• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

D. TARAF HIDUP RUMAH TANGGA RESPONDEN

Sebelum Konversi Sesudah Konversi a. Pendapatan Pertanian a. Pendapatan Pertanian b. Pendapatan non pertanian b. Pendapatan non pertanian c. Bantuan Anggota Keluarga c. Bantuan Anggota Keluarga 1. Pendapatan rata-

rata/panen

Total: Total:

Perumahan tempat tinggal Dinding rumah a. tembok

b. bambu/triplek

a. tembok b. bambu/triplek Lantai rumah a. tanah

b. semen c. keramik a. tanah b. semen c. keramik 2.

Kamar mandi a. sumur b. pompa air c. tidak punya a. sumur b. pompa air c. tidak punya Kepemilikan Aset a. Televisi a. Televisi b. Radio b. Radio c. Kulkas c. Kulkas d. DVD/VCD d. DVD/VCD

e. Kipas angin e. Kipas angin

f. AC f. AC

g. Komputer g. Komputer

h. Telepon h. Telepon

i. Telepon seluler i. Telepon seluler j. Parabola j. Parabola

k.Setrika k.Setrika

l. Rice cooker l. Rice cooker Perabotan

m.Mesin cuci m.Mesin cuci

a. Motor a. Motor

b. Mobil b. Mobil

Kendaraan

c. Tidak punya c. Tidak punya a. <0,25 hektar a. <0,25 hektar b. 0,25-0,5 hektar b. 0,25-0,5 hektar 3. Tanah c.≥0,5 hektar c.≥0,5 hektar a. SD a. SD b. SMP b. SMP c. SMA c. SMA 4. Rata-rata Tingkat Pendidikan anak d. S1 d. S1

e. tidak sekolah e. tidak sekolah a. berobat di rumah sakit dan ada

dokter khusus/spesialis

a. berobat di rumah sakit dan ada dokter khusus/spesialis b. berobat di PUSKESMAS, ASKES b. berobat di PUSKESMAS, ASKES 5. Kesehatan

c. berobat di dukun c. berobat di dukun

Lampiran 2

Panduan Pertanyaan

a. Panduan pertanyaan untuk responden (rumahtangga petani) 1. Sejak kapan Anda menjadi petani?

2. Mengapa Anda menjadi petani?

3. Tanaman apa yang paling menjanjikan?

5. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian di desa ini? Apa saja bantuan yang pernah diberikan oleh pemerintah? Jelaskan! 6. Bagaimana cara Anda memperoleh lahan tersebut?

7. Seberapa penting lahan tersebut bagi Anda? 8. Apa fungsi utama lahan menurut Anda? 9. Sejak kapan Anda ikut mengkonversi lahan? 10. Mengapa Anda ikut mengkonversi lahan?

11. Jika mungkin, ceritakan proses bagaimana Anda mengkonversi lahan! 12. Apakah ada yang mendorong Anda untuk ikut mengkonversi lahan? 13. Apa yang anda rasakan setelah Anda mengkonversi lahan?

14. Menurut Anda, apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah mengkonversi lahan?

15. Setelah mengkonversi lahan, apakah pendapatan rumah tangga Anda berubah? Menurun atau meningkat?

16. Apakah setelah mengkonversi lahan hidup Anda terasa lebih baik dan sejahtera?

b. Panduan pertanyaan (informan/ aparat desa/ tokoh masyarakat/ warga setempat

1. Apa rata-rata jenis mata pencaharian utama masyarakat di sini? 2. Kira-kira berapa jumlah petani di sini?

3. Siapa saja petani yang memiliki lahan sendiri? 4. Siapa saja petani yang kini mengkonversi lahannya?

5. Sejak kapan fenomena konversi lahan mulai banyak terjadi di sini?

6. Menurut Anda, mengapa petani di sini banyak yang mengkonversi lahannya? Kira-kira, apa faktor utama yang mendorong hal tersebut terjadi?

7. Apakah pihak pengusaha ikut mempengaruhi proses terjadinya konversi tersebut?

8. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian di sini?

9. Bagaimana reaksi pemerintah daerah terhadap fenomena konversi lahan yang marak terjadi di sini?

10. Apakah sebelum terjadinya konversi lahan status kesehatan warga di sini sudah baik?

11. Apakah setelah adanya konversi lahan menjadi kawasan perumahan, akses kesehatan jadi mudah? Apakah ada peningkatan mutu kesehatan?

