ENDED DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOP-COOP Rafiq Zulkarnaen
TINJAUAN TEORITIS
1. Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik
Pembahasan mengenai pemecahan masalah tentunya tidak terlepas dari pengertian masalah itu sendiri. Munandir (1991:23) mengemukakan bahwa suatu masalah dapat diartikan sebagai suatu situasi, dimana seseorang diminta menyelesaikan persoalan yang belum pernah dikerjakan, dan belum memahami pemecahannya. Selanjutnya pendapat lain dari Hudoyo (1998:218) bahwa suatu soal matematika atau pernyataan akan merupakan masalah apabila tidak terdapat aturan atau hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menjawab atau menyelesaikannya.
Untuk menguasai proses pemecahan masalah lebih mendalam, Polya (Sumarmo dkk, 1994: 11) menguraikan lebih rinci proses yang dapat dilakukan pada tiap langkah pemecahan masalah melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Memahami masalah, pada langkah ini siswa harus dapat memahami: Apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan?; Data apa yang diberikan?, Bagaimana kondisi soal?; Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan?; Apakah kondisi yang diberikan cukup untuk mencari yang ditanyakan?; Buatlah gambar, dan tulislah notasi yang sesuai!
M-121
2) Membuat rencana pemecahan, untuk membuat rencana pemecahan siswa harus memikirkan: Apakah masalah tersebut pernah dijumpai oleh siswa? Atau pernahkah ada soal yang sama atau serupa dalam bentuk lain?; Konsep matematika apa yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah?; Dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah yang sekarang?; Syarat-syarat apa untuk menyelesaikan masalah?; Perlukah data lain untuk menyelesaikan soal yang dihadapi?
3) Menjalankan rencana pemecahan, pada langkah ini siswa melaksanakan rencana pemecahan yang telah direncanakan kemudian memeriksa setiap langkah demi langkah penyelesaian masalah.
4) Memeriksa hasil pemecahan masalah, pada langkah ini siswa menguji langkah-langkah yang telah dilakukan: Apakah sesuai dengan yang ditanyakan kepadanya?; Apakah terdapat langkah penyelesaian masalah menggunakan cara yang berbeda?; Langkah-langkah yang dijalankan benar atau tidak? Jika terdapat kesalahan siswa harus dapat menentukan dimana letak kesalahan tersebut; Dapatkah diperiksa sanggahannya?
Sumarmo, dkk (1994: 14-15) mengemukakan beberapa karakteristik pemecah masalah matematik yang baik di antaranya adalah: 1) mampu memahami konsep dan istilah matematika; 2) mampu mengetahui keserupaan, perbedaan dan analogi; 3) mampu mengidentifikasi unsur yang kritis dan memilih prosedur dan data yang benar; 4) mampu mengetahui data yang tidak relevan; 5) mampu mengestimasi dan menganalisis; 6) mampu menvisualisasi (menggambarkan) dan menginterpretasikan fakta kuantitatif dan hubungan; 7) mampu menggeneralisasikan berdasarkan beberapa contoh; 8) mampu menukar/ mengganti metoda/ cara dengan tepat; 9) memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuat disertai hubungan baik dengan sesama siswa; 10) memiliki rasa cemas yang rendah.
NCTM (2000: 60) menjelaskan bahwa, program pembelajaran matematika harus memberi kesempatan kepada siswa untuk: 1) mengorganisasi dan mengkonsolidasikan pemikiran dan ide matematika dengan cara mengkomunikasikanya; 2) mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara logis dan jelas kepada teman, guru dan orang lain; 3) menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika orang lain; 4) menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide-ide mereka dengan tepat. Selanjutnya Sudrajat (2001: 18) menjelaskan, kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk berkomunikasi dalam bentuk: 1) merefleksikan benda-benda nyata, gambar atau ide-ide matematika, 2) membuat model situasi atau persoalan menggunakan metode lisan, tulisan, 3) menggunakan keahlian membaca, menulis dan menelaah untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah serta informasi matematika, 4) merespon pertanyaan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.
Sumarmo (Suhendar, 2008: 21) mengemukakan bahwa kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematik diantaranya adalah: 1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata kedalam bahasa, simbol, idea, atau model matematika; 2) menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan; 3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; 4) membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis; 5) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi; 6) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri.
