• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Skrining Fitokimia …

Dalam dokumen PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI (Halaman 45-0)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.13 Tinjauan Skrining Fitokimia …

Skrining fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam penelitian fitokimia, dimana metode yang digunakan sebagian besar merupakan reaksi pengujian warna dengan suatu pereaksi warna. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia seharusnya memenuhi beberapa kriteria, diantaranya sederhana, cepat, hanya membutuhkan peralatan sederhana, khas untuk satu golongan senyawa, memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil) (Kristanti et al., 2008).

2.14 Tinjauan Tentang Family Zingiberaceae 2.14.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales

Family : Zingiberaceae (Simpson, 2006)

Zingiberaceae mempunyai 47 genus dan 1.400 spesies yang terdiri dari herba perennial yang tumbuh di daerah tropis, umunya di dataran tinggi atau dataran rendah. Tanaman dari family Zingiberaceae, memiliki ciri khas rimpang (rhizome) sympodial, berdaging, yang merupakan akar dengan fungsi menyimpan cadangan makanan di iklim musiman (Purseglove, 1972).

2.14.2 Morfologi

Tumbuhan berbentuk herba namun juga ada yang berukuran besar, mempunyai rimpang berdaging, daunnya bila diremas berbau harum. Batang pendek atau tinggi. Berdaun tunggal, tersusun dalam dua baris atau dalam spiral dengan pelepah yang menyelimuti batang, mempunyai lidah daun pada pertemuan antara pelepah dan helai daunnya. Bunga majemuk di ujung batang yang berdaun atau tak berdaun; berupa bongkol yang dipenuhi oleh daun penumpu. Bunga tak beraturan, ukuranya sedang sampai besar. Kelopak yang berbentuk tabung, ujungnya bergigi 3. Mahkota pada pangkalnya berbentuk tabung dengan tiga daun mahkota yang besar berbentuk bibir. Benang sari 1 yang bertautan dengan tabung mahkota, dan dua staminodia yang berbentuk seperti mahkota. Bakal buah di bawah. Buah kotak yang kering atau berdaging. (Sudarnadi, 1996).

2.15 Tinjauan Tentang Genus Curcuma 2.15.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma (Simpson, 2006)

Genus Curcuma termasuk kedalam family Zingiberaeae yang didalamnya terdapat 70-80 spesies tumbuhan herba berimpang dan banyak ditemukan di

kawasan Indo-Malaysia (Purseglove, 1972; Sirigusa, 1999). Seperti yang kita ketahui, anggota family Zingiberaceae sudah dikenal sebagai tanaman khas aromatis dan banyak digunakan sebagai bumbu di kawasan tropis, pewarna alami, parfum, obat dan bunganya sebagai hiasan (Heywood, 1985). Menurut Salvi et al., (2002) dan Shirgurkar et al., (2001), penamaan Curcuma diambil dari kata

‘Kurkum’ dari Bahasa Arab yang artinya warna kuning. Karena bagian yang sering dimanfaatkan yaitu rimpangnya berwarna kuning.

Spesies yang termasuk dalam genus Curcuma dapat tumbuh kondisi tropis yang tersebar, dari mulai di atas permukaan laut hingga di atas ketinggian 1500 m, dengan jangkauan temperatur antara 20⁰-30⁰C. Kondisi pertumbuhan yang optimal dan ideal bagi spesies Curcuma adalah curah hujan antara 150 cm atau lebih dan mendapat pengairan yang cukup baik. Sementara kondisi tanah yang ideal adalah yang tidak terlalu padat, liat atau alluvial sehingga memiliki kapasitas drainase efisien. Spesies tersebut umumnya ditemukan di hutan tropis deciduous dan hutan evergreen berkanopi lebar di area tropis dan subtropik. Distribusi geografis dari genus ini mencapai India hingga Thailand, Indochina, Malaysia, Indonesia dan Australia Utara (Apavatjrut, et.al., 1999). Bagaimanapun, identitas taksonomi dari spesies penting untuk terus digali dan dicari perbedaan potensial sebagai obat herbal (Cao et al., 2001; Sasaki et al., 2002). Dengan memperluas pengetahuan diversitas genetik akan membantu untuk pemanfaatan dan pengembangan sumber genetik Curcuma bagi suatu negara.

