari’at Islam semakin berfungsi bagi masyarakat, sehingga masyarakat lebih

yakin agar ketentraman dan keamanan tetap terjaga. ( Wawancara dengan Muazzir 2009 ).

4.5.3. Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Berfungngsi Sebagai Kontrol Sosial Berdasarkan Usia.

Tingkat usia juga mempengaruhi pengetahuan, reaksi dan prilakunya terhadap penerapan Syari’at Islam, usia juga mempengaruhi kematangan seseorang untuk memahami setiap konstruksi hukum yang akan diterapkan, untuk mengetahui komposisi masyarakat mengenai berfungsinya penerapan Syari’at Islam berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 44.

Tabel 44. Tanggapan responden berdasarkan usia

No Tingkat Usia

Tanggapan responden bahwa penerapan Syari’at Islam berfungsi sebagai kontrol sosial

Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah

F % F % F % F % 1. 21-30 tahun 7 7.4 4 4.2 5 5.3 16 17.0 2. 31-35 tahun 12 12.7 2 2.1 1 1.1 15 15.9 3. 36-40 tahun 27 28.7 - - 1 1.1 28 29.7 4. 41-50 tahun 24 25.5 - - - - 24 25.5 5. 50-keatas 11 11.7 - - - - 11 11.7 Jumlah 81 86.0 6 6.3 7 7.5 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2010

Dari tabel 44. dapat dilihat bahwa, 81 responden setuju bahwa penerapan Syari’at Islam berfungsi sebagai kontrol sosial yang didominasi berasal dari usia 36-40 tahun sebanyak 27 responden, usia 41-50 tahun sebanyak 24 respoden, usia 31-35 tahun sebanyak 16 responden, 50

tahun-keatas sebanyak 11 respoden dan yang terendah 21-30 tahun sebanyak 7 respoden. Sedangkan yang berpendapat bahwa penerapan Syari’at Islam tidak berfungsi sebagai kontrol sosial didomonasi oleh usia 21-30 tahun. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut mereka belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai Syari’at Islam sehingga belum bisa memahami Syari’at Islam dengan sempurna.

Walaupun masih ada yang berpendapat bahwa Penerapan Syari’at Islam tidak memberi manfaat (berfungsi), itu hanya sebagian kecil dari responden, namun 81 responden berpendapat bahwa dengan adanya penerapan Syari’at Islam telah dapat mengurangi pelanggaran Syari’at Islam seperti Khalwat, maisir, khamar, dan meningkatnya jumlah wanita menggunakan jilbab, serta masjid semakin ramai pada waktu shalat jum’at. Seperti ungkapan informan berikut:

“ karena penerapan Syari’at Islam menjadikan masyarakat tahu akan hukum-hukum Islam dan melaksanakannya serta mejauhi larangannya, sehingga menjadikan kehidupan sosial yang lebih baik. (Wawancara dengan Mahlil.2009).

4.5.4. Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Berfungngsi Sebagai Kontrol Sosial Berdasatkan Pekerjaan.

Penerapan Syari’at Islam sangat mempengaruhi aktifitas pekerjaan masyarakat, dimana aktifitas pekerjaan memiliki keterbatasan pada hari-hari tertentu, untuk mengetahui komposisi masyarakat mengenai berfungsinya penerapan Syari’at Islam berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 44.

Tabel 45. Tanggapan responden berdasarkan pekerjaan

No Jenis Pekerjaan

Tanggapan responden bahwa penerapan Syari’at Islam berfungsi sebagai kontrol sosial

Setuju Kurang setuju Tidak setuju Jumlah

F % F % F % F % 1. Petani 21 22.3 2 2.1 - - 23 24.4 2. Nelayan 17 18.0 2 2.1 1 1.1 20 21.2 3. Pedagang 15 15.9 1 1.1 1 1.1 17 18.0 4. PNS/TNI/POLRI 11 11.7 - - - - 11 11.7 5. Mahasiswa 11 11.7 - - - - 11 11.7 6. Lain-lain 6 6.4 1 1.1 5 5.3 12 12.7 Jumlah 81 86.0 6 6.4 7 7.5 94

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2010

Dari Tabel 45. dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis pekerjaan PNS/TNI/POLRI sebanyak 11 responden dan mahasiswa sebanyak 11 responden memahami bahwa Syari’at Islam sangat berfungsi sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat, hal ini dapat dilihat bahwa dari jumlah responden tersebut diatas hampir tidak ada yang berpendapat bahwa Syari’at Islam tidak berfungsi bagi masyarakat.

Dengan demikian dari pihak keamanan dan mahasiswa telah beranggapan positif tehadap penerapan Syari’at Islam dan didominasi oleh 21 responden dari petani, 17 responden dari pedagang, 15 responden dari nelayan, serta 6 responden dari jenis pekerjaan tidak tetap (lain-lain), maka diharapkan penerapan Syari’at Islam di Desa Leuge Kecamatan Peureulak kota dapat berfungsi dengan maksimal yaitu dengan adanya solidaritas dan ukwah Islamiyah yang semakin baik, kondisi keamanan membaik, ketentraman, serta jauh dari segala bentuk pelanggaran Syari’at Islam.

4.6. Tanggapan Informan Terhadap Frekuensi Pelanggaran Hukum Syari’at