BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian
Sistem pembayaran menurut Bank Indonesia merupakan system yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain dengan media yang sangat beragam dan dapat melibatkan lembaga lain termasuk aturannya. Di Indonesia terdapat dua instrument system pembayaran yaitu pembayaran tunai dan pembayaran nontunai (www.bi.go.id).
a. Instrumen pembayaran tunai
Instrumen ini adalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan logam.
b. Instrumen pembayaran nontunai
Instrumen ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu alat pembayaran dengan media kertas atau paper-based instrument seperti cek, bilyet giro, wesel dan lainnya serta alat pembayaran nontunai dengan media kartu atau card based instrument seperti kartu kredit, kartu debit, kartu atm dan lainnya.
System pembayaran digital menurut (Vally and Divya 2018) merupakan pembayaran yang dilakukan pengguna menggunakan
16
elektronik seperti computer, perangkat mobile seperti smartphone, tablet dan lainnya sehingga pembayaran tidak melibatkan bentuk fisik.
Kemudian (Saragih and Nopriadi 2019) mengatakan bahwa system pembayaran digital merupakan bentuk evolusi atau perkembangan system pembayaran seiring dengan perkembangan teknologi. System ini berbasis non-cash atau nontunai dan menggunakan uang digital seperti mobile banking dan mobile payment. (Nugroho 2018)menggambarkan perkembangan system pembayaran di Indonesia sebagai berikut.
Adapun penjelasan gambar di atas sebagai berikut.
a. Barter
Sistem tukar menukar barang dalam bertransaksi.
b. Uang
Mulai dari jenis kerang, batu, logam, emas, perak hingga pertama kali diterbitkan secara resmi oleh Republik Indonesia pada tahun 1950an.
Uang
Paper based
Alat pembayaran menggunakan kartu
Electronic based
Sistem pembayaran terkini
Barter
Gambar 2. 1 Perkembangan Sistem Pembayaran di Indonesia
17 c. Paper based
Yaitu cek, bilyet giro, wesel, nota debet, nota kredit dan lainnya.
Adapun mekanise menggunakan system kliring secara manual dimulai sejak tahun 1909 dan mekanisme sistem otomatis kliring dimulai sejak tahun 1990.
d. Alat pembayaran menggunakan kartu
Kartu kredit, debit dan atm mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990.
e. Electronic based
Transfer dana secara elektronik menggunakan sistem BI RTGS sejak awal tahun 2000 sampai saat ini, dapat melakukan debet langsung, munculnya sistem kliring elektronik Jakarta sejak tahun 1998 hingga 2005 dan sistem kliring elektronilk nasional sejak 2005 saat ini.
f. Sistem pembayaran terkini
Perkembangan delievery chanelseperti phone banking, internet banking, mobile banking, store value card (e-money).
2. Mobile Banking
(Laukkanen 2017)mengatakan bahwa Mobile Banking merupakan suatu fasilitas yang mengacu pada interaksi pelanggan dengan bank melalui perangkat seluler seperti smartphone atau tablet. Mobile Banking juga berbeda dengan pelayanan tradisional di kantor cabang karena menawarkan keuntungan seperti kebebasan sejati dari waktu, tempat dan
18
efisiensi untuk transaksi perbankan mengingat sensasi global yang berkembang pesat dengan smartphone.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mobile Banking merupakan layanan yang memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi perbankan melalui ponsel atau smartphone. Layanan mobile banking dapat digunakan dengan menggunakan menu yang sudah tersedia pada SIM (subscriber Identity Module) card, USSD (Unstructured Suplementary Service Data) atau melalui aplikasi yang dapat diunduh dan diinstal oleh nasabah.Mobile Banking menawarkan kemudahan jika dibandingkan dengan SMS Banking karena nasabah tidak perlu mengingat format SMS yang akan dikirimkan ke Bank dan juga nomor tujuan SMS Banking. Adapun fitur yang dimiliki Mobile Banking meliputi layanan informasi (saldo, mutasi rekening, tagihan kartu kredit, suku bunga dan lokasi cabang atau ATM terdekat), informasi transaksi seperti transfer, pembayaran tagihan dan fitur lainnya (Otoritas Jasa Keuangan 2015).
3. Citra Merek
Menurut American Association dalam (Desfitriady and Sirait 2018), merek merupakan nama, istilah, tanda, lambang, desain atau kombinasi yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dengan tujuan mendiferensiasikan merek dari para pesaing. Hasan dalam (Vierdwiyani and Syafarudin 2020) juga mengatakan bahwa merek merupakan suatu
19
interpretasi atas kombinasi dari nama, symbol, lambang, desain yang mengidentifikasi barang atau jasa yang dikembangkan oleh penjual agar dapat bersaing di pasar serta mampu memberikan nilai lebih bagi perusahaan. Jadi dapat diartikan bahwa merek merupakan semua elemen visual yang digunakan untuk mengidentifikasi serta mendiferensiasikan suatu produk dari para pesaingnya.
