• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Deskripsi Hasil Wawancara

4. Threats (ancaman)

Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.

Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan manajer / pimpinan strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman eksternal dan kelemahan internal. Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah mana organisasi akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada untuk perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta menghasilkan cara-cara untuk mengantipasinya. Analisis SWOT

digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi sumber daya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber daya tersebut perlu ditegaskan sejak awal17

1. Strategi Integrasi

.

b. Jenis-jenis Strategi

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun strategi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Di perusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika divisi-divisi yang berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Juga, organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensif, seperti divestasi, likuidasi, dan rasionalisasi biaya secara bersamaan. Jenis-jenis strategi adalah sebagai berikut:

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan / atau pesaing.

2. Strategi Intensif

17 Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth Edition.

New York: Routledge, hal 246.

Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.

3. Strategi Diversifikasi

Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal,dan konglomerat. Menambah produk atau jasa baru, namun masih terkait biasanya disebut diversifikasi konsentrik. Menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut diversifikasi horizontal. Menambah produk atau jasa baru yang tidak disebut diversifikasi konglomerat.

4. Strategi Defensif

Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi. Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi.

5. Strategi Umum Michael Porter

Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan ketiganya strategi umum.

Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk standar dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap perubahan harga. Diferensiasi adalah strategi dengan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh industri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan harga. Fokus berarti membuat produk dan menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen.

Dari berbagai penjelasan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya Strategi adalah cara ataupun langkah-langkah di dalam mengembangakan pariwisata. Ada Empat tingkatan strategi yaitu enterprise strategy, corporate strategy, business strategy. Keempat strategi ini memiliki peranan yang cukup penting. Dalam strategi ada pula perumusan strategi dimana dalam pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif harus mampu merumuskan dan mengalisis Kekuatan, kelemahan, peluang, maupun ancaman dalam menjalankan straetegi tersebut. Selain itu ada pula banyak jenis dari strategi yang membantu pengembangan objek wisata. Banyak organisasi yang menjalankan dua atau lebih strategi. Adapun jenis- jenis strategi adalah pertama strategi integrasi, strategi ini memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok atau pesaing. Kedua strategi intensif, adalah strategi yang menetrasi pasar dalam

pengembangan produk. Ketiga, strategi Diversifikasi adalah strategi yang terkait dengan penambahan produk atau jasa. Ke-empat, strategi Defensif yaitu strategi yang terkait dengan rasonalisasi biaya menyangkut penghematan biaya dan aset untuk peningkatan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kelima, strategi umum Michael Porter strategi ini terkait dengan cara organisasi memperoleh keunggulan kompetetif yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Semua strategi tersebut sangat diperlukan didalam pengembangan pariwisata dimana pariwisata dalam hal ini dapat diibaratkan sebagai produk yang harus dijual. Maka dari itu berbagai strategi harus digunakan sesuai fungsinya masing-masing.

4. Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah /tempat tertentu . Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.

Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan jika di suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

1.Objek dan daya tarik wisata alam

Objek dan daya tarik wisata alam terdiri dari pantai, wisata bahari (wisata laut, danau dan sungai), pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi. Soekadijo dalam Warpani mengelompokkan jenis pariwisata aktif maupun pasif alam, yaitu18

a) Melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka misalnya berjemur dipantai, menyelam, berburu, dan panjat tebing.

:

b) Menikmati suasana alam seperti menikmati keindahan alam, kesegaran iklim pegunungan dan ketenangan alam pedesaan.

c) Mencari ketenangan, melepaskan diri dari kesibukan rutin sehari hari dan beristirahat.

d) Menikmati “rumah kedua”, menikmati tempat tertentu, tinggal di pesanggrahan, atau mendirikan tempat berteduh sementara berupa tenda.

e) Melakukan widiawisata, alam menjadi objek studi, mempelajari flora atau fauna tertentu.

2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya

Kekayaan budaya daerah, upacara adat, busana daerah dan kesenian daerah adalah daya tarik wisata. Budaya bukan hanya mengenai kesenian tetapi juga adat istiadat masyarakat, kebiasaan yang tidak ditemui di daerah atau Negara asal wisatawan. Selain itu, keberadaan bangunan

18 Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung:

Penerbit ITB, hal 50

bersejarah dapat pula menjadi daya tarik wisata, misalnya keratin, gedung bersejarah, rumah adat, candi, makam tua dan bersejarah, dan lain-lain.