Kaitan antara pemecahan masalah dan komunikasi menurut Scheider dan Saunders (Hulukati, 2005: 18) adalah komunikasi dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami soal cerita dan mengkomunikasikan hasilnya. Dengan demikian ketika siswa melakukan pemecahan masalah matematik, siswa melakukan juga komunikasi matematik. Tanpa komunikasi matematik yang baik, siswa akan kesulitan dalam memecahkan masalah. Kemudian Riedesel (Sofyan, 2008: 6) menjelaskan, komunikasi matematik berkaitan erat dengan kemampuan pemecahan masalah, sebab dalam mengungkapkan suatu masalah dapat dinyatakan dengan cara lisan, masalah tulisan, menggunakan diagram, grafik dan gambar, menggunakan analogi dan menggunakan perumusan masalah siswa.
2. Pendekatan open-ended
Pendekatan open-ended merupakan suatu upaya pembaharuan pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan di Jepang. Shimada (1997: 2) menjelaskan,
M-122
munculnya pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif dalam berfikir tingkat tinggi matematika. Dalam pengajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan pada siswa dalam langkah sistematis. Hal ini tidak diajarkan secara langsung, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap siswa. Dengan demikian akan terbentuk suatu keteraturan intelektual dalam pikiran tiap siswa.
Sawada (Shimada, 1997: 32-33) menjelaskan, untuk mengembangkan rencana pembelajaran dengan pendekatan open-ended, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tuliskan respon siswa yang diharapkan; siswa diharapkan merespon masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa terhadap masalah. Kemampuan siswa terbatas dalam mengekpresikan ide atau pikirannya, mungkin siswa tidak akan mampu menjelaskan aktivitasnya dalam memecahkan masalah itu. Tetapi mungkin juga siswa mampu menjelaskan ide-ide matematika dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, antisipasi guru membuat atau menuliskan kemungkinan repsons yang dikemukakan siswa menjadi penting dalam upaya mengarahkan dan membantu siswa memecahkan masalah sesuai dengan cara kemampuannya.
2) Tujuan dari masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas; Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai rangkuman dari kegiatan belajar siswa.
3) Lengkapi dengan metode pemberian masalah baru, sehingga siswa mudah memahami maksud masalah itu; Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya.
4) Sajikan masalah semenarik mungkin bagi siswa; Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta semangat intelektual siswa.
5) Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk mengeksplorasi masalah; Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah, memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian, dan merangkum dari apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op
Lundgren (Sukarmin, 2002: 2), unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar belajar secara kelompok lebih efektif adalah sebagai berikut : 1) siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi; 2) siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok; 3) siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok; 4) siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok. Jenis kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe coop-coop. Slavin (2008: 229) mengemukakan, coop-coop adalah menempatkan kelompok dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya, dan dalam kegiatan di kelas yang lebih mengutamakan diskusi kelompok dan antar kelompok untuk mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan dan pengalaman yang dilalui siswa.
Selanjutnya Slavin (2008: 229) mengemukakan, pembelajaran kooperatif tipe coop-coop merupakan sebuah bentuk grup investigasi yang yang cukup familiar. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemberian soal-soal atau masalah-masalah oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur ketat oleh guru. Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelompok dan antar kelompok terdapat berbagai kemungkinan argumentasi terhadap permasalahan yang diajukan berdasar pengalaman siswa. Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe coop-coop adalah memberikan bimbingan dan arahan seperlunya kepada kelompok siswa melalui scaffolding, memberikan dorongan sehingga siswa lebih termotivasi, dan menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan siswa. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe coop-coop sebagai berikut: 1) siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang, 2) masing-masing kelompok diberikan tugas (masalah) yang
M-123
harus diselesaikan, 3) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan dalam kelompok,4)dipilih satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa-siswa dalam kelompok lain bertanya, menanggapi, 5) setelah diskusi antar kelompok selesai, siswa berdiskusi kembali dalam kelompok masing-masing untuk pengulangan kembali materi dan merevisi jawabanya.
METODELOGI PENELITIAN