2.15.2 Morfologi

Tanaman yang terdapat dalam genus Curcuma memiliki batang aerial yang terdiri dari batang primer memanjang dengan sisa-sisa nodus daun, dan saat dewasa akan membentuk rimpang horizontal atau berkelok yang akan menjadi cabang. Tunas berdaun, tinggi 1-2 m, dengan daun, dikelilingi bladeless sheaths membentuk pseudostem. Perbungaan bisa terminal atau tumbuh mulai dari dasar daun-tunas; cylindrical spikes, dengann bractea lebar dan besar (Purselgove, 1974). Curcuma merupakan tanaman semak tropis dari family Zingiberaceae, dengan tinggi antara 1-2,5 m dengan akar rimpang (rhizome), batangnya tegak, daun kerapkali 2 baris, dengan pelepah memeluk batang. Bunganya zigomorf, berkelamin 2, kelopak berbentuk tabung dengan ujung bertaju kerapkali terbelah, daun mahkota 2, benangsari sempurna 1, staminodia hampir selalu 3, buah kotak (Backer dan Van Den Brink, 1965).

Tanaman dari genus Curcuma dikenal sebagai tumbuhan obat, tumbuhan penghasil minyak atsiri, bumbu masak, zat warna, dan ada juga yang mempunyai bagian-bagian tertentu yang dapat dimakan. Bagian yang sangat penting dari tanaman temu-temuan ini adalah rhizomanya. Rhizoma tersebut mengandung pigmen, dan untuk masing-masing temu, warna rhizomanya berbeda-beda, ada yang berwarna jingga, kuning, kuning jeruk dan biru kehijauan (Hindiari, 1986).

2.16 Tinjauan Curcuma xanthorrhiza 2.16.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Plantamor, 2012)

Nama daerah : temulawak (Sumatera); koneng gede, temu raya, temu besar, aci koneng, koneng tegel, temulawak (Jawa); temolabak (Madura);

tommo (Bali); tommon (Sulawesi Selatan); karbanga (Ternate).

2.16.2 Morfologi

Gambar 2.5 Curcuma xanthorrhiza. (Sumber : Proseanet, 2015).

Dalimartha (2007) menjelaskan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) (Gambar 2.5) adalah herba perennial yang tumbuh merumpun, memiliki batang semu yang tumbuh dari rimpangnya dan tersusun dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup membentuk batang. Tinggi ± 2 m. Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, daun berbentuk bulat memanjang atau lanset, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau dengan semburat warna merah keunguan di sepanjang sisi ibu tulang daun. Perbungaan termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunga keluar langsung dari rimpang yang panjangnya mencapai 40-60 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir, bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah.

Bunga mekar pada pagi hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari.

Rimpang dibedakan atas rimpang induk (empu) dan rimpang cabang.

Rimpang induk berbentuk jorong atau gelendong, berwarna kuning tua atau coklat kemerahan, dengan bagian dalam berwarna jingga cokelat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil, tumbuhnya ke arah samping, bentuk bermacam-macam, dan warnanya lebih muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil. Temulawak memiliki rimpang terbesar diantara semua anggota genus Curcuma. Rimpang berbau aromatik tajam, rasanya pahit agak pedas, dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan.

(Dalimartha, 2007; PSB LPPM IPB dan Ulung, 2014).

Tanaman temulawak sebaiknya ditanam pada ketinggian sekitar 200-600 hingga 1.500 m dpl, agar pertumbuhannya maksimal. Selain itu produktivitas

tanaman juga bisa ditingkatkaan dengan menanamnya di tempat yang bertanah gembur, terbuka dan terkena sinar matahari sehingga dihasilkan rimpang berukuran besar. Temulawak dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Temulawak telah dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, dan sering ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan alang-alang (Dalimartha, 2007; Agoes, 2010).

Temulawak adalah tanaman asli Indonesia yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional, sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (kosmetika), maupun diolah menjadi makanan dan minuman segar.

Kandungan kimia temulawan terdiri dari fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri (3-12%). Minyak atsiri temulawak berupa cairan kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam. Komposisi tergantung umur rimpang, tempat tumbuh, teknik isolasi, teknik analisis, perbedaan klon varietas dan sebagainya.

(Dalimartha, 2007). Menurut Sidik et al., (1999), pati rimpang temulawak terdiri dari abu, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, kurkuminoid, kalium, kalsium, natrium, magnesium, besi, mangan dan cadmium. Selain itu di dalam minyak atsirinya juga terkandung beberapa senyawa diantaranya, feladren, kamfer, turmerol, tolilmetilkarbinol, arkurkumen, zingiberen, kuzurenon, germakron, β-tumeron, dan xanthorrhizol (kandungan tertinggi 40%) (Agoes, 2010).

