• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggapan Wilayatul Hisbah (Polisi Syari’at) Sebagai Putugas Aparat Penegak Hukum Syari’at Islam

TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1. Karakteristik Responden

4.7. Tanggapan Wilayatul Hisbah (Polisi Syari’at) Sebagai Putugas Aparat Penegak Hukum Syari’at Islam

Wilayatul Hisbah adalah lembaga yang bertugas sebagai aparat penegak hukum Syari’at Islam yang di angkat oleh Dinas Syaria’at Islam, adapun Pos Wilatul Hisbah Aceh Timur salah satunya terletak di Peureulak Kota gampoeng (desa) Pasir Putih. Wilayatul Hisbah di Aceh Timur di bentuk pada tanggal 1 Juli 2005.

Pengawasan terhadap pelaksanaan Syari’at Islam dilaksanakan oleh

Wilayatul Hisbah yaitu badan pemberi ingat dan pengawas. Wilayatul Hisbah mempunyai beberapa tugas yaitu:

1. Memperkenalkan dan mensosialisasikan qanun dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan syari’at Islam dan juga mengingatkan atau memperkenalkan aturan moral (akhlak) yang baik sesuai tuntutan syari’at

Islam kepada masyarakat. Mengawasi masyarakat agar mereka mematuhi peraturan yang ada dalam berakhlak dengan akhlak yang baik.

2. Melakukan pembinaan Amar ma’ruf Nahi Mungkar (melakukan yang disuruh dan meninggalakan yang dilarang), agar palaku pelanggaran tidak melakukan pengrusakan (kejahatan) setelah adanya pembinaan.

Mengenai tugas pengawasan terhadap masyarakat agar mereka mematuhi peraturan yang ada berakhlak dengan akhlak yang baik, dimaksudkan bahwa apabila di tempat-tempat keramaian agar memberi tahu masyarakat tentang busana yang harus dikenakan, tentang prilaku yang harus dihindari, tentang barang yang tidak boleh dijual dan sebagainya.

Agar dapat melakukan tugas di atas, WH diberi kewenangan yang sebagai berikut, yaitu:

1. Wilayatul Hisbah mempunyai kewenangan :

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan dan Perundang-undangan di bidang Syari’at Islam.

b. Menegur, menasehati, mencegah dan melarang setiap orang yang patut diduga telah, sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan di bidang Syari’at Islam.seperti yang di sebutkan oleh informan sebagai berikut:

‘’Adapun tugas WH yaitu mengawasi, mengayomi, dan membina masyarakat, dan wewenangnya adalah menjalankan Qanun-qanun yang yang sudah di bentuk. (Wawancara dengan bapak Zaini Amd.2009)

‘’Tugas WH adalah mengawasi, mengayomi, mengadvokasi, mendidik, dan membina, sedangkan wewenangnya adalah melindungi Qanun-qanun yang telah di bentuk. (Wawancara dengan Ira Yusnita,2009)

Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap anggota masyarakat yang membangkang/melakukan pelanggaran maka petugas Wilayatul Hisbah melakukan razia, dan kontrol sosial yang di lakukan pada tempat-tempat yang di curigai banyak terdapat pelanggaran misalnya di kafe, pasar, desa-desa dan lain-lain

Pelaksanaan razia dilakukan dengan terlebih dahulu adanya perintah oleh atasan yang dilibatkan tokoh masyarakat, pemuda setempat, Polisi, dan kerjasama dengan Satpol PP (Polisi Pamong Praja). Seperti yang di Katakan Oleh Informan sebagai berikut:

‘’ Dalam pelaksanaan razia kami bekerja sama dengan Satpol PP (Polisi Pamong Praja) dan dilibatkan juga Polisi, tokoh masyarakat, pemuda setempat, karena tanpa dukungan dari pihak-pihak tersebut WH tidak dapat bekerja dengan baik, dengan adanya kerja sama

dengan mereka WH dapat menjalankan tugas dengan baik. (Wawancara dengan M.Adam, 2009).

Pelanggaran yang sering terdapat adalah khalwat dan busana/jilbab yang tidak Islami yang biasanya sering dilakukan oleh muda-mudi yang memang masih kurang pemahaman mengenai agama Islam, namun dalam kaitan ini apabila tertangkap maka WH menasehati, dan memanggil orang tuanya untuk diberikan nasehat supaya tidak terulang lagi. Namun sekarang sudah ada perubahan dimana masyarakat semakin tersosialisasi dengan demiakian maka semakin berkurang pelanggaran yang terjadi.

