Tingkat Penggunaan Jalan Nasional merupakan jumlah kendaraan yang melintas di ruas jalan nasional setiap kilometer-nya dalam jangka waktu satu tahun. Pengukuran indakator kinerja ini diperoleh dari hasil dari survey LHR (lalu lintas harian rata-rata) yang dilakukan oleh P2JN. Kinerja tingkat penggunaan jalan nasional ini ditentukan melalui kegiatan pemeriksaan jalan secara rutin agar seluruh panjang jalan yang berada dalam tanggung jawab Kementerian PU berada dalam kondisi yang dapat melayani lalu lintas barang dan orang tanpa terputus sepanjang waktu. Tingkat penggunaan jalan nasional ini pada tahun 2014 capaiannya melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 97,56 Milyar Kendaraan Kilometer terhadap target 91,55 Milyar Kendaraan Kilometer, dengan demikian tingkat capaiannya adalah 106,56%.
Tabel 3.12 Jumlah Pengguna Jalan Nasional Tahun 2014
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
Tingkat penggunaan jalan nasional 91,55 Milyar
Kendaraan Kilometer
97,56Milyar
Kendaraan Kilometer 106,56
Capaian tingkat penggunaan jalan nasional pada tahun 2014 didukung oleh: pemeliharaan rutin jalan sepanjang 30.167 Km (target 30.192 Km) dan jembatan sepanjang 324.087 meter (target 325.997 meter). Capaian indikator ini selalu melebihi target yang ditetapkan, hal ini dikarenakan output yang mendukungnya adalah pemeliharaan jalan dan jembatan yang bersifat rutin, sehingga tidak diperlukan suatu persiapan khusus pada awal tahun. Kendala pada awal pelaksanaan adalah pada tahap mobilisasi, sehingga perlu didorong dengan koordinasi pada tingkat satuan kerja. Adapun beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanannya adalah terbatasnya alat pemeliharaan rutin (UPR) dan pendukung (workshop) dan Kondisi dan jumlah alat yang tersedia tidak sebanding dengan panjang jalan yang ditangani. Sementara yang terkait dengan jembatan, diantaranya:
Kurang lengkapnya data BMS sedikit banyak menyebabkan kesulitan dalam
mengevaluasi kondisi jembatan sehingga, terkadang jembatan yang pada awalnya direncanakan hanya dipelihara secara rutin ternyata membutuhkan penanganan yang lebih serius.
Kurangnya kesadaran pengguna jalan saat menggunakan jembatan yang ada
menyebabkan terjadinya beberapa kecelakaan yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur jembatan seperti railing jembatan, patung jembatan dan yang lainnya.
Kurangnya ketersediaan peralatan rutin jembatan, mengingat perbaikan kerusakan
AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 63 | 147 Tabel 3.14 Nilai Tambah (milyar rupiah) Sektor Angkutan Jalan Tahun 2009-2013
Tahun Nilai Tambah
Angkutan Jalan Pertumbuhan Kontribusi
2009 34.227 5,7 1,57 2010 35.974 5,1 1,55 2011 38.339 6,6 1,56 2012 41.071 7,1 1,57 2013 44.283 7,8 1,60 2014 47.163 6,5 1,63
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pembangunan yang dilaksanakan Kementerian PU pada infrastruktur subbidang bina marga, yang meliputi penyediaan jalan dan jembatan secara langsung melalui pembangunan jalan nasional maupun pembinaan, pengaturan dan pengawasan pada jalan provinsi dan kabupaten/kota untuk menjadi urat nadi penting bagi perkembangan sektor angkutan jalan raya. Hasil pembangunan jalan dan jembatan tersebut dapat didekatkan dengan dampak pada pertumbuhan sektor transportasi jalan raya. Nilai tambah angkutan jalan raya pada tahun 2009 sebesar Rp. 34,2 trilyun. Rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 6,63% per tahun, sehingga pada tahun 2013 nilai tambah sektor transportasi jalan raya meningkat menjadi Rp. 47,2 trilyun. Pertumbuhan dalam 3 tahun terakhir bahkan lebih tinggi daripada pertumbuhan
ekonomi nasional.