Oleh karena itu, pemanfaatan temulawak sebagai ramuan obat tradisional sudah cukup lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi, tonikum, dan diuretik. Minyak atsiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada beberapa jenis jamur dan

bakteriostatik pada mikroba Staphyllococcus sp. dan Salmonella sp., anti sembelit, acnevulgaris, antiinflamasi dan anti hepatotoksik, antiulser, antidiare, antimalarial, immunomodulator dan antikanker, antihiperlipidemia. Selain itu temulawak juga dimanfaatkan sebagai obat maag, sakit pinggang, untuk menambah nafsu makan, sakit perut pada waktu haid, menghilangkan bau amis sewaktu haid, untuk memacu ASI yang macet, dan kesulitan buang air besar/berak. (Dalimartha, 2007;

Rahimsyah, 2011; Agoes, 2010; PSB LPPM IPB dan Ulung, 2014).

2.17 Tinjauan Curcuma domestica 2.17.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma longa L. (Plantamor, 2012) Sinonim : Curcuma domestica

Nama daerah : kunir, kunir bentis, temu kuning (Jawa); kunyit, koneng kunir, koneng temen (Sunda).

2.17.2 Morfologi

Gambar 2.6 Curcuma domestica. (Sumber : Sudarnadi, 1996).

Kunyit (Curcuma domestica) (Gambar 2.6) tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 1,0-1,5 m. Pada batang semunya dililiti pelepah daun. Daunnya berbentuk runcing dan licin dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 8 cm. Bunga muncul dari batang semu dengan panjang sekitar 10-15 cm. Warna bunga putih atau putih bergaris hijau dan terkadang ujung bunga berwarna merah jambu.

Rimpang tumbuh menjalar dan rimpang induk berbentuk elips. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara Penyebarannya sampai ke Malaysia, Indonesia, Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Filipina, Australia bahkan Afrika.

Kunyit memiliki berbagai kandungan kimia diantaranya minyak atsiri (d-alfa-pelandren, d-sabinen, sineol, borneol, zingiberen, turmeron, seskuiterpen alcohol, alfa-atlanton, gamma-atlaton), fumerol, karvon, kurkumin, zat pahit, resin,

selulosa, kurkuminoid, asam kafeat, protochatechuic acid, dan ukanon A, B, C serta D. Bagi Masyarakat Asia pada umumnya, kunyit tidak hanya berfungsi sebagai bumbu masak, tetapi juga dimanfaatkan sebagai obat untuk kesehatan dan kecantikan. Rimpangnya adalah bagian yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kunyit diketahui berkhasiat untuk membersihkan lambung, diketahui juga dapat merangsang dan melepaskan sisa gas di usus, serta mencegah penggumpalan darah. Selain itu, kunyit juga digunakan sebagai obat anti gatal dan anti kejang serta dapat mengurangi pembengkakan selaput lendir mulut. Manfaat lainnya adalah sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, obat sakit perut, diare, disentri, usus buntu, rematik, bahan campuran kosmetik, bakterisida, fungisida, stimulant otak, obat diabetes mellitus, obat tifus, usus buntu, sakit keputihan, haid tidak lancar, perut mulas saat haid, obat cangkrang, amandel, berak lendir, morbili (campak) dan juga membantu memperlancar ASI (Agoes, 2010; PSB LPPM IPB dan Ulung, 2014).

2.18 Tinjauan Curcuma heyneana 2.18.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma heyneana Val. & V (Plantamor, 2012).

Nama daerah : temu giring (Jawa).

2.18.2 Morfologi

Gambar 2.7 Curcuma heyneana. (Sumber : Sudarnadi, 1996).

Temu giring (Curcuma heyneana) (Gambar 2.7) merupakan semak semusim dan berbatang semu yang terdri atas pelepah daun dengan permukaan licin, berwarna hiijau dan berdaun tunggal. Daun berbentuk lonjong menjorong sampai lonjong melanset. Perbungannya majemuk dengan mahkota berwarna kuning muda. Perbungaan tumbuh pada tunas yang baru, daunnya bergagang, berwarna hijau pucat, dengan subang merah muda pucat dengan ujung gelap.

