• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Kepemimpinan

Dalam dokumen KATA PENGANTAR ... i (Halaman 124-130)

Manajemen Perkantoran| 118

Manajemen Perkantoran| 119 kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.

2) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial.Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.

3) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi. Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuatinikemudiantercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.

4) Sikap Hubungan Kemanusiaan.Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.

c) Teori Kontingensi (Contingency Theory)

Teori kontingensi diperkenalkan oleh Joan Woodward dan Fiedler (1958), menyatakan bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh variabel-variabel lingkungan yang menentukan gaya kepmimpinan. Tidak ada gaya kepemimpinan terbaik untuk semua situasi, dan keberhasilan pemimpin tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan, kualias para pengikut, dan aspek lingkungan.

Ada dua hal yang diperhatikan oleh teori Kontingensi yaitu:

1. Sistem Motivasi

Berdasarkan sistem motivasional tersebut dapat ditentukan dua perilaku kepemimpinan yaitu:

a. Perilaku pemimpin yang task motivated dan b. Pemimpin yang relationship motivated.

2. Variabel-Variabel Situasional

Fidler mengidentifikasikan tiga macam elemen dalam situasi kerja yang dapat membantu menentukan perilaku kepemimpinan yang efektif.

1. Model Fiedler

Menurut penelitian Fiedler di dalam situasi kerja ada tiga macam elemen penting yang akan menentukan gaya atau perilaku kepemimpinan efektif

a. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader-member relations).

Maksudnya bagaimana tingkat kualitas hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan. sikap bawahan terhadap kepribadian, watak dan kecakapan

Manajemen Perkantoran| 120 atasan. Semakin baik hubungan dengan bawahan, semakin mudah pemimpin melaksanakan tugasnya tetapi harus mengendalikan kekuasaan formalnya.

b. Struktur tugas (task structure). Maksudnya di dalam situasi kerja apakah tugas-tugas telah disusun ke dalam suatu pola-pola yang jelas atau sebaliknya.

c. Kewibawaan kedudukan pemimpin (leader’s position power). Bagaimana kewibawaan formal pemimpin dilaksanakan terhadap bawahan. Semakin tinggi kewibawaan posisi pemimpin, semakin besar pula daya pengaruh yang dimilikinya.

d) Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi (Situastional Theory)

Teoris ini diperkenalkan oleh Hersey and Blanchard (1977) Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu:

1) Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

2) Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula, pemimpin harus memilih tindakan yang terbaik berdasarkan situasi yang sedang dihadapi.

e) Teori Behaviorisme (Behavioral Theory)

Skinner (1967) dan Bandura (1982) sesuai prinsip behaviorisme seorang pemimpin besar dapat dibentuk, tidak selalu karena dilahirkan atau dimitoskan. Kepemimpinan tergantung pada tindakan, bukan pada kualitas mental atau kondisi internal, setiap orang dapat memiliki jiwa kepemimpinan melalui cara pembelajaran, observasi dan karena pengalaman.

Manajemen Perkantoran| 121 f) Teori Partisipasi (Participative Theory)

Robert House (1996) gaya kepemimpinan yang ideal adalah mendorong partisipasi dan kontribusi anggota kelompok. Anggota kelompok merasa lebih memiliki dan berkomitmen pada proses pengambilan keputusan dan pencapaian tujuan organisasi.

Untuk memotivasi partisipasi, pemimpin harus terbuka pada masukan anggota kelompok.

g) Teori Transaksional (Transactional Theory)

Max Weber (1971) teori transaksional atau teori manajemen berfokus pada peran pengawasan kinerja, organisasi dan kelompok karyawan. Teori ini berdasar pada sistem reward and punishmen, dimana karyawan dihargai apabila sukes dan ditegur atau dihukum apabila melanggar aturan yang disepakati.

Kepemimpinan transaksional berusaha untuk menjaga stabilitas dalam sebuah organisasi melalui pertukaran ekonomi dan sosial yang rutin guna mencapai tujuan spesifik untuk kedua pemimpin dan pengikut mereka. Menurut Burns (1978) pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah contingent reward dan management by-exception.

