• Tidak ada hasil yang ditemukan

KKN

16 Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik

17 Meningkatnya Kapasitas dan akuntabilitas kinerja

15. Terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas KKN

Penyelenggaraan pemerintahan khususnya di Indonesia telah mengacu pada paradigma good governance yaitu tata kelola pemerintahan yang baik yang kemudian juga merupakan acuan bagi setiap daerah untuk mewujudkannya.Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, maka pemerintah berprinsip pada keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, menjunjung tinggi supremasi hukum dan membuka partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, serta keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Di

samping itu, untuk mewujudkan good governance harus melibatkan peran masyarakat yang mempunyai hak untuk mencari, memperoleh, dan memberikan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Komitmen tentang Pemerintahan yang bersih merupakan impian yang ingin diwujudkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah kepada semua pihak atau kepada semua stakeholder, wujud tersebut misalnya paling tidak bagaimana mengurangi terhadap praktek korupsi di dalam penyelenggarakan pemerintahan. Komitmen tersebut telah dimuat dalam RPJMD tahun 2013-2018 yang merupakan sasaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan Skor skala terbaru yang dikeluarkan olehTranparency International Indonesia(TII) adalah 0-100 dan dari hasil survei IPK tahun 2014 Provinsi Kalimantan Timur berada pada skala 4,90.

Kondisi Awal RPJMD pada tahun 2013, untuk Indeks Persepsi Korupsi telah ditetapkan targetnya sebesar 5,20, namun realisasi capaianya setelah setahun kemudian (2016) diperoleh sebesar 5,58.

Indeks Persepsi Korupsi / Corruption Perception Indeks (CPI) Indeks persepsi korupsi merupakan hasil pengukuran yang pertama kali dikeluarkan pada tahun 1995, yang dikenal baik sebagai alat Transparency International (TI).

Sejalan dengan misi mewujudkan Tata kelola Pemerintahan yang Profesional, Transparan, dan Berorientasi pada Pelayanan Publik menjadi misi ke-4 dalam RPJMD 2013-2018, penilaian atas laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh pihak eksternal yang dalam hal ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Penilaian oleh lembaga eksternal ini menjadi komponen penting untuk menilai sejauh manakah penilaian yang obyektif bisa dilakukan terhadap akuntabilitas dan kinerja pemerintah daerah terutama dari

segi keuangan. Hal ini menjadi bagian yang menguatkan akuntabilitas pada aspek pencapaian kinerja yang sudah diuraikan dalam sasaran ke-15 sebelumnya. Pemeriksaan oleh BPK dilakukan dengan mendasarkan pada UU No. 15 tahun 2004 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Pemeriksaan yang dilakukan secara periodik setiap tahunnya ini mencakup pemeriksaan terhadap Neraca, Laporan Realisasi Angaran, Laporan Arus Kas, dan catatan atas Laporan Keuangan. Opini yang dihasilkan atas pemeriksaan ini secara bertingkat terdiri dari Tidak Wajar (TW), Tidak Memberikan Pendapat (TMP), Wajar dengan Pengecualian (WDP) dan yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Untuk sasaran ke-15 ini, realisasi atas target kinerja yang ditetapkan menunjukkan realisasi kinerja yang sangat berhasil. Pada tahun 2015, target kinerjanya adalah Indeks Persepsi Korupsi dan pemeriksaan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Kemudian pada tahun 2015 yang merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJMD telah dicapai IPK sebesar 5,58 dari target yang ditetapkan sebesar 5,70. Selanjutnya pada tahun 2016 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan RPJMD dan data menunjukkan bahwa diperoleh capaian IPK sebesar 5,58 dari target sebesar 6,30. Dari data tersebut merupakan hasil yang dikeluarkan oleh lembaga TII untuk Provinsi Kalimantan Timur.

Usaha-usaha yang dilakukan lebih menitik beratkan pada tatakelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang bebas korupsi dan KKN. Sistem online merupakan sebuah alternatif yang dapat diekspolorasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Pelayanan yang berbasis online selain memberikan kemudahan-kemudahan pada pelayanan publik, paling tidak dapat memutus mata rantai praktek-praktek korupsi, dan pungli sehingga praktek korupsi dapat diminimalisir