Mahkota dan bibir bunganya berwarna putih, sedangkan median berwarna kuning tua sampai kuning dan staminodusnya keputihan sampai kuning. Akar rimpangnya memanjang, bagian luar berwarna kuning pucat dan dalamnya

Rimpang temu giring memiliki rasa pahit. Temu giring tumbuh liar di pekarangan dan ladang pada tanah yang lembap dengan ketinggian sampai 900 m dpl serta di tempat yang sedikit cahaya (Agoes, 2010). Temu giring mengandung minyak atsiri, zat pati, dan piperazin sitrat yang diketahui dapat menangkal serangan cacing gelang (Ascaris). Dalam budaya masyarakat Jawa, rimpang temu giring dapat dibuat menjadi lulur pengantin dan bedak dingin yang mencerahkan kulit.

Sebagai obat tradisonal, temu giring juga memiliki manfaat sebagai obat untuk mengatasi bau badan, kegemukan, gelisah atau cemas, jantung berdebar-debar, disentri, sembelit (Agoes, 2010).

2.19 Tinjauan Curcuma aeruginosa 2.19.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma aeruginosa Roxb. (Plantamor, 2012).

Nama daerah : temu erang (Sumatera), t. itam (Melayu), koneng hideung (Sunda), temu ireng (Jawa), temo ereng (Madura), temu ireng (Bali) , tamu leteng (Makasar), temu lotong (Bugis).

2.19.2 Morfologi

Gambar 2.8 Curcuma aeruginosa. (Sumber : iNaturalist, 2012).

Temu hitam (Curcuma aeruginosa) (gambar 2.8) adalah tanaman terna dengan tinggi 1-2 m, batang semu yang tersusun atas kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau coklat gelap. Daun tunggal, tangkai panjang, 2-9 helai. Setiap helaian daun berbentuk bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, warna hijau tua dengan sisi kiri-kanan ibu tulang daun terdapat goresan warna merah gelap atau lembayung. Panjang daun daun 31-84 cm, lebar 10-18 cm. Bunga tanaman temu hitam berbentuk bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, panjang tadan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dengan pangkal berwarna putih dan ujung berwarna ungu kemerahan. Mahkota bunga berwarna kuning. Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang dan

bercabang-cabang. Jika rimpang tua dibelah, terlihat lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Rimpang beraroma khas dengan rasa pahit, tajam dan sifatnya dingin. Temu hitam terdapat di Burma, Kamboja, Indocina dan menyebar hingga ke Pulau Jawa. Temu hitam tidak hanya ditanam di pekarangan atau di perkebunan, tetapi juga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput atau di ladang padang ketinggian 400-750 m dpl.

Rimpang temu hitam mengandung minyak atsiri, tannin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, α, β, γ -elemene, linderazurene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurkumin (Dalimartha, 2007; Agoes, 2010; PSB LPPM IPB dan Ulung, 2014). Temu hitam telah diketahui berkhasiat sebagai peluruh dahak, meningkatkan nafsu makan (stomakik), anthellmintik, analgesic, antiinflamasi, anti androgenik, relaksasi uterus dan meningkatkan pembersih darah setelah melahirkan atau setelah haid. Selain itu juga menyembuhkan penyakit seperti kudis, ruam, dan borok, perut mulas (kolik), sariwan, batuk, sesak napas, cacingan dan meningkatkan nafsu makan. (Dalimartha, 2007; Agoes, 2010; PSB LPPM IPB dan Ulung, 2014).

2.20 Tinjauan Curcuma mangga 2.20.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida

Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Species : Curcuma mangga Val (Plantamor, 2012)

Nama daerah : Temu lalap (Melayu); koneng joho, koneng lalap (Sunda); temu pao (Madura), dan kunyit mangga.

2.20.2 Morfologi Temu Mangga

Temu mangga merupakan tanaman semak dengan tinggi mencapai 50-75 cm. Pada batang semunya, yang sebenarnya merupakan susunan pelepah daun.

Daun berbentuk lonjong, menjorong, sampai lonjong melanset sungsang, panjang pelepah 30-65 cm, dan berwarna hijau. Bunga bertandan, muncul dari batang, berwarna putih di bagian dasarnya, dan berwarna ungu di bagian atasnya.

Rimpang berbentuk bulat telur, berwarna kuning pucat, sifatnya renyah dan mudah patah. Dalam keadaan segar baunya mirip wortel, dan rasanya seperti gabungan buah mangga dan wortel. Bila telah diekstrak atau dijadikan bubuk, warnanya akan tetap kuning muda (krem). Temu mangga memiliki kandungan kimia antara lain : kurkumin, ribosom inacting protein (RIP), polifenol, saponin, flavonoid dan tannin, tetapi tidak mempunyai steroid, triterpenoid ataupun kuinon.