Menurut Bycio dkk (1995) kepemimpinan transaksional adalah gaya di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.

h) Teori Transformasional (Transformational Theory)

James Macgregor Burns (1978, Bernard Bass (1981) adalah tokoh-tokoh yang mengusung teori kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan. Teori transformasional atau teori relationship berfokus pada pola hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin memotivasi dan menginspirasi orang agar melihat kepentingan tugas. Pemimpin mempehatkan potensi orang dan memiliki standar etika dan moralitas kepemimpinan yang tinggi.

Manajemen Perkantoran| 122 Bass menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk:

1. Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru.

2. Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.

3. Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang lebih tinggi.

Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya.

Perbedaan Antara Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional

Kepemimpinan transaksional cenderung sementara, dalam hal ini bahwa begitu transaksi selesai, hubungan antara para pihak dapat akhir atau didefinisikan ulang.

Kepemimpinan transformasional lebih abadi, terutama ketika proses perubahan dirancang dengan baik dan diimplementasikan. Pemimpin transaksional mempromosikan stabilitas, sedangkan pemimpin transformasional menciptakan perubahan yang signifikan di kedua pengikut dan organisasi. Kepemimpinan transformasional mengilhami pengikutnya untuk melampaui diri sendiri dan kepentingan mereka-demi kebaikan kelompok. Kepemimpinan transaksional berusaha untuk memenuhi kebutuhan individu pengikut sebagai hadiah untuk menyelesaikan transaksi tertentu.

Proses kepemimpinan transaksional melibatkan pertukaran manfaat dinilai berdasarkan nilai yang hadir dan motivasi dari kedua pemimpin dan pengikut. Karena itu berkisar pada pertukaran pemimpin-pengikut (LMX), di mana pemimpin imbalan pengikut untuk perilaku spesifik dan kinerja yang memenuhi dengan harapan pemimpin dan menghukum atau mengkritik perilaku atau kinerja yang tidak memenuhi harapan.

pertukaran tersebut melayani kepentingan-diri pengikut, sementara kepemimpinan transformasional menginspirasi pengikut untuk melampaui kepentingan diri sendiri dan bertindak demi kebaikan organisasi. Kepemimpinan transformasional memotivasi pengikutnya dengan menarik bagi cita-cita tinggi dan nilai-nilai moral.

Kepemimpinan transformasional berfungsi untuk mengubah status quo dengan mengartikulasikan untuk pengikut masalah pada sistem saat ini dan visi menarik tentang apa sebuah organisasi baru bisa. Sementara pemimpin transaksional masuk ke dalam pengaturan kontrak khusus dengan pengikutnya. Dalam pertukaran untuk memenuhi tujuan tertentu atau melakukan tugas tertentu, pemimpin memberikan manfaat yang memuaskan kebutuhan pengikut dan keinginannya.

Manajemen Perkantoran| 123 Mengelola pengetahuan secara efektif dapat memberikan perusahaan dengan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Proses mengelola pengetahuan melibatkan tiga proses menciptakan, berbagi, dan pemanfaatan pengetahuan. Pemimpin memainkan peran penting dalam setiap proses. Sebuah studi konstruksi ini menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional mungkin lebih efektif dalam menciptakan dan berbagi pengetahuan di tingkat individu dan kelompok, sementara kepemimpinan transaksional lebih efektif pada pemanfaatan pengetahuan di tingkat organisasi. Penelitian meneliti sejauh mana nilai-nilai budaya dan norma mempengaruhi penerimaan pengikut dengan gaya kepemimpinan yang berbeda menemukan bahwa pemimpin transformasional menginspirasi dengan menekankan pentingnya nilai-nilai kelompok dan berfokus pada kepentingan kolektif, sementara pemimpin transaksional cenderung lebih berfokus pada peran mendefinisikan dan persyaratan tugas dan menawarkan penghargaan yang tergantung pada pemenuhan tugas. Hal ini menjelaskan mengapa kepemimpinan transaksional juga disebut kepemimpinan penghargaan sebagai kontingen.

C. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi dimana fungsi kepemimpinan harus diwujudkan dalam interaksi antar individu. Menurut Rivai (2005:53) secara operasional fungsi pokok kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itudikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.

2. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan.

Manajemen Perkantoran| 124 Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yangtelah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.

3. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.

4. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.

5. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Dalam dokumen KATA PENGANTAR ... i (Halaman 124-130)