5. Elemen –Elemen Pariwisata

Ada banyak elemen-elemen yang mempengaruhi pariwisata Gunn dalam Warpani berpendapat pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan persediaan. Gunn menyatakan Komponen permintaan terdiri atas elemen orang, ditenggarai hasrat orang melakukannya, sedangkan komponen sediaan adalah daya tarik wisata, perangkutan, informasi dan promosi serta pelayanan. Atas dasar pengertian tersebut, Gunn mengelompokkan elemen kepariwisataan menjadi elemen19

1. Utama

:

a) Daya tarik yang mengandung arti objek yang menjadi sasaran dan destinasi kunjungan wisata. Daya tarik wisata adalah potensi alamiah atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus pariwisata. Elemen ini menjadi bagian langsung dan menjadi pemicu pariwisata.

b) Penduduk baik sebagai pelaku pariwisata, sebagai “tuan rumah” pariwisata maupun menjadi objek wisata (sasaran penelitian). Penduduk dianggap memiliki tiga ciri utama yaitu,

19 Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung:

Penerbit ITB, hal 22

kualitas,kuantitas dan mobilitas. Ketiga ciri tersebut, baik penduduk di tempat asal wisatawan maupun penduduk di destinasi wisata adalah faktor yang harus ditelaah secara cermat guna mengetahui pancaran dasar pariwisata pada tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, kemampuan minat wisata.

2. Prasyarat

Elemen ini merupakan prasyarat proses berlangsungnya kegiatan pariwisata, yakni pengangkutan. Keandalan sistem pengangkutan secara langsung akan berpengaruh terhadap pola distribusi arus wisatawan menuju objek wisata. Fungsi utama pengangkutan (lokal, regional, nasional dan internasional) adalah memindahkan orang dan barang dari asal ke tempat destinasi wisata. Salah satu ciri utama pariwisata adalah melakukan perjalanan, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa pelayanan jasa pengangkutan maka kepariwisataan akan lumpuh. Kesan pertama yang baik tentang daerah tujuan wisata harus sudah tampil di terminal(bandara, dermaga/pelabuhan, stasion dan terminal bus) yang berfungsi sebagi gerbang utama.

3. Penunjang

a) Informasi dan promosi yang membangun untuk mendorong minat berwisata.

b) Akomodasi, adalah mata rantai kegiatan wisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan bahwa akomodasi

akan lumpuh. Akomodasi dapat berupa hotel, motel, pondok wisata dan bumi perkemahan.

c) Rumah makan. Banyak wisatawan yang ingin menikmati makanan khas setempat, sehingga usaha makan sangat bermanfaat dalam kepariwisataan.

d) Lembaga Keuangan. Keberadaan lembaga keuangan seperti bank dan money changer sangat memudahkan dan memberi kenyamanan khusus bagi para wisatawan.

e) Sektor Informal. Para penjaja cenderamata, pramuwisata, bahkan para pedagang keliling selain untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, tidak jarang mereka justru menjadi objek wisata.

6. Pengembangan Pariwisata

Pariwisata merupakan sektor yang dapat menopang pembangunan daerah maka dari itu sangatlah penting adanya usaha pengembangan dari pariwisata itu sendiri. Panji (2005) menyatakan, usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sehingga perlunya partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, menyediakan sesuatu yang terbaik sesuai kemampuan, ikut menjaga keamanan, ketentraman, keindahan dan kebersihan lingkungan, memberikan kenangan dan kesan yang baik bagi wisatawan dalam rangka mendukung program sapta pesona, serta menanamkan

kesadaran masyarakat dalam rangka pengembangan desa wisata.20 Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan desa wisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata.21

20

https://buletinbetungkerihun.wordpress.com/2010/11/12/pentingnya-membangun-partisipasi-masyarakat-dalam-pengembangan-desa-wisata/ Diakses Pada Tanggal 4 Agustus 2016 Pukul 19:04 WIB

21 Tikson. 2001. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata

a. Unsur-unsur Pengembangan Pariwisata

Larry E. Herber mengemukakan unsur-unsur dalam suatu rencana destinasi. Unsur utama adalah Analisa Pasar; menurut penelitian sumber daya wisata adalah:

(1) Atraksi (2) Budaya (3) Tenaga kerja

(4) Prasarana dan sarana (5) Transportasi

(6) Jasa pendukung (7) Akomodasi22

Unsur lain adalah Peraturan Tata Ruang dan Zona, paket penelitian untuk destinasi-destinasi dan kawasan pariwisata, dokumen pelaksanaan sering termasuk pula dalam suatu rencana induk yang komprehensif. Dalam keinginan untuk mengembangkan wilayah menjadi suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata) diperlukan suatu survei pasar dan survei potensi wisata sebagai aktivitas persiapan pengembangan wilayah.