Keinginan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk mewujudkan Good Governance dan Clean Government, yang bebas KKN bukan saja hanya sebatas retorika semata, akan tetapi niat baik tersebut ingin diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kalimantan Timur. Adapun usaha-usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dapat terlihat pada Program Pengembangan Zona Integritas untuk Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di Lingkungan Instansi Pemerintah dengan menetapkan beberapa OPD yang menjadi pilot project (Proyek Percontohan). Kemudian Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi lainnya terus dilakukan oleh Pemerintah Prov. Katlim, salah satunya adalah koordinasi tindak lanjut pengaduan masyarakat yang disampaikan ke Aparat Penegak Hukum (APH) baik Kepolisian Daerah maupun ke Kejaksanaan Tinggi, hal tersebut dilakukan karena adanya Instruksi Presiden untuk Tim Pengawal, Pengamanan Pemerintah Daerah (TP4D) sehingga oleh Menko Polhukam membuat surat Nomor B.158/Menko/Polhukam/

HK.04.04.1/10/2015 Tgl 21 Oktober 2015 Yang ditujukan kepada Gubernur di seluruh Indonesia, yang intinya agar Gubernur mengambil inisiatif awal untuk membentuk sentra TP4D diwilayah masing-masing, dan selanjutnya Gubernur meneruskannya kepada Bupati dan Walikota agar segera membentuk Sentra TP4D di daerah masing-masing.

Usaha lainnya diakhir-akhir ini berdasarkan Peraturan Presiden No. 87 Thn. 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saberpungli) dan Instruksi Mendagri No. 180/3935/SJ Tgl. 24 Oktober 2016 tentang Pengawasan Pungutan Liar Dalam Penyelenggaraan Pemda serta Surat Edaran Mendagri No.

700/4277/SJ Tgl. 11 November 2016 tentang Pembentukan Unit Satgas Pemberantasan Pungli Tingkat Provinsi dan Kab/Kota, Pemerintah Prov. Kaltim telah membentuk Satgas Saberpungli melalui

Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 356/K.585/2016 Tgl. 2 November 2016 tentang Pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saberpungli) di Provinsi Kalimantan Timur yang melibatkana instansi terkait diantaranya adalah : Kepolisian Daerah, Kejaksaan Tinggi, Pemerintah Daerah, Polisi Militer TNI, Kanwil Kemenkunham, Badan Intelijen Negara Daerah, Ombudsman Perwakilan

Realisasi Kinerja Tahun 2017.

No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % Capaian 19 Indeks Persepsi

Korupsi

Indeks 5,80 5,56 95,86

20 Opini BPK Opini WTP WTP WTP

Perbandingan Realisasi Kinerja

Indeks 5,58 5,58 5,56 0,4

20 Opini BPK Opini WTP WTP WTP

-Perbandingan Realisasi Kinerja s.d. Akhir Periode RPJMD

No. Indikator Kinerja Satuan

Target 19 Indeks Persepsi

Korupsi

Indeks 6,00 5,56 92,67

20 Opini BPK Opini WTP WTP 100

Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Realisasi Nasional 19 Indeks Persepsi

Korupsi

Indeks 5,56 3,71

-20 Opini BPK Opini WTP WTP +

Sumber : Komisi Pemberantasan Korupsi

Opini Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat Opini BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria yakni kesesuaian dengan standar

akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.

Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Opini Wajar tanpa pengecualian (biasa disingkat WTP) adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, perusahaan/pemerintah dianggap telah menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 terdapat 4 (empat) jenis Opini yang diberikan oleh BPK RI atas Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah:

(1) Opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

WTP menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(2) Opini wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

WDP menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

(3) Opini tidak wajar (Adversed Opinion)

Menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(4) Pernyataan menolak memberikan opini (Disclaimer of Opinion) Menyatakan bahwa Auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan, jika bukti audit tidak untuk membuat kesimpulan. (Sumber : bpk.go.id)

Pada tahun 2016 penilaian Opini Pengelolaan Keuangan Daerah baru diaudit oleh BPK pada tahun 2017. Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur akan menerapkan akuntansi berbasis Akrual sebagai pelaksanaan atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Adapun Upaya yang dilakukan untuk Pencapaian Opini WTP atas LKPD Pemprov Kaltim tahun 2015 merupakan upaya yang telah dicapai oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, BPK yaki bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat sebagai dasar untuk menyatakan opini BPK.

Namun ada beberapa penekanan yang diberikan oleh BPK terutama pada Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bahwa pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menerapkan akuntansi berbasis Akrualpertama kali sebagai pelaksanaan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP. Pemerintah Provinsi Kaltim tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan Tahun 2015 berbasis Kas menuju akrual menjadi Laporan Keuangan Tahun 2015 berbasis aktual. Dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan penerapan akuntansi berbasis akrual disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun solusi :dengan Melakukan kerjasama dengan BPKP Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur terkait pelaksanaan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual dan melakukan perubahan system aplikasi pada SIMDA Keuangan dan SIMDA Barang yang berbasis Akrual serta selalu melakukan pembinaan terhadap OPD di

lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terkait penerapan Akuntansi Berbasis Akrual.

