• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Ekologi Terumbu Karang

2.1.3 Tipe ekosistem terumbu karang

Menurut bentuk dan letaknya, pertumbuhan ekosistem terumbu karang dikelompokkan menjadi tiga tipe terumbu karang (Nybakken 1992), yaitu :

1 Terumbu Karang Pantai (Fringing Reef)

Terumbu Karang ini berkembang di pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 meter. Terumbu karang ini tumbuh ke atas dan ke arah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat di bagian yang cukup arus. Diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhan yang kurang bai. Bahkan banyak yang mati karena sering mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.

2 Terumbu Karang Penghalang (Barrier Reef)

Terumbu Karang ini terletak agak jauh dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-70 meter). Terumbu Karang ini berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum dimana karang batu pembentuk terumbu dapat hidup. Umumnya terumbu tipe ini

memanjang menyus

merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. 3 Terumbu Karang Cincin (

Terumbu karang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu goba (Lagon). K

sekitar 45 meter

ini juga bertumpu pada dasar laut yang dalamnya di kedalaman karang batu penyusun terumbu karang hidup (Gambar

Gambar 5 Evolusi geologis atol k (Nybakken 1992 2.2 Makroalga

Makroalga merupakan

alga, yang menempel di dasar perairan. mata telanjang. Menurut

diklasifikasikan sebagai

memiliki persamaan ekologi dengan Makroalga berbeda dengan mangrove karena pada makroalga jaringan darah (Diaz-Pulido & McCook dengan microalga dimana

Namun beberapa diantaranya seperti (Ladrizabal 2007).

Makroalga memiliki bentuk yang luas mulai dari jaringan kulit yang sederhana, foliose (daun melambai) sampai

dengan struktur cabang yang sederhana sampai bentuk yang komplek dengan memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar seakan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. Terumbu Karang Cincin (Atoll).

arang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu Kedalaman rata-rata goba di dalam atol dapat mencapai

dan jarang yang mencapai 100 meter. Terumbu karang ini juga bertumpu pada dasar laut yang dalamnya di luar batas kedalaman karang batu penyusun terumbu karang hidup (Gambar

Evolusi geologis atol karang menurut hipotesis penenggelaman Darwin 1992)

merupakan jenis tumbuhan seperti rumput laut dan beberapa yang menempel di dasar perairan. Makroalga pada umumnya terlihat oleh mata telanjang. Menurut Diaz-Pulido & McCook (2008) makroalga diklasifikasikan sebagai tumbuhan laut karena mereka berfotosintesis dan memiliki persamaan ekologi dengan tumbuhan lainnya.

roalga berbeda dengan tumbuhan laut lainnya seperti lamun dan makroalga hanya memiliki sedikit akar, daun, bunga dan Pulido & McCook 2008). Selain itu makroalga juga berbeda dengan microalga dimana makroalga memiliki banyak sel dan berkuran besar. Namun beberapa diantaranya seperti Acetabularia dan Caulerpa memiliki satu sel

Makroalga memiliki bentuk yang luas mulai dari jaringan kulit yang (daun melambai) sampai filamentous (menyerupai benang) dengan struktur cabang yang sederhana sampai bentuk yang komplek dengan uri pantai dan biasanya berputar seakan-akan

arang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu dapat mencapai 100 meter. Terumbu karang luar batas kedalaman karang batu penyusun terumbu karang hidup (Gambar 5)

arang menurut hipotesis penenggelaman Darwin

rumput laut dan beberapa pada umumnya terlihat oleh makroalga laut karena mereka berfotosintesis dan

laut lainnya seperti lamun dan hanya memiliki sedikit akar, daun, bunga dan juga berbeda memiliki banyak sel dan berkuran besar.

memiliki satu sel

Makroalga memiliki bentuk yang luas mulai dari jaringan kulit yang (menyerupai benang) dengan struktur cabang yang sederhana sampai bentuk yang komplek dengan

memiliki spesialisasi untuk menangkap cahaya, reproduksi, pengapungan, dan menempel pada dasar perairan seperti karang mati dan bebatuan. Ukuran makroalga dapat mencapai 3 – 4 meter (seperti Sargassum). Makroalga tidak memiliki akar yang kuat untuk tumbuh pada perairan yang berlumpur dan berpasir. Dibandingkan dengan tumbuhan yang memiliki jaringan lebih lengkap, makroalga memiliki siklus hidup yang lebih komplek, termasuk cara reproduksi yaitu: (1) kebanyakan alga bereproduksi secara sexual dan aseksual dengan mengeluarkan gamet dan spores (2) penyebaran vegetasi dan/atau berfragmentasi (membelah bagian tumbuhan untuk memproduksi individual baru) (Diaz-Pullido&McCook 2008).