12. Apakah rata-rata tingkat pendidikan masyarakat, khususnya rumah tangga petani di sini?

13. Menurut Anda, bagaimana tingkat kesejahteraan petani yang telah mengkonversi lahan?

14. Selain bertani, apakah rata-rata mata pencaharian warga di sini? 15. Apakah peluang usaha di sini terbuka lebar?

16. Apakah rumah tempat tinggal di sekitar sini rata-rata sudah merupakan bangunan permanen?

17. Menurut Anda, apakah dampak dari adanya perluasan kawasan perumahan X bagi masyarakat dan lingkungan setempat?

Lampiran 3.

Contoh UjiChi-Square

Crosstab Count Konversi rendah tinggi Total Pendapatan Rumahtangga

Petani Lapisan Bawah

rendah

1 16 17

Total 2 19 21 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.373(b) 1 .241 Continuity Correction(a) .051 1 .822 Likelihood Ratio 1.104 1 .293

Fisher's Exact Test .352 .352

Linear-by-Linear

Association 1.308 1 .253

N of Valid Cases 21

a Computed only for a 2x2 table

b 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38. Crosstab Count Konversi rendah tinggi Total Pendapatan Rumahtangga

Petani Lapisan Menengah

rendah 1 3 4 tinggi 0 1 1 Total 1 4 5 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .313(b) 1 .576 Continuity Correction(a) .000 1 1.000 Likelihood Ratio .505 1 .477

Fisher's Exact Test 1.000 .800

Linear-by-Linear

Association .250 1 .617

N of Valid Cases 5

a Computed only for a 2x2 table

KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN

PERUBAHAN TARAF HIDUP RUMAHTANGGA PETANI

(Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting

dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor

Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)

TRI LESTARI

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

ABSTRACT

Conversion of agricultural land and changes in household living standards of farmers: a case of Housing Development by PT. X in Kampung Cibeureum Sunting and Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, West Java. The objectives of this study were: (1) identified household living standards of farmers after the land conversion, (2) analyzed the factors associated with land conversion rates by farmers. The research applied a quantitative approach which supported by qualitative information. The quantitative data were collected by using survey method on 35 farmers household . The results of this study showed that after the conversion of land, household living standard of farmers increased, especially for lower-class farmers households. Internal factors and external factors affect different for each of the farmers. In this study, the internal factors that affected the rate of land conversion is dependence on the land. Dependence of land only affect the conversion rate at the lower class farmers. External factors also have different effect on each among farmers. In this study, external factors which affected the conversion rate is the influence of neighborss, the influence of neighbors only affected the conversion rate at the lower-class farmers.

RINGKASAN

TRI LESTARI. Konversi Lahan dan Perubahan Taraf Hidup Rumahtangga Petani. Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat (Di bawah bimbinganFREDIAN TONNY).

Perkembangan jumlah penduduk dan aktivitas pembangunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Perkembangan kedua hal tersebut menyebabkan permintaan akan lahan ikut meningkat, sedangkan kita tahu bahwa lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Hal ini pada akhirnya akan mendorong terjadinya konversi lahan untuk memenuhi kepentingan dari berbagai pihak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan taraf hidup rumahtangga petani setelah terjadinya konversi lahan, dan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konversi lahan yang dilakukan oleh petani. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan analisis data secara kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survai, sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran yang terletak di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2009. Teknik sampling yang digunakan adalah Stratified random sampling. Data primer diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 13.0 for windows. Analisis hubungan dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah terjadinya konversi lahan, taraf hidup rumahtangga petani yang diukur melalui tingkat pendapatan rumahtangga, kondisi tempat tinggal, tingkat pendidikan, kondisi kesehatan, dan tingkat kepemilikan aset, mengalami perubahan. Pada rumahtangga petani lapisan bawah, tingkat pendapatan kategori rendah mengalami penurunan sebesar 19,1 persen, tingkat pendapatan kategori sedang dan tinggi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 14,3 persen dan 4,8 persen. Kondisi seperti ini tentu saja lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya konversi lahan. Pada rumahtangga petani lapisan menengah, tingkat pendapatan pada kategori rendah, sedang, dan tinggi, persentasenya tidak berubah antara sebelum dan sesudah konversi. Pada rumahtangga petani lapisan atas, tingkat pendapatan setelah konversi pada kategori rendah mengalami peningkatan sebesar 22,2 persen, tingkat pendapatan pada kategori sedang dan tinggi mengalami penurunan masing-masing sebesar 11,1 persen. Kondisi seperti ini tentu saja tidak menguntungkan bagi rumahtangga petani lapisan atas.

Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan bawah yang memiliki rumah dengan kategori bagus mengalami peningkatan sebesar 4,7 persen. rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki rumah dengan kategori bagus juga mengalami peningkatan sebesar 20 persen, dan rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki rumah dengan kategori bagus persentasenya tidak berubah.

Setelah konversi lahan, tingkat pendidikan rumahtangga petani lapisan bawah pada kategori tinggi mengalami peningkatan sebesar 28,6 persen. Tingkat pendidikan rumahtangga petani lapisan menengah pada kategori tinggi, persentasenya tidak berubah. Tingkat pendidikan rumahtangga petani lapisan atas pada kategori tinggi, mengalami peningkatan sebesar 44,5 persen.

Sebelum dan sesudah konversi lahan, persentase tingkat kesehatan kategori tinggi, sedang, dan rendah pada masing-masing lapisan, memiliki persentase yang tetap.

Sebelum dan sesudah konversi lahan, tingkat kepemilikan aset tinggi hanya dimiliki oleh rumahtangga peatani lapisan atas dengan persentase yang tetap, yaitu 11,1 persen. Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan bawah dan lapisan menengah yang tingkat kepemilikan asetnya rendah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,8 persen dan 20 persen, sedangkan tingkat kepemilikan aset sedang pada rumahtangga petani lapisan bawah dan menengah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,8 persen dan 20 persen. Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset rendah mengalami penurunan sebesar 11,1 persen, dan rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki tingkat kepemilikan aset sedang mengalami peningkatan sebesar 11,1 persen.

Faktor internal dan faktor eksternal berbeda-beda pengaruhnya bagi setiap lapisan petani. Dalam penelitian ini, faktor internal yang berpengaruh terhadap tingkat konversi lahan adalah ketergantungan terhadap lahan. Ketergantungan terhadap lahan hanya mempengaruhi tingkat konversi pada petani lapisan bawah. Faktor eksternal juga memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada setiap lapisan petani. Dalam penelitian ini, faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat konversi petani adalah pengaruh tetangga, pengaruh tetangga hanya mempengaruhi tingkat konversi pada petani lapisan bawah.

Sebelum terjadinya konversi lahan, mayoritas mata pencaharian utama rumahtangga petani lapisan bawah di Kelurahan Mulyaharja adalah bertani dengan persentase sebesar 85,7 persen. Setelah konversi lahan, mayoritas rumahtangga petani lapisan bawah yang mata pencaharian utamanya adalah bertani, tetap memiliki persentase paling tinggi yaitu sebesar 38,1 persen. Namun mengalami penurunan sebesar 47,6 persen yaitu dari 85,7 persen menjadi 38,1 persen.

Sebelum terjadinya konversi lahan, mayoritas rumahtangga petani lapisan menengah yang memiliki mata pencaharian utama bertani memiliki persentase paling tinggi, yaitu sebesar 100 persen. Setelah konversi lahan, rumahtangga petani lapisan menengah yang mata pencaharian utamanya adalah bertani tetap memiliki persentase paling tinggi, tetapi mengalami penurunan sebesar 60 persen, yaitu dari 100 persen menjadi 40 persen.

Sebelum terjadinya konversi lahan , mayoritas rumahtangga petani lapisan atas yang memiliki mata pencaharian utama bertani memiliki persentase paling tinggi, yaitu sebesar 100 persen. Setelah konversi lahan, mayoritas rumahtangga petani lapisan atas bermata pencaharian utama wiraswasta dengan persentase sebesar 66,7 persen.

KONVERSI LAHAN PERTANIAN DAN

PERUBAHAN TARAF HIDUP RUMAHTANGGA PETANI

(Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting

dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor

Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)

TRI LESTARI