Seperti yang di Ungkapkan oleh Informan sebagai berikut:

‘’ Pelanggaran busana/ Jilbab dan khalwat banyak dilakukan oleh muda-mudi karena kurangnya koordinasi dengan orang tua dan keluarga. (Wawancara dengan Zainal Abidin, 2009)

‘’Pelangaran khalwat dan busana muslim itu banyak dilakukan oleh muda-mudi yang kurangnya pengetahuan agama Islam. (Wawancara dengan Sayed Razali , 2009).

Setelah dilakukan penerapan Syari’at Islam masyarakat desa Leuge semakin tumbuh rasa solidaritas sesama, hal ini tercermin pada acara, seperti saling menolong orang yang ditimpa musibah, gotong royong semakin terlihat lebih banyak anggota masyarakat mengikutinya, saling nasehat menasehati sesama apalagi pada acara kematian, tidak seperti sebelum di terapkan Syari’at Islam. Seperti yang di katakan oleh Informan sebagai berikut:

‘’Masyarakat sudah menjiwai tentang adanya Syari’at Islam di Aceh sebab orang muslim dengan muslim lainnya persaudaraannya sangat kuat. (Wawancara dengan , 2009)

Walaupun di desa Leuge terdapat 4 orang non Islam dimana masyarakat dan petugas Wilayatul Hisbah tetap menghormatinya dan mereka pun menghormati Agama kepercayaan orang lain. misalnya mereka tidak melaksanakan shalat Jum’at mereka pun tidak lalu - lalang di jalan karena

untuk menghormati hukum Syari’at Islam. Seperti yang di katakan oleh informan:

‘’ Hubungan umat Islam dengan umat agama lain sangat baik, karena di negara Indonesia telah ada hak untuk memeluk agama apa saja, dan diwajibkan untuk saling menghormati dan menghargai setiap pemeluk agama yang berbeda-beda. (Wawancara dengan Zaini Amd, 2009).

Dalam pelaksanaan syari’at Islam tentunya diperlukan dukungan penuh dari berbagai elemen masyarakat maupun institusi keamanan lainya yaitu hal ini supaya mencegah hal-hal yang menghambat proses sosialisasi dan pelaksanaan razia terhadap pelaku pelanggran syari’at Islam.

Adapun kerjasama yang dilakukan oleh Polisi Wilayatul Hisbah (WH) dengan berbagai elemen masyarakat antara lain:

1.Polisi/tentara

Kerjasa sama ini dilakukan dalam pelaksanaan razia, dimana dikhawatirkan pada saat razia dilakukan ada oknum-oknum tertentu yang ingin menghalangi razia jadi dengan adanya polisi maka oknum tersebut tidak berani menghalangi razia tersebut.

2. Anggota Perhubungan

Keterlibatan anggota perhubungan apabila razia yang dilakukan di jalan raya kerja sama ini dilakukan oleh polisi syari’at Islam dengan tujuan supaya menghindari adanya kemacetan dan pengendara kendaraan pun tertib sehingga proses pelaksanaan razia tidak terhambat.

Tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat dilibatkan pada saat razia dilakukan pada daerah mereka, dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada tokoh pemuda dan tokoh agama setempat apabila razia hendak dilakukan. Kerjasama ini dilakukan supaya informasi dari masyarakat terhadap pelanggaran dapat diketahui oleh polisi syari’at Islam. Akan tetapi tidak hanya pada saat razia saja masyarakat memberikan informasi perbuatan pelanggaran syari’at Islam, pada saat-saat tertentu apabila anggota masyarakat mereka maupun anggota masyarakat lain melakukan pelanggaran tersebut di desa mereka juga di informasikan ke petugas syari’at Islam. Hal ini merupakan bahwa masyarakat desa Leuge Kecamatn Peureulak Kota sudah terintegrasi dengan qanun/peraturan daerah mengenai pelaksanaan Syari’at Islam.

Sebagaimana yang diungkapakan oleh informan berikut ini:

“ Sebab dengan adanaya dukungan dari pihak Polisi/Tentara, Anggota perhubungan, masyarakat (tokoh pemuda dan tokoh agama) Wilyatul Hisbah tidak dapat bekerja denagn baik dengan bantuan mereka kami dapat menjalankan Syari’at yang baik’’ ( Wawancara dengan Nurma SH.I 2009 ).