22 Kusudianto Hadinoto, Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata, (Jakarta:UI-Press, 1996),hlm 21.

b. Sasaran Pengembangan Pariwisata

Adapun yang menjadi sasaran dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:23

1. Sasaran Internasional:

a) Penerimaan devisa yang meningkat

b) Pengembangan ekonomi yang lebih banyak memberi kesempatan kerja

c) Pendapatan nasional meningkat, lebih banyak penerimaan pajak, perluasan prasarana

d) Pendapatan umum di luar negeri menguntungkan dan peningkatan pengertian di negara-negara lain mengenai kebijaksanaan Indonesia

e) Apresiasi meningkat di luar negeri mengenai hasil dan kontribusi budaya Indonesia

f) Hubungan diplomatik dengan negara lain terbina baik 2. Sasaran Dalam Negeri:

a) Persatuan dan kesatuan identitas nasional Indonesia

b) Pengertian ummum, kelembagaan nasional dan dari kewajiban penduduk

c) Kesehatan dan kesejahteraan umum

d) Pertumbuhan ekonomi dan redistribusi pendapatan nasional yang seimbang

e) Perhatian umum terhadap lingkungan

23 Ibid., hal. 23-24.

f) Preservasi tradisi/adat-istiadat daerah serta minoritas g) Perlindungan dari hak perseorangan untuk berlibur 6. Prasarana dan sarana wisata

a. Prasarana Obyek Wisata

Prasarana obyek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan obyek wisata yang akan di kunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek wisata yang bersangkutan. Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain. Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.

b. Sarana obyek

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pemerintah maupun pengusaha. Ada banyak jenis-jenis pariwisata seperti wisata Budaya, wisata Maritim atau Bahari, wisata Cagar Alam, wisata Konvensi, wisata Pertanian dan, wisata Pilgrim. Seluruh jenis wiasata itu dapat berkembang bila ada Pelaku pariwisata yang membantu proses pengembanagn dari objek wisata itu sendiri. Adapun yang menjadi Pelaku pariwisata itu sendiri

adalah wisatawan, Industri pariwisata, pemerintah, Masyarakat Lokal, dan lembaga Swadaya Masyarakat. Kelima pelaku pariwisata tersebut memiliki peran yang sangat penting didalam menunjang pengembangan suatu objek wisata baik objek dan daya tarik wisata alam, maupun objek dandaya tarik wisata sosial budaya. Pariwisata sendiri dipandang sebagai suatu sistem yang memiliki elemen-elemen yakni yang pertama elemen-elemen utama, yakni elemen-elemen yang terkait dengan objek dan juga penduduk asli dari pelaku wisata tersebut. Kedua Elemen prasyarat terkait dengan proses berlangsungnya kegiatan pariwisata yakni pengangkutan.

Ketiga, Penunjang adalah elemen pariwisata yang terkait Informasi, promosi, akomodasi, rumah makan, lembaga keuangan, dan juga sektor informal (penjaja cenderamata, pramuwisata, dan pedagang keliling). Seluruh elemen tersebut berkaitan satu dengan yang lain dalam pengembangan pariwisata.

F. Definisi Konsep

Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial.24

1. Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

strategi dapat didefenisikan menetapkan arah kepada “manajemen”.

Dalam artian orang tentang sumber daya didalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan dalam pasar

2. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk melakukan aktivitas.

3. Pengembangan pariwisata adalah usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata agar dapat dinikmati pada saat ini bahkan untuk masa depan.

24 Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3 ES, hal 33

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisika hasil data yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta hasil analisisnya.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi jawaban atas masalah yang dikemukakan serta pemecahan masalah yang dinyatakan dalam bentuk saran.

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka teori yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian ini memberikan gambaran yang detail mengenai gejala dan fenomena. Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.25

Penelitian Kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal populasi dan sampel. Menurut Suyanto, informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu

B. Informan Penelitian

26

1. Informan Kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

:

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

25 Sudarwan Danin. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif; Ancangan Metodologi Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora. Bandung: Pustaka Setia, hal 41

26 Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:

Prenada, hal 172

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci: masyarakat lokal yang bertempat tinggal di Tongging dan di air terjun Sipiso-piso serta masyarakat yang berkaitan langsung dengan kegiatan wisata Tongging dan di Sipiso-piso.

2. Informan Utama: Kepala Bagian Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Karo dan Kepala Bidang Objek Tongging dan Sipiso-piso.

3. Informan tambahan : Para pengunjung wisata Tongging dan di Sipiso-piso yang sedang berada di Tongging dan wisatawan yang berkunjung ke air terjun Sipiso-piso.

C. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut defenisi Bodgan dan Taylor, penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.27

1. Objek wisata air terjun Sipiso-piso dan Tongging di Desa Tongging Kecamatan Merek Kabupaten Karo.

D. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dilakukan peneliti yaitu berada di Kabupaten Karo. Penelitian akan dilaksanakan di:

2. Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Karo, Jalan Gundaling nomor 1 Berastagi Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Telepon (0628) - 91558 Lokasi penelitian diatas menjadi pertimbangan peneliti karena berkaitan dengan penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan sumber data yang terdiri dari data primer

Dalam penelitian ini digunakan sumber data yang terdiri dari data primer

Dokumen terkait