Temu mangga berkhasiat untuk membersihkan racun, menurunkan panas (antipiretik), sebagai peluruh angin, menambah nafsu makan, menguatkan rahim, mengecilkan rahim, mencegah dan mengatasi tumor, sebagai penangkal racun

(antitoksik), pencahar (laksatif), mengobati asma, dan radang saluran nafas (bronkitis) (Anonim, 2008; PSB LPPM IPB dan Ulung, 2014).

2.21 Tinjauan Zingiber americana 2.21.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Order : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Zingiber

Species : Zingiber americana Bl (Plantamor, 2012)

Nama daerah : Lempuyang pahit (Jakarta dan Sunda); dan lempuyang emprit (Jawa).

2.21.2 Morfologi

Tanaman lempuyang emprit sekilas mirip dengan jahe. Lempuyang emprit merupakan herba rendah sampai tinggi dan perennial dengan batang asli berupa rimpang di bawah tanah. Tinggi dapat mencapai 1,75 m. Batang semu, hasil kumpulan pelepah daun yang berseling dan terletak di atas tanah. Beberapa batang berkoloni, berwarna hijau dengan rimpang merayap, dan bersifat aromatik.

Daun tunggal, berbentuk lanset sempit, berpelepah, letak berseling, pelepah membentuk batang semu, dan berambut di permukaan atasnya. Bunga majemuk

berbentuk bola atau memanjang, muncul di bagian atas tanah, tegak, berambut halus, bagian ujung agak membulat dan melebar, dan memiliki daun pelindung dengan ujung datar. Rimpang memiliki rasa tajam, sangat pahit, dan baunya tidak istimewa. Lempuyang emprit mempunyai kandungan kimia minyak atsiri, seperti limonan dan zerumbon. Lempuyang berkhasiat menambah nafsu makan, mengembalikan kondisi tubuh setelah melahirkan, sebagai obat bengkak (antiinflamasi), obat batuk rejan, influenza, kolera, rematik, dan obat alergi udang dan ikan laut (Anonim, 2008).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Husada Graha Famili, Jl. Simpang Graha Famili III, Wiyung, Surabaya, Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Basic Science terpadu Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga selama lima bulan, mulai bulan Januari 2016 – Mei 2016.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah spesimen segar dari lima spesies Curcuma, yaitu Curcuma xanthorrhiza, Curcuma domestica, Curcuma heyneana, Curcuma aeruginosa, Curcuma mangga, dan Zingiber americana sebagai outgroup.

Spesimen tersebut di dapatkan dari Taman Husada Graha Famili, Jl. Simpang Graha Famili III, Wiyung, Surabaya. Untuk setiap spesimen dilakukan tiga kali pengulangan. Bagian tanaman yang akan diteliti diantaranya organ daun, batang, bunga, dan rimpang.

Bahan-bahan yang lain untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Pembuatan ekstrak = metanol dan n-heksana (Hasanah, et al., 2011; Sawant and Godghate, 2013), kertas saring kasar, dan vaselin (Hebert, 2015).

(2) Skrining fitokimia

a. Uji Flavonoid = logam Mg, HCL pekat (Kristanti et al., 2008).

b. Uji Tanin = 1% Ferric chloride (Saxena and Patil, 2012)

c. Uji Terpenoid dan steroid = anhidrat asetat (Ac2O) dan H2SO4 pekat (Kristanti et al., 2008).

d. Uji Alkaloid = HCl 2M, NaCl serbuk, pereaksi Wagner (Mustarichie et al., 2011).

e. Uji minyak atsiri = H2SO4 pekat (Hebert, 2015).

3.2.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Biosistematika morfologi : meteran, jangka sorong, gunting tanaman/pisau, kantong plastik berbagai ukuran, penggaris, kamera digital, kertas label, alat tulis, kain hitam, tabel warna, tabel karakter dan buku morfologi tumbuhan.

(2) Pembuatan ekstrak : toples kaca, labu Erlenmeyer 500 ml, gelas beaker ukuran 500 ml, rotary evaporator, sendok logam, neraca analitik, corong, tempat balsem bekas, dan label.

(3) Skrining fitokimia: tabung reaksi, sendok logam, tusuk gigi, spot test, pipet tetes, bunsen, kasa, kaki tiga, pinsetm gelas ukur, dan label.

(4) Pengukuran parameter fisikokimia : sling psikrometer, pH meter, GPS dan Altimeter (Hariyanto et al., 2008).