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari data-data yang telah diperoleh dan dianalisis, maka peneliti dapat menarik kesimpula penting antara lain:

1. Manfaat fungsional dari penerapan Syari’at Islam sebagai kontrol sosial dilihat fakta berkurangnya pelanggaran Syari’at Islam baik dalam aspek tata cara berpakaian, khalwat, khamar, maisir, dan masyarakat semakin patuh dalam melaksanakan ibadah shalat jum’at serta adanya peningkatan keamanan dan ketertiban. .

2. Setelah adanya penerapan Syari’at Islam pelanggaran Syari’at Islam telah berkurang, dimana telah banyak para wanita yang berpakaian secara Islami, para pemuda-pemudi telah memiliki batasan dalam pergaulan, berkurangnya minuman keras dan perjudian.

3. Keberhasilan pelaksanaan Syari’at Islam di desa Leuge Kecamatan Peureulak Kota sebagai kontrol sosial didukung oleh peran serta dilakukan dengan pengawasannya dilibatkan Aparatur desa, tokoh pemuda setempat, polisi/tentara anggota dinas perhubungan, Satpol PP, tokoh agama, namun segala bentuk pengawasan tersebut merupakan bentuk kerja sama antara Polisi Wilayatul Hisbah dengan tokoh agama, tokoh masyarakat dan petugas keamanan lainnya, kerja sama ini dilakukan untuk memudahkan pengawasan dan kontrol sosial bagi seluruh warga masyarakat

4. Pelaksanaan Syari’at Islam tidak hanya memiliki aturan dan hukuman, akan tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial. misalnya Dengan program sosialisasi, pembinaan/bimbingan maka masyarakat semakin terintegrasi dalam tatanan hukum Syari’at Islam sehingga hukum Syari’at Islam juga berfungsi sebagai alat pengendalian sosial bagi masyarakat desa Leuge Kecamatan Peureulak Kota.

5. Dalam pelaksanaan Syari’at Islam tentang pemerintahan gampoeng tugas Geuchik (kepala desa) yaitu salah satunya geuchik mempunyai tugas untuk membina kehidupan beragama dan pelaksanaan Syari’at Islam dalam masyarakat. Begitu juga dengan tugas Imum Meunasah disebutkan bahwa peningkatan pendidikan agama untuk anak/remaja dan masyarakat.

5.2. Saran

1. Dalam pelaksanaan Syari’at Islam Polisi Pamong Praja dan Polisi Wilayatul Hisbah masih dalam satu kesatuan Dinas, hal ini mengingat Polisi Wilayatul Hisbah masih dalam tahap membenah diri, diharapakan pemerintah dapat membentuk terpisah tersendiri lembaga Polisi Syari’at Islam dibawah naungan Dinas Syari’at Islam guna untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas masing-masing.

2. Dalam menjalankan tugas Polisi Wilayatul Hisbah masih kurang kualitas maupun kuantitas, dengan demikian dari segi kualitas pemerintah memberikan training/pelatihan, baik dalam bentuk pemahaman mengenai hukum Syari’at Islam maupun tata cara pelaksanaan hukum Syari’at Islam.dari segi kuantitas pemerintah menambahkan personel anggota Polisi Syari’at Islam karena masih kurang sehingga dengan adanya kualitas dan kuantitas dari aparat penegak hukum Syari’at Islam maka tujuan yang diinginkan efesien dan maksimal.

3. Polisi Syari’at Islam merupakan petugas Syari’at Islam yang bertugas membina/membimbing dan mensosialisasikan pelaksanaan Syari’at Islam, sebagaimana Geuchik dan Imum gampoeng, mereka setiap bulan mendapatkan honor dari Kabupaten daerah, namun Tengku (Ustadz) atau tokoh agama juga memiliki tanggung jawab sebagaimana Polisi Wilaytul Hisbah, Geuchik dan Imum gampoeng, akan tetapi tokoh agama, tengku (ustadz) tidak mendapatkan honor dari kabupaten daerah, dengan demikian harapan penulis bagi tengku juga mendapatkan honor tersebut.

4. Masyarakat desa Leuge Kecamatan Peureulak Kota pada dasarnya mendukung penerapan Syari’at Islam yang mana Islam pada umumnya bagi masyarakat Aceh sudah menjadi identitas yang harus di pertahankan di bumi Serambi Mekkah, namun perlu dilakukan sosialisasi yang lebih mendalam kepada masyarakat mengenai definisi, batasan dan aspek kriminal yang dimaksudkan berdasarkan Syari’at Islam. Jadi dengan demikian penerapan Syari’at Islam tidak pandang bulu baik dari kalangan masyarakat atas, menengah sampai masyarakat kalangan bawah.