Pada tahun 2017 yang merupakan evaluasi tahun keempat RPJMD 2013-2018 hasil audit BPK tahun 2016 dari 10 Kabupaten/

Kota dilingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur ditambah Provinsi Kalimantan Timur sendiri masih tetap sama pada penilaian tahun sebelumnya yaitu terdapat 9 kabupaten/kota yang mendapat penilaian WTP termasuk Provinsi Kalimanatan Timur sendiri dan 1 Kabupaten yakni Kabupaten Berau yang mengalami perubahan menjadi WDP dan tidak bias mempertahankan, padahal tahun sebelumnya WTP. Kemudian Kabupaten Penajam Paser Utara yang sebelumnya mendapat penilaian WDP maka tahun 2016 meningkat menjadi WTP sementara KabupatenMakaham Ulumasih belum ada peningkatan sejak tahun 2014 yang lalu hingga sekarang ini masih (Disclaimer of Opinion)Tanpa Memberikan Opini. Untuk jelas jelasnya gambaran penilaian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Opini Penegelolaan Keuangan Daerah Tahun 2016

No Provinsi/Kabupaten/kota Opini

1. Kalimantan Timur WTP (Unqualified Opinion)

2. Kabupaten Berau WDP(Qualified Opinion)

3. Kabupaten Kutai Kartanegara WTP (Unqualified Opinion)

4. Kabupaten Paser WTP (Unqualified Opinion)

5. Kota Balikpapan WTP (Unqualified Opinion)

6. Kota Samarinda WTP (Unqualified Opinion)

7. Kota Bontang WTP (Unqualified Opinion)

8. Kabupaten Kutai Timur WTP (Unqualified Opinion) 9. Kabupaten Kutai Barat WTP (Unqualified Opinion) 10 Kabupaten Penajam Paser Utara WTP (Unqualified Opinion) 11 Kabupaten Mahakam Ulu Tanpa Memberikan

Opini(Disclaimer of Opinion) Sumber : Inspektorat Prov. Kaltim

Adapun usaha yang dilakukan untuk mempertahankan opini WTP tersebut terus dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan Aparat Pengawasan dan OPD dalam hal penerapan Akuntansi Berbasis Akrual melalui sosialisasi, bimtek dan diklat terkait Akuntansi Berbasis Akrual dengan BPKP Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur

ataupun lembaga-lembaga lainnya dan mengadaan perubahan Aplikasi Pengelolaan Keuangan dan Barang yang berbasis akrual, baik Simda Keuangan dan Simda Barang yang telah dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, serta mendorong dan mengingatkan kepada semua OPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur agar dalam membuat laporan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual, dan membuka jalur kaonsultasi dan pemberian saran/advis oleh Inspektorat Provinsi Kalimantan Timur dalam rangka pembinaan terhadap OPD, dengan melakukan perbaikan penatausahaan persediaan, melakukan proses perbaikan / inventarisasi asset yang dimiliki terutama pendataan atas tanah, koordinasi dengan instansi terkait dan melakukan pengamanan secara persuasive atas tanah yang dikuasi oleh Pihak Ketiga dan melakukan proses inventarisasi dan perbaikan data atas peralatan dan mesin yang dimiliki serta penerapan kiat-kiat menuju WTP yang telah dicanangkan oleh Bapak Gubernur.

Opini WTP,WDP dan Disclaimer merupakan opini bergensi artinya prestasi yang harus diraih setiap tahunnya. Usaha-usaha untuk mewujudkan WTP merupakan suatu keharusan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui pembenahaan Laporan Keuangan Daerah, Pengawasan Internal melalui sistem administrasi yang terintegrasi, penguatan perangkat hukum serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (tepat waktu, kelengkapan, dll) hingga tahun 2016 selalu menunjukkan peningkatan terhadap prestasi yang bergensi ini. Pada tahun 2014 dari 10 Kabupaten/Kota terdapat 6 dan ditambah 1 Provinsi sehingga jumlahnya 7 yang mendapat opini WTP sementara terdapat 3 yang WDP dan 1 Disclaimer. Pada tahun 2016 Evaluasi tahun III terdapat peningkatan jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan predikat opini WTP yakni ada 9 dan WDP 1 kabupaten dan 1 kabupaten yang masih Disclaimer. Disclaimer ini dikarenakan sebuah kabupaten yang

memang baru berkembang, sebagai dari pemekaran wilayah Kalimantan Timur, namun pembinaan untuk menuju WTP tetap dilakukan.

