Kota Jerusalem
“J
erusalem merupakan kota yang memiliki sejarah yang sangat panjang, memiliki identitas tersendiri yaitu sangat kental dengan nuansa-nuansa keagamaan dan politik, baik pada masa kuno maupun pada masa modern. Nuansa keagamaan yang sangat kental dengan kota Jerusalem adalah karena Jerusalem tidak dapat dipisahkan dari sejarah berbagai agama-agama besar dunia seperti Yahudi, Kristen dan Islam.” (David Novack)Studi tentang historitas Kota Jerusalem menjadi urgen ketika menelaah proses transformasi sebagian besar wilayah Islam di Palestina menjadi negara Yahudi Israel, karena orang-orang Yahudi menjadikan acuan historis hubungan Yahudi dan kota ini sebagai alat justifikasi aktivitas kolonialisasi Palestina. Apa yang dilakukan orang-orang Yahudi di Palestina adalah aktivitas yang dianggap legal karena merupakan sebuah upaya pengambilan kembali negeri yang pernah dikuasai. Dengan demikian, dalam pembahasan ini, akan dipaparkan kronologi perjalanan sejarah Jerusalem.
Jerusalem dan Background Sejarahnya (4500-1500 SM.)
Secara umum, kata “Jerusalem” terdiri dari dua suku kata yaitu “Jeru” dan “Salem”. Kata “Jeru” adalah tempat atau kota sedangkan “Salem” adalah istilah atas sesembahan masyarakat asli Palestina yaitu ila>h} al-Sala>m (Tuhan kedamaian). Maka dengan begitu, kota ini secara teologis dikatakan sebagai tempat bersemayamnya Tuhan pencipta kedamaian. Ada juga yang berpendapat bahwa kata “Jeru” berarti al-mi>ra>th (warisan), sehingga kota Jerusalem berarti tanah warisan Tuhan yang penuh kedamaian.109 Dalam kitab Genesis (Kejadian), kota ini juga disebut dengan “Salem” yang artinya adalah kedamaian.110
Kata “Jerusalem” di sepanjang sejarah dapat ditemui dalam beberapa bahasa peradaban bangsa-bangsa besar dunia. Mengutip dari Trias Kuncahyono, dalam bahasa Ibrani ia disebut “Yerushalayim” sebagaimana yang terdapat dalam al-Kitab berbahasa Ibrani, dalam bahasa Aram “Yeurusalem”, dalam al- Kitab Yunani “Ierousale>m”, dalam bahasa Latin “Hierusalem”, dalam bahasa Latin Klasik “Ieropolis”, dalam dalam bahasa Arab kuno “U<rsalay>m”, dalam bahasa Armenia “Erousalem” dan bahasa-bahasa lainnya yang sedikitnya terdiri dari 70 penamaan.111
Dalam bahasa yang dipakai oleh dinasti Asyiria, yaitu sekitar tujuh ratus tahun sebelum masehi, didapatkan nama kota ini dengan “Urishlem”. Dalam bahasa Yunani pada masa kekuasaan Alexander The Great (356-323 SM) yaitu sekitar 330 SM, Jerusalem disebutkan dengan nama “Herosolima” atau disingkat dengan “Solima”. Pernah juga dikenal dengan kota Yabous. Pada masa kejayaan Daud, ia disebut sebagai kota Daud. Akhirnya nama Jerusalem kemudian dikenal oleh hampir semua bahasa dunia.112
109 Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A<lamiyyah wa al‐Rad ‘ala>
al‐Fikr al‐S{uh}yu>n al‐Mu’a>shir (‘Amma>n: Mat}bu’a>t al‐Sha’b, 2002).
137.
110 Dikatakan “Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang
imam Allah Yang Mahatinggi” Kejadian, 14:18.
111 Trias Kuncahyono, Jerusalem; Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir
(Jakarta: Kompas), 138.
Kalau diperhatikan, dalam sepanjang sejarahnya, Jerusalem memiliki banyak penamaan berdasarkan kaum dan bangsa yang menguasainya. Nama-nama tersebut adalah Jerusalem, Quds, dan Palestina.113 Ini menunjukkan kota ini dalam sepanjang sejarah senantiasa menjadi titik sentral kepentingan, konflik, karena selalu diperebutkan oleh berbagai bangsa dan penganut agama.