Citra merek menurut Sudaryono dalam (Sari and Indriyani 2020) citra merek adalah citra yang dibangun di bawah alam sadar konsumen melalui informasi dan ekspektasi yang diharapkan melalui produk atau jasa sebagai pendekatan yang menyeluruh dalam membangun merek meliputi struktur merek, bisnis dan manusia yang terlibat. Ferrinadewi dalam (Putera and Wahyono 2018) mengatakan bahwa citra merek merupakan suatu kesan dari konsumen setelah menggunakan suatu produk yang mana proses penciptaannya berdasarkan kepuasan dari penggunaan produk. Adapun Rahim dalam (Kristianto and Wahyudi 2019) mengatakan bahwa citra merek merupakan kata atau citra pertama yang muncul ketika merek tertentu disebutkan, tetapi dapat diubah oleh informasi baru atau dirusak oleh komentator media.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa citra merek mobile banking merupakan persepsi atau keyakinan yang dibangun oleh nasabah melalui informasi, ekspektasi serta kesan nasabah terhadap mobile banking. Menurut Evawati dalam (Putera and Wahyono 2018) terdapat tiga indicator citra merek sebagai berikut.
20 a. Citra korporat
Citra yang ada pada perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai sebuah organisasi usaha harus membangun citranya dengan tujuan agar nama perusahaan bagus sehingga mempengaruhi hal apapun yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam pemasarannya.
b. Citra produk
Citra suatu produk dapat terbentuk sesuai dengan kebutuhan, harapan dan keinginan konsumen.
c. Citra pemakai
Citra pemakai dapat dibentuk dengan kontak langsung yang dilakukan oleh konsumen berdasarkan pengalaman yang mereka rasakan saat menggunakan produk. Kontak ini terbentuk berdasarkan nilai yang konsumen rasakan, sesuai dengan apa yang mereka pikirkan dari produk atau layanan tersebut.
4. Kualitas Pelayanan
Menurut Kotler dalam (Sigit and Soliha 2017) kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Perusahaan yang memenuhi semua kebutuhan nasabahnya maka dapat disebut perusahaan yang memberikan pelayanan berkualitas.
Lupiyoadi dalam (Almaeda 2017) mendefinisikan bahwa kualitas adalah sejauh mana produk memenuhi spesifikasi-spesifikasinya, layanan adalah setiap tindakan atau tindakan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak
21
kepada pihak lainnya dan kualitas pelayanan adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang diterima.
Kiew dan Chee dalam (Vierdwiyani and Syafarudin 2020) mengatakan bahwa kualitas pelayanan menyangkut persepsi dan tingkat ekspektasi layanan yang diberikan kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Kualitas layanan juga melingkupi harapan konsumen pada lingkungan layanan, proses serta tampilan yang dapat dilihat sekaligus dirasakan. (Vierdwiyani and Syafarudin 2020)juga menambahkan bahwa kualitas layanan dapat diketahui dengan membandingkan persepsi konsumen terhadap pelayanan tersebut. Pelayanan terbaik kepada pelanggan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan perhatian khusus kepada pelanggan sehingga mereka mendapatkan apa yang mereka harapkan pada layanan yang ditawarkan perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapa disimpulkan bahwa kualitas pelayanan mobile banking merupakan sebuah pengukuran kesesuaian antara ekpektasi atau harapan nasabah dengan keunggulan yang dirasakan ketika menggunakan mobile banking. Zeithalm dalam (Ulum and Muchtar 2018) mengemukakan terdapat tujuh dimensi kualitas pelayanan yang digunakan nasabah untuk mengevaluasi kualitas layanan online.
a. Efisiensi
22
Kemampuan pelanggan untuk mengakses situs atau aplikasi, mencari produk yang diinginkan dan informasi yang berkaitan dengan produk serta meninggalkan situs atau aplikasi tersebut dengan upaya minimal.
b. Fulfillment (Jaminan)
Mencangkup akurasi janji layanan, ketersediaan stok produk dan pengiriman produk sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
c. Privasi
Jaminan keamanan bahwa data pengguna.
d. Daya tanggap
Kemampuan untuk memberikan informasi yang tepat dan cepat kepada pengguna ketika mengadapi kendala.
e. Kompensasi
Meliputi pengembalian uang ketika terjadi kegagalan transaksi.
f. Kontak
Menyediakan informasi pihak yang dapat dihubungi pengguna ketika dibutuhan baik secara online atau melalui telepon.
5. Kepercayaan
Menurut Arwani dalam (Tiana, et. all, 2019) kepercayaan secara umum diartikan sebagai rasa yang dimiliki seseorang untuk mempercayai pihak lain dikarenakan pihak tersebut dapat memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan dan memiliki integritas yang tinggi jika dihubungkan dengan kualitas. Menurut Mowen dan Minor dalam
23
(Priansa 2017) menyatakan bahwa kepercayaan adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Menurut Keller dan Kotler dalam (Arif 2020) kepercayaan adalah suatu komponen kognitif dari factor psikologis yang berkaitan dengan keyakinan baik salah atau benar atas dasar sugesti, intuisi, otoritas, pengalaman serta bukti yang ada.