Permasalahan :

1. penatausahaan aset disebabkan masalah bukti kepemilikan, pencatatan pada saat pengadaan sehingga menyulitkan perbaikan dalam penatausahaan aset saat ini.

2. di Kabupaten/Kota relatif mirip dengan yang terdapat di provinsi yaitu terkait penatausahaan aset.

Solusi :

1. Pensertifikatan dan pengamanan aset : Telah dialokasikan anggaran untuk proses pensertifikatan, pengaman aset secara fisik berupa pemasangan plank/papan nama Pemprov. Kaltim dan Patok Tanda Batas.

2. Inventarisasi Barang Aset Daerah : Meningkatkan intensitas koordinasi dengan Perangkat Daerah.

3. Rehab Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah : melakukan opname fisik terhadap bangunan, asrama mahasiswa kalimantan timur (AMKT), rumah dinas/guest house di komplek pemrumahan pemprov Jl.MT. Haryono (Rawa Indah) yang tidak memiliki induk/tercatat pada pengguna barang

4. Penghapusan, Penilaian, Penjualan dan Penyusunan Regulasi2017 Pengelolaan Aset Daerah : 1) Melakukan koordinasi dengan Perangkat Daerah; 2) Melakukan koordinasi denga DJKN dan KPKNL selaku mitra kerja; 3) Membuat SK Tim Penghapusan;

4) Persiapan dokumen pengajuan penilaian terhadap aset yang akan dihapuskan.

Upaya :

1. Meningkatkan pengetahuan Aparat Pengawasan dan OPD dalam hal penerapan Akuntansi Berbasis Akrual melalui sosialisasi,

bimtek dan diklat terkait Akuntansi Berbasis Akrual dengan BPKP Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur ataupun lembaga-lembaga lainnya.

2. Mengadaan perubahan Aplikasi Pengelolaan Keuangan dan Barang yang berbasis akrual, baik Simda Keuangan dan Simda Barang yang telah dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

3. Mendorong dan mengingatkan kepada semua OPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur agar dalam membuat laporan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual.

4. Melakukan perbaikan penatausahaan persediaan, melakukan proses perbaikan / inventarisasi asset yang dimiliki terutama pendataan atas tanah, koordinasi dengan instansi terkait dan melakukan pengamanan secara persuasive atas tanah yang dikuasi oleh Pihak Ketiga dan melakukan proses inventarisasi dan perbaikan data atas peralatan dan mesin yang dimiliki serta penerapan kiat-kiat menuju WTP yang telah dicanangkan oleh Bapak Gubernur.

Program yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk sasaran Terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas KKN adalah:

1. Program penguatan kelembagaan

bertujuan untuk memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa layanan dari pemerintah.

Dengan adanya Program penguatan kelembagaan PTSP tersebut, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat bahwa apa yang dilakukan pemerintah saat ini benar-benar sesuai dengan tugas fungsinya untuk melayani masyarakat.

2. Program pengembangan zona integritas

Program ini bertujuan untuk menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bebas Melayani (WBBM) dengan

mekanisme penilaian dan penetapan WBK/WBBM, bobot indikator proses sebagai syarat penilaian unit kerja berpredikat WBK, penilaian kegiatan pencegahan dan evaluasi dan pelaporan. OPD utama yang bertanggungjawab untuk Program pengembangan zona integritas ini adalah Inspektorat Provinsi Kalimantan Timur.

3. Program pencegahan dan pemberantasan KKN

dimaksudkan untuk menurunkan kasus KKN dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.

Pada tahun 2016 jumlah pengaduan masyarakat yang ditangani sebanyak 9. pengaduan, dari pengaduan tersebut telah ditindaklanjuti dengan dilakukan pemeriksaan atas kebenarannya dan terdapat 9 pengaduan yang terbukti dan 3 pengaduan yang tidak terbukti. Dari 9 pengaduan yang terbukti tersebut adalah masalah kepegawaian berdasarkan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

4. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

untuk mewujudkan tranparansi pengelolaan keuangan untuk menuju Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang merupakan predikat yang harus dicapai oleh setiap daerah yang mengharuskan kepada setiap daerah untuk memberikan kinerja yang baik dalam Sistem Pengendalian Internal Pengelolaan Keuangan, Tertib Administrasi dalam pengelolaan aset daerah yang harus di tunjukkan dalam kinerjanya setiap tahunnya.

5. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Daerah.