Berdasarkan pada fungsi karakteristik ekologi (seperti bentuk tumbuhan, ukuran, kekuatan, kemampuan berfotosintesis), kemampuan bertahan terhadap

grazing (perumputan) dan pertumbuhan, makroalga dapat diklasifisikasikan sebagai berikut (Rogers et al. 1994, Diaz-Pullido&McCook 2008) :

1 Turf algae : Kumpulan atau asosiasi beberapa spesies dari alga, sebagian besar filamentous algae dengan pertumbuhan yang cepat, produktivitas yang tinggi, dan rata-rata berkoloni. Turf algae memiliki biomass yang rendah per unit area, tetapi mendominasi dalam proporsi yang besar pada area terumbu karang, walaupun dalam terumbu karang yang sehat. Ikan herbivor sangat menyukai kelompok alga ini karena memiliki ukuran kurang dari 2 cm memudahkan ikan untuk memakannya. Disamping itu turf algae tidak mengandung bahan kimia yang dapat menghalangi ikan untuk makan.

2 Fleshy algae : bentuk alga yang besar lebih kaku dan secara anatomi lebih komplek dibandingkan dengan turf algae, lebih sering ditemukan di daerah terumbu karang yang datar. Di daerah ekosistem terumbu karang yang jumlah kelimpahan herbivor relatif rendah, kelompok alga ini relatif dominan, karena fleshy algae diperkirakan memproduksi senyawa kimia yang menghalangi grazing oleh ikan.

3 Crustose algae : Tumbuhan keras yang tumbuh melekat pada karang keras sehingga tampak seperti lapisan cat daripada tumbuhan biasa. Kelompok alga ini memiliki pertumbuhan yang lambat dan

menghasilkan calcium carbonate (batu kapur) serta diperkirakan memiliki berperan dalam sementasi kerangka terumbu karang secara bersama-sama.

Makroalga terutama turf algae di ekosistem terumbu karang merupakan produsen primer penting karena dapat berfotosintesis sehingga menjadikan makroalga sebagai makanan favorit bagi para herbivor (Morissey 1985; McCook 2001)) dan sebagai dasar pada jaring makanan di ekosistem terumbu karang. Disamping itu makroalga membuat habitat bagi para invertebrata dan vertebrata pada kepentingan fungsi ekologi dan ekonomi (Tabel 1). Berbeda dengan biota lain yang menempati ekosistem terumbu karang seperti ikan karang, karang keras dan lamun, jika jumlah organisme tersebut semakin banyak akan lebih baik. Sebaliknya, jika makroalga berlimpah akan menimbulkan degradasi terumbu karang, yaitu terjadi pergantian fase dari terumbu karang menjadi makroalga (Jompa&McCook 2002, Diaz-Pullido&McCook 2008).

Tabel 1 Estimasi keragaman spesies dari makroalga pada Grat Barrier Reef (GBR) dibandingkan dengan seluruh pantai Australia dan dunia (www.algaebase.org in Diaz-Pullido &McCook (2008)

Makroalga Jumlah Spesies (Perairan Laut)

Dunia Australia Great Barrier Reef

Alga Merah (Red Algae) 3 900 – 9 500 1 253 323

Alga Coklat (Brown Algae) 1 500 – 2 151 373 111

Alga Hijau (Green Algae) > 800 – 1 597 350 195

Total 6 200 – 13 248 1 976 432– 629

Di dalam hubungan dengan pemangsaan oleh ikan herbivor, makroalgae sebagai pihak yang mempertahankan diri harus mengembangkan upaya evolusioner agar dapat tetap tumbuh dan berkembangbiak. Hay (1997) memberikan kejian (review) yang lengkap tentang bermacam-macam upaya evolusioner yang dilakukan oleh makroalga untuk menurunkan kerugian akibat herbivori. Upaya evolusioner makroalga untuk meningkatkan resistensi terhadap herbivori dilakukan dengan menghasilkan suatu struktur atau bahan kimia yang tidak disukai oleh pemakannya, yang disebut sebagai deterrants (McCook 1999).

Struktur thallus yang berkapur atau yang berbentuk padat dan keras, misalnya, dapat dihindari oleh herbivora tertentu. Demikian pula dengan dihasilkannya metabolit sekunder yang dapat menyebabkan herbivora mengalami gangguan ketika memakannya. Sebagian makroalga meningkatkan resistensi dengan jalan meningkatkan laju pemulihan (turnover), misalnya turf algae. Strukturnya yang sederhana dan membutuhkan sedikit bahan penyusun membuat turf algae dapat terus bertahan walaupun laju herbivori sangat tinggi