McKnight et al dalam (Priansa 2017) menyatakan bahwa kepercayaan dibangun antara pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses transaksi. Antarwiyati dalam (Arif 2020) mengatakan bahwa dalam transaksi online pihak yang memiliki kepercayaan akan menganggap bahwa mereka akan mendapatkan keunggulan dari transaksi tersebut serta pihak lain dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepercayaan pengguna mobile banking adalah suatu keyakinan yang dibangun oleh pengguna atas dasar pengetahuan yang dimiliki dengan harapan objek, atribut serta manfaat mobile banking sesuai dengan ekpektasi. Adapun indicator kepercayaan terhadap teknologi menurut (McKnight 2011)sebagai berikut.
24 a. Fungsi (Funcionality)
Mengacu pada seseorang mengharapkan teknologiuntuk memiliki kapasitas atau kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diperlukan.
b. Membantu (Helpfullness)
Di luar perantara modal dan kemauandan mengacu pada fitur itu sendiri fungsi dukungan teknologi apakah memadai dan responsive.
c. Keandalan (Reliability)
Menunjukkan seseorang mengharapkan teknologi untuk bekerja secara konsisten dan dapat diprediksi.Istilah terpercaya yaitu tanpa gangguan dapat lebih sering digunakan pada teknologi dari istilah diprediksi atau konsisten.
6. Kepuasan
Hallowell dalam (Chiguvi and Guruwo 2017) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai penilaian atau evaluasi dari suatu transaksi yang mempresentasikan bagaimana nilai atau kualitas yang diterima konsumen selama melakukan transaksi. Kepuasan menurut Kotler dalam (Kristianto and Wahyudi 2019) merupakan perasaan senang seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk terhadap ekspektasi yang dimiliki.
Kotler dalam (Almaeda 2017) menyatakan bahwa kepuasan nasabah adalah perasaan seseorang tentang kesenangan atau kekecewaan
25
yang merupakan hasil dari perbandingan nilai suatu produk dengan harapan yang dimiliki.Adapun konsep dari suatu kepuasan konsumen terdiri atas elemen harapan dan elemen kinerja atau nilai produk.
Konsumen yang merasa puas akan melakukan pembelian ulang dan akan memberi tahu orang lain mengenai pengalaman baik tentang produk tersebut. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasaan pengguna mobile banking merupakan suatu perasaan senang nasabah setelah menggunakan produk atau jasa pada mobile banking yang selaras dengan harapan mereka.
Menurut Setyawati dalam (Wirawan, Sjahruddin and Razak 2019)pada kepuasan terdapat beberapa indicator antara lain.
a. Overal Satisfaction
Kepuasan secara keseluruhan konsumen setelah mengkonsumsi produk.
b. Expectation Satisfaction
Harapan kepuasan yang ingin diperoleh konsumen setelah mengkonsumsi produk.
c. Experience Satisfaction
Tingkat kepuasan yang dialami oleh konsumen selama mengkonsumsi produk.
7. Loyalitas
Purwaningsih dan Huda dalam (Utami, et. all, 2019) menyatakan bahwa loyal secara harfiah adalah setia dan loyalitas dapat diartikan
26
sebagai kesetiaan. Zou dalam (Wilson 2018) mendefinisikan loyalitas sebagai rasa keinganan pelanggan untuk melakukan pembelian berulang produk atau jasa dari suatu perusahaan. Menurut Mellroy dan Barnett dalam (Chiguvi and Guruwo 2017) loyalitas pelanggan merupakan komitmen untuk melanjutkan pembelian produk atau layanan secara konsisten yang mana pelanggan juga akan merekomendasikannya kepada rekan kerja. Hubungan tersebut akan terus berlanjut selama pelanggan merasa nilai yang didapat dari produk atau layanan tersebut lebih unggul dari para pesaing (Chiguvi and Guruwo 2017).
(Sigit and Soliha 2017)mengatakan bahwa loyalitas nasabah merupakan suatu komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai di masa mendatang tanpa perlu dipengaruhi situasi dan usaha pemasar dalam merubah perilaku. Dengan kata lain nasabah akan setia melakukan pembelian produk atau jasa berulang secara terus menerus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa loyalitas pengguna mobile banking merupakan suatu komitmen tinggi yang dimiliki nasabah untuk setia menggunakan mobile banking secara terus menerus.
(Rahl 2016)mengatakan bahwa loyalitas nasabah memaikan peran yang sangat penting dalam keuntungan bisnis apapun. Membangun loyalitas pada nasabah akan membutuhkan biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan mencari nasabah baru, terlebih nasabah yang loyal memiliki pengaruh langsung dalam mempromosikan produk atau jasa
27
kepada orang lain. Dengan demikian loyalitas nasbah akan membuat bertambahnya pangsa pasar dan juga keuntungan bisnis. Menurut Tjiptono dalam Sangadji dan Sopiah (2013) indikator dalam mengukur loyalitas nasabah sebagai berikut.
a. Pembelian ulang.
b. Kebiasaan mengkonsumsi merek.
c. Rasa suka yang besar terhadap merek.
d. Ketetapan pada merek.
e. Keyakinan bahwa merek tertentu yang terbaik.
f. Merekomendasikan merek kepada orang lain.