Gambar 3.2 Nilai Tambah Sektor Angkutan Jalan Raya dan Kontribusi pada Ekonomi Nasional Tahun 2009-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik
Selain itu, kontribusi dari sektor transportasi jalan raya terhadap ekonomi (PDB) menunjukkan kecenderungan yang semakin tinggi. Bila pada tahun 2009, kontribusi sekitar 1,57% meningkat menjadi 1,63% tahun 2013. Peran penting pertumbuhan sektor transportasi jalan raya tersebut sangat berkaitan dengan penyediaan berbagai kelas jalan raya menurut sebaran, kondisi dan kecukupannya. Semakin baik penyediaan infrastruktur jalan, maka potensi pertumbuhan sektor transportasi jalan juga meningkat.
AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 65 | 147 Tabel 3.16 Capaian Pembangunan Jalan Baru Tahun 2014
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %
Panjang jalan baru yang dibangun 1.047
Kilometer
960
Kilometer 91,69
Capaian indikator kinerja panjang jalan baru yang dibangun pada tahun 2014 mencapai 91,69% dari hasil realisasi 960 km terhadap target 1.047 km. Capaian tersebut didukung oleh: pembangunan jalan baru sepanjang 369 Km (target 400 Km), panjang jembatan yang dibangun
baru sepanjang 7.751 meter (target 9.230 meter), pembangunan Flyover/underpass/
terowongan sepanjang 1.950 meter (target 3.091 meter), pembangunan/pelebaran jalan di kawasan strategis perbatasan dan wilayah terluar/terdepan sepanjang 570 Km (target 621 Km) jembatan 525 meter (target 625 meter), panjang jalan bebas hamatan sepanjang 11 Km (target 13 Km). Selain itu, mengingat pengusahaan jalan tol terkait dengan pihak lainnya, maka pelaksanaannya didukung dengan evaluasi penyiapan pengusahaan jalan tol dan data informasi jalan tol, pengaturan, penyiapan, pelayanan dan pengendalian pengusahaan jalan tol serta pengawasan dan pemantauan perjanjian pengusahaan jalan tol.
Manfaat dari indikator kinerja ini diantaranya adalah sebagai berikut:
Membuka keterisolasian pada daerah-daerah pemekaran,
Pengembangan jaringan jalan untuk membuka akses transportasi,
Kelancaran arus barang dan jasa,
Mempersingkat waktu dan jarak tempuh.,
Mendukung konektifitas akses bandara udara ke Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan
kawasan pariwisata,
Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, karena dengan pembangunan jalan
baru pasti selalu diikuti dengan muncul nya pusat - pusat perdagangan baru,
Mengurangi kemacetan yang disebabkan kapasitas jalan tidak sebanding dengan volume
kendaraan, dan
Meningkatkan ketahanan dan pertahanan pada kawasan terluar Negara Indonesia.
Penyebab tidak tercapainya indikator kinerja ini adalah sebagai berikut:
Pemotongan dan penghematan anggaran sehingga menyebabkan berkurangnya target
penanganan;
Desain yang belum selesai sehingga kegiatan dilaksanakan pada tahun anggaran
berikutnya;
Terjadinya gagal lelang, terutama pada paket Performance Based Contract (PBC) dan
adanya Paket MYC yang diperpanjang sampai tahun 2015;
Masalah pada paket-paket loan mulai dari proses lelangnya belum selesai, tahap
penetapan pemenang, juga karena belum dapat dilelangkan, disebabkan dokumen NOL
(Biding Document) belum disetujui oleh pihak pemberi loan.