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Definisi Operasional

Pada genus Curcuma diantaranya terdapat 70 – 80 spesies, namun

penelitian ini terfokus pada lima spesies dari genus Curcuma, yaitu Curcuma xanthorrhiza, Curcuma heyneana, Curcuma domestica, Curcuma aeruginosa, dan Curcuma mangga. Variabel yang diamati adalah karakter morfologi dan kandungan metabolit sekunder melalui metode skrining fitokimia. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan morfologi yaitu sifat yang tampak pada permukaan organ dan dapat diamati secara makroskopis, sedangkan skrining fitokimia merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui gambaran secara garis besar golongan senyawa yang terkandung di dalam tanaman dengan metode reaksi pengujian warna (Kristanti et al., 2008). Hubungan kekerabatan, yaitu merupakan hubungan kedekatan berdasarkan persamaan ciri-ciri karakter yang dimiliki bersama.

3.3.2 Tahap-tahap prosedur penelitian

Penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian deskriptif dan secara umum terbagi menjadi tahap persiapan penelitian, pengambilan atau pengumpulan spesimen, pendataan karakter morfologi , skrining fitokimia dan pengolahan data.

Adapun prosedur yang dilakukan pada setiap tahap akan diuraikan sebagai berikut :

3.3.2.1 Persiapan penelitian

Persiapan penelitian meliputi penentuan spesimen yang diteliti, koordinasi lokasi sampling, dan persiapan alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan spesimen.

3.3.2.2 Pengumpulan spesimen

Pengumpulan spesimen dilakukan dengan mengambil sampel spesimen berupa bagian daun, batang, bunga dan rimpang di lokasi sampling.

3.3.2.3 Pendataan karakter

Pendataan karakter dilakukan berdasarkan pengamatan spesimen baik yang dilakukan secara langsung di lokasi asal spesimen maupun yang dilakukan di laboratorium. Dari hasil pengamatan tersebut kemudian di data karakter-karakter morfologi serta keterangan lainnya sesuai dengan parameter yang telah ditentukan dalam lampiran 1. Pengamatan karakter morfologi genus Curcuma.

3.3.2.4 Skrining Fitokimia

Pengambilan data diawali dengan tahap pengumpulan sampel dan ekstraksi. Sampel yang digunakan adalah rimpang yang diambil dari lokasi penelitian dan diolah terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan tahap ekstraksi dengan cara maserasi. Hasil maserasi (maserat) yang baik akan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental metanol.

Selanjutnya, ekstrak kental metanol diuji komponen metabolit sekundernya atau diskrining. Skrining fitokimia yang dilakukan meliputi uji minyak atsiri, flavonoid, tanin, terpenoid, steroid dan alkaloid.

3.3.2.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dua tahap, yaitu analisis data dengan metode fenetik dan analisis data deskriptif. Analisis data dengan metode fenetik untuk

mengelompokkan spesies dari genusCurcuma berdasarkan kesamaan fenotip dan metabolit sekunder yang dimiliki menggunakan IBM SPSS 21. Progam ini digunakan untuk menghitung besar persamaan yang ada antar spesies dengan hasil akhir berupa dendrogram yang menunjukkan adanya karakter penting yang digunakan sebagai pembeda. Pengelompokan spesies dari genus Curcuma ini dilakukan dengan menggunakan analisis gugus, dan dilengkapi dengan analisis komponen utama. Analisis gugus berdasarkan pada pengukuran kesamaan antar Satuan Taksonomi Operasional (STO) dengan menggunakan classify hierarchial cluster untuk data interval. Pengukuran tersebut di dasarkan pada sebaran karakter yang diamati dari spesies dalam genus Curcuma dan telah dilakukan scoring, sehingga dapat dilakukan penghitungan indeks similaritas dengan koefisien simple matching, dan metode agglomerative, yaitu dengan cluster average linkage dilanjutkan analisis untuk membuat fenogram. Adapun langkah-langkah dalam memasukkan data ke dalam SPSS dapat dilihat pada lampiran 12.

Analisis data deskriptif di dapat dari data morfologi dan uji skrining fitokimia yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif analitik dan deskriptif diagnostik diferensial. Deskripsi analitik berisi keseluruhan karakter, sedangkan deskripsi diagnostik diferensial berisi karakter yang penting saja dan

Analisis data deskriptif di dapat dari data morfologi dan uji skrining fitokimia yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif analitik dan deskriptif diagnostik diferensial. Deskripsi analitik berisi keseluruhan karakter, sedangkan deskripsi diagnostik diferensial berisi karakter yang penting saja dan

Dalam dokumen PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI (Halaman 45-0)

Dokumen terkait