Term al-Quds adalah term yang mengawali keberadaan kota ini, yaitu sebelum era bangsa Ibrani. Di tempat inilah untuk pertama kalinya dibangun tempat-tempat peribadatan suci. Menurut Salomon Monic, seorang orientalis Yahudi berkebangsaan Prancis dalam bukunya yang berjudul “Palestin”, yang paling benar dari nama kota ini adalah Quds. Nama ini kemudian dalam bahasa Yunani mengalami perubahan penyebutan menjadi penyebutan bahasa Aram (Qadisyta).114
Dalam kitab suci Yahudi pun (Taurat), kota ini seringkali disebutkan dengan nama Quds.115
Sedangkan istilah Palestine (Palestina) berasal dari nama suku Philistia yang menaklukkan negeri Kanaan sekitar 1200 tahun sebelum masehi. Penamaan ini diberikan atas wilayah-wilayah pesisir Laut Tengah yang ditaklukkan oleh suku ini. Pada masa pemerintahan Yunani sekitar 330 tahun sebelum masehi, istilah Philistia tidak hanya dipakai untuk wilayah-wilayah pesisir, tapi juga dipakai untuk wilayah bagian dalam negeri Kanaan yang meliputi Palestina sekarang. Pada masa penaklukan Roma atas negeri ini, yaitu pada abad pertama Masehi, istilah Palestina resmi digunakan, dan setelah orang Arab menguasai negeri ini, mereka menyebutnya “Filisti>n”.
***
Jerusalem merupakan kota yang memiliki sejarah yang sangat panjang, memiliki identitas tersendiri yaitu sangat kental dengan nuansa-nuansa keagamaan dan politik, baik pada masa kuno maupun pada masa modern. Nuansa keagamaan yang sangat kental dengan kota Jerusalem adalah karena Jerusalem tidak dapat dipisahkan dari sejarah berbagai agama-agama besar dunia seperti
113 Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A<lamiyyah, 135.
114 Mah}mu>d Dia>b, Al‐S{uh}yu>niyyah al‐‘A<lamiyyah, 136.
Yahudi, Kristen dan Islam. Kota Jerusalem pun tidak dapat dipisahkan dari kepentingan politik berbagai bangsa besar dunia baik pada masa klasik maupun pada abad modern sekarang ini.116 Itu bisa dilihat bahwa pada masa klasik, sejumlah kekuatan besar dunia seperti bangsa Kanaan, Romawi dan Persia kerap memperebutkan kota ini, dan pada era modern sekarang ini, sejumlah kekuatan besar dunia seperti Arab, Yahudi, Amerika dan Eropa menjadi kontestan untuk mencapai kepentingan-kepentingannya di kota ini.117
Sejarah Jerusalem yang panjang juga tidak lepas dari konflik dan ketegangan politik. Digambarkan Francis Edward Peters (1927 M.) dalam Jerusalem, Idea and Reality, bahwa Jerusalem adalah kota yang memiliki memori sejarah yang panjang, rumit dan unik. Banyak ilmuan yang telah meneliti perjalanan sejarah kota ini menyimpulkan bahwa kota ini adalah kota yang paling banyak menuai konflik kepentingan, baik kepentingan agama maupun kepentingan politik. Beberapa agama samawi seperti Yahudi, Kristen dan Islam masing-masing memiliki kepentingan -mulai ribuan tahun yang lalu sampai sekarang- untuk menggapai Jerusalem. Begitupula beberapa bangsa besar dunia seperti Bangsa Semit Kuno, Persia, Romawi dan Arab tidak pernah luput dari konflik untuk menguasai kota ini.118
Di masa modern, orang-orang Yahudi menjadikan Jerusalem atau Palestina sebagai negara masa depan mereka. Negara masa depan bagi orang-orang Yahudi ini adalah merupakan pengaruh tradisi Bibel dan sejarah Yahudi kuno di Jerusalem. Dengan kata lain, Yahudi ingin kembali ke Palestina Karena memandangnya sebagai tanah air leluhur yang hilang dari mereka sejak bertahun-tahun.
Kronologi sejarah Jerusalem sebagai kota suci dan kota leluhur setidaknya telah dimulai sejak sekitar 5000 tahun silam. David Leeming (1962 M.) dalam bukunya Jealous Gods and
116 Tamar Mayer and Suleiman Ali Mourad, Jerusalem; Idea and reality (New
York: Routledge, 2008), 14.
117 Muh}ammad Diya>’ al‐Rahma>n Az}ami>, Al‐Yahu>diyyah wa al‐
Masi>h}iyyah (Madinah al‐Munawwarah}: Maktabah al‐Da>r, 1998), 29.
Chosen People; The Mythology of the Middle East menyebut bahwa Jerusalem pada masa klasik telah diwarnai oleh beberapa kebudayaan kuno yang meliputi Mesir Kuno dan Mesopotamia. Bangsa-bangsa yang terkait dengan tanah Jerusalem, secara politis pada periode klasik meliputi, Sumeria, Akkadia, Amoria, Babilonia dan Asyiria. Kemudian dari itu, Jerusalem secara politis dan ideologis tidak bisa dipisahkan dari bangsa Kanaan, Palestina, Aram, Israel, Judah, Samaria, dan Arab.119 Di abad modern, Jerusalem identik dengan negara-negara seperti Iraq, Turki, Mesir, Syiria, Lebanon, Israel, Palestina, Yordania, Yaman, negara-negara Teluk, dan Saudi Arabia, karena faktor teologis.
Pada sekitar tahun 3200 SM., diyakini oleh para arkeolog bahwa telah mulai muncul kota-kota kecil di Kanaan yaitu, Megiddo, Yerikho, Ai, Lakhis, dan Beth Syam, kota yang nantinya menjadi pusat kebudayaan dan keagamaan agama besar dunia, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Kota ini terletak di daerah terpencil di Kanaan Kuno, berada di dataran tinggi yang sulit untuk ditempati. Diceritakan oleh Karen Armstrong bahwa Kanaan adalah kota yang kaya potensi, penduduknya mengekspor buah-buahan; anggur, minyak, madu, aspal dan bijian-bijian. Kota ini juga mempunyai nilai penting strategis karena menghubungkan Asia dan Afrika, dan menjadi jembatan antara peradaban Mesir, Syiria, Phunisia dan Mesopotamia.120
Potret sejarah Jerusalem paling penting dimulai dari tokoh Ibrahim yang dikenal sebagai Abu al-Anbiya> nenek moyang tiga agama samawi; Yahudi121
Kristen dan Islam, yang memulai tradisi monoteisme semitik.122
Sekitar 1900 SM. Ibrahim tinggal di salah
119 David Leeming, Jealous Gods and Chosen People; The Mythology of the
Middle East (London, Oxford University Press, 2004), 9.
120
Karen Armstrong, Jerussalem; Satu Kota Tiga Agama, Diterjemahkan
dari Jerusalem: One City, Three Faiths (Surabaya: Risalah Gusti, 2004), 3.
122 Dalam tradisi monoteistik, nabi Ibrahim dikenal sebagai pencetus sekaligus
pembaharu. Nabi Ibrahim berasal dari Mesopotamia Amori dari U<r
mewujudkan dirinya dalam sejarah melalui dua jalur; Jerusalem dan Mekah.
Jalur Jerusalem adalah jalur Nabi Ishak as. putra Ibrahim dari Siti Sarah dan
keturunannya yang menjadikan Jerusalem sebagai pusat keagamaan mereka.
satu kota penting yang berlokasi di tengggara Mesopotamia.123 Kota itu adalah U<r. Mengenai keluarga Ibrahim yang berdiam di U<r, dalam sejarah, ayah Nabi Ibrahim adalah salah seorang pemahat patung istana yang bernama A<zar124
dan berasal dari Babilonia.
Tuhan pernah memerintahkan Ibrahim mengadakan perjalanan meninggalkan negeri dan kaumnya. Atas perintah itu Nabi Ibrahim melakukan perjalanan bersama istrinya yang
Yudaisme dan Kristen. Jalur mekah adalah jalur Nabi Ismail as., putra Ibrahim
dari Siti Hajar, dan keturunannya yang menjadikan Mekah sebagai pusat
keagamaan mereka. Melalui jalur Mekah ini, tradisi Ibrahimiah mewujudkan
dirinya pada agama Mekah dan Islam. Dalam tradisi Islam, Islam sebagai agama
terakhir meluruskan kesalahan Yudaisme, Kristen dan agama Mekah. Lihat
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Akar dan Awal (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van
Hoeve, t.th), 39.
123 Mesopotamia adalah wilayah yang meliputi wilayah Iraq Modern dan Suriah
bagian Timur antara sungai Tigris dan sugai Eufrat. Dari segi latar belakang
kultural dan politis, Mesopotamia telah dihuni manusia sejak milenium ketujuh
sebelum masehi. Tempat yang pertama kali dihuni adalah desa pertanian kecil
yang terletak di bagian utara wilayah itu, yang kemudian dikenal dengan Asyiria.
Bagian selatan negeri itu yang kemudian dikenal dengan Babilonia, mulai dihuni
manusia sebelum milenium keenam sebelum Masehi, yang disebut sebagai
periode Ubaid.
Adapun agama Mesopotamia berasal dari kepercayaan dan praktek keagamaan
orang Sumeria (menempati daerah Kuno di lembah sungai Eufrat, bagian utara
muaranya), kemudian diterima dan dimodifikasi oleh orang Akkad (orang‐orang
Semit yang datang dari Jazirah Arabiah ke Mesopotamia pada akhir milenium
keempat sebelum masehi. Mereka menetap di Mesopotamia tengah yang
memperkenalkan sebagian besar kepercayaan mereka sendiri berasimilasi dan
berintegrasi dengan kepercayaan dari lingkungan baru mereka itu. Ensiklopedi
Tematis Dunia Islam, Akar dan Awal, 40.
124 A<z}ar adalah ayah Nabi Ibrahim yang notabene adalah seorang penyembah
berhala pada masa Raja Namrud. Di sinilah awal dari rekonstruksi keagamaan
yang dilakukan oleh Ibrahim terhadap keluarga dan kaumnya di mana Ia berani
menentang al‐shirk (assosiasionisme) kemusyrikan yang dilakukan oleh keluarga
dan kaumnya dan memperjuangkan monoteisme. Perjuangannya menyebarkan
visi monoteistik itu membuat raja Namrud di Ur marah dan menghukumnya
dengan dibakar dalam api besar. Namun ia diselamatkan oleh Tuhan dari
dikenal sebagai “Sarah” ke negeri Jerusalem. Ketika sampai di tanah Jerusalem yang dijanjikan Tuhan, mereka diberi tahu bahwa tempat tersebut dipilihkan khusus dan dianugerahkan kepada mereka. Ibrahim memulai sejarah Bani Israil dari kota ini, yaitu ketika orang-orang semit pindah dari peradaban lembah sungai Eufrat yang sekarang ini berada di Irak, lalu kemudian menetap di perbukitan Jerusalem.125 Karena kesalehan dan keimanannya yang kuat, Ibrahim menjadi pemimpin bagi orang-orang semit yang ikut pindah ke Jerusalem. Karakter dan sifat yang dimiliki oleh Ibrahim yang kuat dan berani menjadi sumber inspirasi dan rahmat bagi umat-umat di bumi ini.
Fase kehidupan Ibrahim selanjutnya kemudian berpindah ke Mesir. Alasan kepindahannya ke negeri yang diperintah oleh Firaun -raja mesir pada saat itu- tersebut adalah karena pada saat itu di negeri Kanaan terjadi paceklik. Seperti pada hijrah pertama dari Babilonia ke Kanaan, dalam hijrah kali ini, Ibrahim tetap didampingi oleh Isrterinya Sarah. Ibrahim menetap di Mesir dan usianya pun bertambah tanpa dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai anak. Isterinya Sarah lalu mengizinkannya menikahi Hajar, seorang perempuan budak yang dihadiahkan raja Mesir Firaun kepadanya. Dari Hajar, Ibrahim dikaruniai seorang anak bernama Ismail dan dibawa jauh ke sebelah selatan Jerusalem, suatu lembah yang tandus dan gersang yaitu Mekah.126 Dengan petunjuk Tuhan, Ibrahim kembali ke Jerusalem, dan kembali dikaruniai seorang anak laki-laki dari Sarah yang bernama Ishaq.127
Dari keturunan Ishak lahir banyak dari Nabi dan Rasul Allah. Sebagai keturunan Nabi Ibrahim, Ishak mengemban tugas untuk mengembangkan ajaran tauhid yang benar yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Dengan rahmat Tuhan kepada Nabi Ibrahim, dari keturunan Ishak banyak lahir nabi dan rasul. Salah satu dari anaknya adalah Ya’qub.
125 ‘Irfa>n ‘Abd. al‐Hami>d Fatta>h, al‐Yahu>diyyah ‘Ardun Ta>rikhi> wa al‐
Haraka>t al‐H{adi>thah fi> al‐Yahu>diyyah (‘Amma>n: Da>r ‘Amma>r,
Cet. I, 1997), 25.
126 ‘Irfa>n ‘Abd. al‐Hami>d, al‐Yahu>diyyah; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 25.
Ya’qub128 adalah gelar Israel yang dalam bahasa Ibrani berarti “Hamba Allah”, dan dalam bahasa Arab berarti Abdulla>h. Ini sangat beralasan karena Ya’qub dikenal sangat rajin beribadah dan menghambakan diri kepada Allah. Ya’qub memiliki 12 putra, 10 orang dari isteri pertamanya yaitu Rubin, Simon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar Dan, Gad, Asyar dan Naftali serta dua anak dari isteri keduanya yaitu Yusuf dan Benyamin.129
Mereka inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal 12 suku yang beberapa waktu kemudian membentuk Bani Israel.130
Keturunan Ya’qub lah yang kemudian berkembang dan menjadi nenek moyang bangsa Yahudi.
Di antara anak-anaknya, Yusuf mendapatkan perlakuan khusus dari Ya’qub karena ia begitu mencintainya. Inilah kemudian yang membuat saudara-saudaranya iri dan bersekongkol untuk membinasakan Yusuf.131
Nabi Yusuf dijual ke tanah Mesir. Dalam kitab Perjanjian Lama diceritakan bahwa Yusuf dibeli oleh Potifar, seorang kepala pengawal raja Mesir, dan membawanya pidah ke Mesir.132 Karena berkat Tuhan kepada Yusuf, tuannya memberikan kekuasaan kepada Yusuf atas rumah dan ladangnya, karena melihat Yusuf adalah orang yang bertanggung jawab atas pekerjaannya.133
128 Ah}mad Sa>lim Rah}h}a>l melihat bahwa Ya’qub bin Ishak adalah Israel yang
kemudian anak cucunya dinisbahkan sebagai bani Israel, oleh karenanya, Bani
Israel adalah anak cucu Ya’qub yang dikenal dengan al‐asbat. Selengkapnya
baca Ahmad Salim Rah}h}a>l dalam bukunya, Filisti>n, Bain Haqi>qat al‐Yahu>d
wa Akdhu>bat al‐Talmu>d, 31.
129 Dalam kitab Keluaran disebutkan, “Inilah nama para anak Israel yang datang
ke Mesir bersama‐sama dengan Ya’qub; mereka datang dengan keluarganya
masing‐masing; Ruben, Simeon, Lewi dan Yahuda. Isakhar, Zebulon dan
Benyamin. Dan serta Naftali, Gad dan Naftali Asyer”. Kitab Keluaran, 1:1‐4.
130 ‘Irfa>n ‘Abd. al‐Hami>d, al‐Yahu>diyyah; ‘Ard}un Ta>ri>khi>, 27‐28.
131
Dalam al-Qur’an diceritakan: Artinya: (ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
132 Baca Kitab Kejadian, 39:1.
Kondisi ini membuat Yusuf membawa ayahnya Ya’qub berserta seluruh keluarganya hijrah ke Mesir yang merupakan pusat peradaban dunia. Pada saat itu Mesir diperintah oleh Hyksos, seorang semit keturunan asing. Setelah Ya’qub dan anak cucunya menetap di Mesir dan membentuk sebuah komunitas yang besar, terjalinlah hubungan yang erat antara keluarga Yusuf dan pihak penguasa Mesir dan Yusuf berhasil memimpin bani Israel di Mesir. Di bawah kepemimpinan Yusuf, Bani Israel pindah secara besar-besaran ke Mesir. Dalam jangka waktu yang lama mereka menikmati pengaruh besar di Mesir.134
Orang-orang Mesir tidak senang melihat keturunan Yusuf mempunyai otoritas di Mesir. Sekitar 1580 SM., Aahmes, seorang raja Mesir kembali memperbudak orang-orang Israel dengan perlakuan yang kejam. Ketika itu, nasib Bani Israel di Mesir semakin tertekan. Dalam usia seratus tahun, Yusuf meninggal dunia dan dimakamkan di Mesir. Dalam kitab kejadian dikatakan “Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun, mayatnya dirempah-rempahi dan ditaruh dalam peti mati di mesir”.135 Nasib Bani Israel semakin tertindas dan tertekan oleh kekejaman raja Fir’aun, lalu Tuhan mengangkat seorang pemimpin besar bernama Musa.136
Kelahiran Musa diceritakan dalam Perjanjian Lama. Ia dilahirkan di tengah-tengan kekejaman Raja Firaun yang tidak menginginkan kelahiran anak laki-laki di negerinya. Karena kekuasan Tuhan, Musa justeru dibesarkan dalam istana Firaun.137
134 Dalam Kitab Kejadian, 37: 36 Dikatakan, “Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang
Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana fir’aun, kepala
pegawai raja.
135 Kejadian, 50:26
136 Abd. al‐Azi>z Khalf, Dira>sa>t fi> al‐‘Adya>n: al‐Yahu>diyyah wa al‐
Nasra>niyyah (Riya>d}: Ad}wa>’ al‐Salaf, Cet. I, 1997), 39.
137
Dalam kitab kejadian diceritakan: “Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tigs bulan lamanya. Tetapi ia tidak bisa menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah sungai Nil; kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh
Ketika beranjak dewasa, Musa mendapatkan saudara-saudaranya ditindas dan dipekerjakan oleh orang Mesir.
Pada suatu hari, Musa membunuh seorang dari penduduk Mesir karena melihat saudaranya dipukul oleh orang Mesir itu. Peristiwa ini menyebabkan Musa terpaksa melarikan diri ke Midian. Di sana Musa bekerja, menikah dan menjadi pengembala selama beberapa tahun.138 Suatu ketika Musa mengembalakan ternaknya di Gunung Sinai139
lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya, tiba-tiba ia melihat pancaran sinar yang menakjubkan di semak padang pasir. Musa mendengarkan seruan Tuhan dari tengah-tengah semak itu kepadanya. Seruan Allah tersebut memerintahkan Musa kembali untuk mengangkat derajat orang-orang Israel dan membimbing mereka ke tempat yang telah dijanjikan Allah kepadanya. Musa pun kembali ke Mesir dan berkali-kali membujuk Bani Israel untuk berangkat bersamanya. Mereka dikejar Fir’aun dan bala tentaranya. Nabi Musa bersama kaumnya yang dikejar oleh bala tentara Firaun ditolong oleh Allah dengan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa. Nabi Musa berhasil menyeberangi laut Merah, sedangkan Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan.140
Antara tahun 1200 SM. sampai sekitar 1100 SM., Nabi Musa memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, menelusuri gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, membelah laut bersama
untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, lalu disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.”
138
Lihat: Arthur Hertzberg, Judaism (New York: Washington Square Press, 1963), 113.
139 Gunung Sinai adalah tempat dimana Nabi Musa menerima kitab suci Taurat
yang diturunkan oleh Allah kepadanya. Gunung Sinai terletak di wilayah Sinai
yang sekarang ini adalah merupakan wilayah kekuasan Republik Arab Mesir.
140 Ahli sejarah berpendapat bahwa peristiwa keluarnya Bani Israel dari Mesir
terjadi sekitar 1584, 1448, 1144 SM. Lihat ‘Irfa>n Abd. Hami>d, al‐Yahu>diyyah;