Pembebasan lahan untuk FO Kopo, FO Gaplek, FO Palur, Underpass Simpang Mandai,
AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 67 | 147 Tabel 3.17 Capaian Indikator Kinerja terhadap Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas Jalan
Nasional Tahun 2010-2014
No Indikator Kinerja
Outcome Satuan
Target 2010-2014
Capaian Tahunan Capaian 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 1. Panjang Peningkatan Struktur/Pelebaran Jalan Kilometer 19.371 2.808 3.292 4.676 4.134 4.132 19.042
2. Jalan Baru yang
Dibangun Kilometer 1.860 320 394 1.321 1.046 960 4.041
Sumber: Laporan Kinerja DJBM tahun 2014
Peningkatan kapasitas jalan periode 2010-2014 diperkirakan akan mencapai sepanjang 19 ribu kilometer, pada jalan lintas lintas pulau dan penghubung lintas yaitu Lintas Pulau Sumatera (Lintas Timur, Tengah dan Barat) khusus lintas Timur Sumatera minimal lebar 7 m, Lintas Pulau Jawa (Lintas Pantura, Tengah, Selatan dan Pansela Jawa) khusus pada lintas Pantura Jawa lebar minimum 7 m dengan segmen Jakarta-Batas Propinsi Jawa Timur (Pantura) sudah
mempunyi 4 lajur (2 x 7 m); kecuali Lasem – Bulu; Lintas Pulau Kalimantan (lintas Selatan,
Tengah dan Utara) khusus lintas Selatan minimal lebar 6 m, Lintas Pulau Sulawesi (lintas Barat, Tengah dan Timur) khusus pada lintas Barat minimal lebar 6 m kecuali Makassar - Pare-pare telah memiliki lebar 2 x 7m (4 lajur), lintas Pulau Bali, NTB dan NTT, Lintas Maluku dan Maluku Utara dan 11 Ruas strategi Papua dan Papua Barat serta Kawasan Pegunungan Tengah Papua: Habema-Mugi, Kenyam-Mugi Dekai-Oksibil, termasuk didalamnya penanganan lokasi rawan kecelakaan dengan perbaikan geometrik jalan.
Adapun Flyover yang dibangun antara lain : FO RawaBuaya (Jakarta), FO Pasar Gebang (Jawa
Barat), FO Lippo Karawaci , Merak dan Balaraja(Banten), FO Kali Banteng (Semarang), FO Pasar Kembang (Jatim), FO Bukittinggi(Sumbar), Underpass Simpang Dewa Ruci (Bali), Jembatan Kelok Sembilan (Sumbar).
Jalan tol yang telah beroperasi pada periode 2010-2014 diantaranya Jalan Tol Kanci–Pejagan
sepanjang 35 Km mulai beroperasi tahun 2010, Jalan Tol JORR W1 sepanjang 9,85 Km mulai beroperasi 2010, Bogor Ring Road sepanjang 3.85 Km mulai beroperasi tahun 2011, Jalan tol
Cinere Jagorawi sepanjang 3.50 Km mulai beroperasi tahun 2012, Jalan tol Nusa Dua – Ngurah
Rai – Benoa sepanjang 10 Km mulai beroperasi tahun 2013, JORR W2 Utara sepanjang 5.73 Km
mulai beroperasi tahun 2013, Jalan tol Semarang –Solo Seksi II 11.95 Km mulai beroperasi
tahun 2014.
Proyek-proyek yang menjadi kegiatan monumental diantaranya adalah Jembatan Kelok 9 (sembilan), Sumatera Barat dan Tol Nusa Dua-Ngurah Ray-Benoa (Bali Mandara), Bali.
Pembangunan jalan secara langsung juga memberikan kontribusi dalam peningkatan daya saing
nasional. Daya saing nasional berdasarkan data Global Competitiveness Index/Report dari World
Economic Forum, terus mengalami peningkatan dalam masa lima tahun terakhir. Bila tahun 2009-2010, Indonesia berada pada urutan ke-54 dari 133, maka pada tahun 2013-2014 berada pada ururan ke-38 dari 148 negara. Bahkan pada tahun 2014-2015 Indonesia berhasil naik ke peringkat 34 dari 144 negara. Namun, bila dibandingkan dengan beberapa negara di Asia Tenggara, peringkat Indonesia masih tergolong rendah.
AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 69 | 147
SASARAN STRATEGIS 6 Meningkatnya Kualitas Layanan Air Minum dan Sanitasi
Permukiman Perkotaan
Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama sebagai tolok ukur keberhasilannya, yaitu: